Beranda / Rumah Tangga / Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku / Bab 4 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

Share

Bab 4 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-30 11:28:32

BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU

"Ning … Ning," teriakku.

Setelah berdebat tadi, aku memang meninggalkan dia untuk keluar jalan-jalan, tentunya bersama Ida. Setidaknya pusing di kepala ini langsung hilang ketika melihat senyum manisnya.

"Ke mana, sih, perempuan ini? Selalu saja bikin aku emosi."

"Assalamu'alaikum." Tidak berapa lama Ning datang.

"Astaga, suami pulang bukannya di rumah malah kelayapan."

Ning hanya diam saja, sama sekali tidak menjawab ucapanku. Dia langsung pergi ke belakang mengambil segelas air putih untukku, dan masih tetap diam.

Sok-sok'an ngambek segala. Memangnya aku peduli. Harusnya 'kan aku yang marah.

Coba saja Ida yang menyambutku saat pulang ke rumah, pasti rasa lelahku langsung hilang. Tidak seperti sekarang, aku merasa tidak nyaman berada di rumah.

***

Pagi yang kunanti telah tiba. Waktu yang selalu membuat semangat karena akan bertemu dengan pujaan hati.

Ida Indriyani … sedetikpun rasanya enggan untuk menghilangkan bayangannya dari pikiranku.

Hari ini aku sengaja bangun lebih awal dari biasanya agar bisa lebih lama berduaan dengan Ida.

Suara kicau burung menyahut siulanku yang berirama lagu cinta. Saat ini aku merasa seperti jaman ABG dulu.

Hah … cinta memang tidak memandang usia. Begitu indah.

Aku segera keluar dari kamar untuk sarapan. Seperti biasa, tumis sawi putih dan sebungkus kerupuk. Sudah tiga hari ini menunya sama.

D*s*r perempuan tidak bisa membahagiakan suami, dari masakannya saja tidak menghargai lelahku banting tulang. Masa' iya ganti menu masakan dua atau tiga hari sekali. Uang yang aku kasih buat apa?

.

Sawi putih, bayam, kangkung, itu melulu. Mentang-mentang nanam sayur sendiri, Ning jadi seenaknya menyiapkan menu makan untukku.

"Ning … Ningrum …."

Dari tadi aku tidak melihat dia. Biasanya sudah mondar-mandir sampai bikin mata ini sepet melihatnya.

"Sudahlah, memang lebih baik tidak melihatnya. Mending sarapan di luar bersama Ida." Aku pun segera meninggalkan meja makan.

Saat hendak menutup pintu, aku melihat sebuah kertas yang menempel di gagang pintu. Segera mengambil dan membaca tulisan yang tertera.

(Mas, aku izin keluar. Sarapan sudah aku siapkan. Maaf kalau tidak pamit langsung, tadi Mas Heru belum bangun.)

Aku membuang kertas tersebut, bagiku tidak penting Ning mau ke mana. Tidak izin pun aku tidak akan khawatir.

-

"Mas Heru, tumben pagi banget jemputnya?" Ida yang belum selesai dandan kaget melihatku sudah di depan pintu kontrakannya.

"Sengaja mau kasih kamu kejutan. Mas mau ngajakin kamu sarapan di luar, Da."

"Tunggu sebentar, ya, Mas. Aku selesein dulu dandannya. Masa' iya masih pakai roll rambut begini."

"Mau pakai roll, mau ngga sisiran, kamu tetap terlihat cantik, Da. Ini yang bikin Mas tidak bisa melupakan kamu."

"Gombal, ah."

Mungkin saat ini aku sudah seperti orang tidak waras, senyum-senyum sendiri duduk di teras menunggu Ida selesai dandan. Entah kenapa, Ida selalu bisa membuatku bahagia.

Suatu saat nanti, aku akan meminangmu, Da.

"Ayo, Mas. Aku sudah siap." Ida keluar dengan tatanan rambut berbeda. Biasanya dikuncir ke atas dengan poni depan. Hari ini rambutnya dibiarkan tergerai. Sungguh perempuan ini sangat memesona. Bau parfumnya pun membuat hasrat kelelakianku meronta.

Rasanya mata ini enggan berkedip melihat Ida yang sangat cantik.

"Sampai kapan bengong seperti itu, Mas."

Aku tersipu malu dibuatnya. "Kamu cantik sekali, Da."

"Apa ngga bosen bilang seperti itu setiap hari. Jadi perempuan memang harus pandai merawat diri. Makanya kalau skincare sama make-upku habis, Mas Heru harus ngasih uang untuk beli. Biar aku selalu tampil cantik."

"Jangan khawatir. Apa, sih, yang ngga buat kamu."

-

Sepanjang perjalanan tanganku tak lepas menggenggam tangan Ida, sesekali aku mencium tangannya yang sangat harum.

"Kita mau sarapan di mana, Mas?" tanya Ida dengan dagu bersandar di pundak. Sekali saja menoleh, wajahku bisa menempel di pipinya.

"Soto ayam dekat perempatan depan. Rasanya enak banget soto di sana."

"Mass, ada badut." Tiba-tiba Ida memelukku sangat erat ketika kami berhenti di lampu merah dan melihat badut sedang menari dengan menggoyangkan perutnya yang buncit.

"Kenapa, Da. Iya itu badut."

"Aku paling takut sama badut, Mas. Dulu waktu kecil sering ditakut-takuti dengan boneka badut. Makanya sampai sekarang rasanya ngeri kalau lihat badut."

Jadi ternyata Ida takut dengan badut.

"Kamu tenang saja. Kan ada Mas di sini. Lagipula itu di dalamnya orang, Da."

Saat kami tengah bicara, badut tersebut berjalan semakin dekat ke arah kami. Dia membawa sebuah toples mengarahkan ke setiap pengendara yang berhenti.

Tiba-tiba badut tersebut berdiri persis di depan motor kami, dia menatapku. Tapi anehnya dia tidak menyodorkan toples.

Aku segera mengambil uang di saku jaket agar badutnya segera pergi. Kasihan Ida kalau dia terlalu lama ketakutan.

Aku menyodorkan uang lembaran dua ribu rupiah, tapi badut tersebut tidak menggubris uangku. Dia masih saja menatapku, bahkan sampai lampu sudah berubah hijau, badut itu tetap berdiri di depan motor.

"Tolong minggir, kami mau lewat. Istri saya sudah ketakutan melihat kamu," terangku sembari membunyikan klakson berkali-kali.

Akhirnya badut itu pun berjalan minggir memberi jalan untuk kami lewat.

"D*s*r badut aneh," gerutuku kesal.

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
nurdianis
laki brengsek
goodnovel comment avatar
D N
laki biadab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 5 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"M-Mas Heru …. Aku tidak salah lihat 'kan? Barusan benar-benar Mas Heru. Istri? Dia menyebut perempuan yang dibonceng dengan sebutan istri. Lantas aku ini?"Aku yang baru saja turun ke jalan menghibur pengendara yang berhenti di lampu merah mendapat kejutan yang membuat hati ini tercabik, teriris. Begitu sakit.Menangis? Tidak, bahkan aku tidak mampu menangis. Aku menepuk dada ini berkali-kali untuk menghilangkan rasa sesak yang tak mampu kubendung. "Ning, kamu kenapa? Sakit?" tanya Bu Wati–ibu badut yang memberiku pekerjaan."Sa-sakit? Saya tidak apa-apa, Bu. Cuma sedikit nyeri saja perutnya, mungkin karena barusan bayi di dalam perut nendang." Aku berusaha tersenyum, meski hatiku menangis dan hancur."Benar? Kalau memang sedang tidak enak badan, jangan dipaksain. Kamu bisa mulai jadi badut kapan saja, yang penting kesehatanmu, Ning."Aku tidak boleh lemah, aku tidak boleh cengeng, aku perempuan kuat. Aku berusaha melupakan apa yang kulihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 6 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Ada apa dengan Ning? Sikapnya tiba-tiba berubah. Apa dia kesurupan karena seharian kelayapan?" ucapku sendiri sambil berusaha menghidupkan kayu bakar untuk masak air. Berkali-kali berusaha, tapi tetap saja tidak bisa. Sampai-sampai mataku perih. Hah … d*s*r istri tidak tahu diri. Disuruh menyiapkan air panas tidak mau, disuruh masak enak malah ngasih kertas. Apa, sih, mau dia?Coba sedang tidak hamil, sudah ku'tinggalkan saat ini juga. Hampir lima belas menit, masih saja aku tidak bisa menghidupkan apinya. Emosiku sudah sampai di ubun-ubun. Capek pulang kerja bukannya dilayani, malah disuruh masak air sendiri. Aku segera melempar kayu yang ada di depanku dan beranjak masuk untuk menyuruh Ning yang masak air. Karena itu sudah menjadi tugasnya.Ning yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat sangat santai, sama sekali tidak merasa bersalah telah menyuruhku mengerjakan tugas yang sudah menjadi tugasnya. Aku menarik tangan Ning mengajak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 7 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSelama menikah, baru kali ini aku keluar rumah tanpa izin pada suami. Aku tahu ini salah, tapi aku juga punya batas kesabaran. Mengatur napas untuk melegakan sesak di dada, rasanya seperti terhimpit batu besar. Aku tidak pernah menyangka, pria yang pernah berjanji akan selalu menjaga dan menyayangiku di hadapan bapak dan emak tega mengingkari. Seandainya kedua orang tuaku masih ada, pasti mereka tidak akan membiarkan Mas Heru menyakiti aku seperti ini. "Ning, dari kemarin Ibu lihat kamu banyak melamun. Ada yang sedang kamu pikirkan?"Aku menoleh ke arah Bu Wati yang sedang menatapku. Seperti biasa, aku mengumbar senyum mengembang. "Ning baik-baik saja, Bu. Biasa, Ibu hamil bawaannya ngga menentu.""Ya sudah … kalau memang belum siap terbuka sama Ibu. Tapi kalau kamu memang sudah tidak kuat, Ibu siap menjadi pendengar segala keluh kesahmu, Ning. Apalagi orang hamil tidak boleh banyak pikiran, nanti berpengaruh pada bayinya," ucap Bu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 8 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Terus ini gimana, Mas? Masa' iya aku ikut dorong motor sampai tempat kerja, yang ada kakiku gempor," protes Ida. "Lagian istrimu itu ngapain pakai ngambil kunci motor segala?" sambungnya lagi.Ning memang keterlaluan, aku tidak habis pikir dia menjadi badut jalanan seperti itu, memalukan. "Kamu naik angkutan saja, ya. Biar Mas dorong sendiri motornya."Ida menyembulkan napas, "ya sudah, Mas Heru cariin aku taksi. Kalau naik jalur ngga bisa turun sampai depan pabrik."Aku pun segera mencarikan Ida taksi biar dia tidak telat masuk kerjanya. "Aku duluan, ya, Mas," pamit Ida ketika taksinya sudah datang. Si*lan, gara-gara Ning aku harus dorong motor. Berduaan dengan Ida pun gagal. Ternyata dua hari ini Ning tidak ada di rumah karena menjadi badut? Berarti badut yang kemarin itu dia juga? Astaga … kok bisa aku sampai tidak mengenalinya. Sekarang Ning sudah tahu kalau aku memiliki perempuan lain di belakang dia. Pantas saja sikapnya sangat ane

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 9 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NING"Ternyata perempuan itu lebih berarti daripada aku dan anak kita, Mas. Kamu lebih memilih pergi meninggalkan kami," ucapku tanpa beranjak dari tempat duduk setelah Mas Heru benar-benar meninggalkan rumah.Laki-laki yang pernah mengucap janji suci, berjanji di depan bapak telah mengingkari ucapannya sendiri. Tidak ada maksud menjadi istri pembangkang, membantah dan berani menantang suami. Tapi Mas Heru sudah sangat keterlaluan. Bukan kata maaf yang terucap atas perbuatan yang dia lakukan, melainkan masih saja menyalahkanku. "Kita pasti mampu menghadapi semua ini, Nak. Ibu akan selalu menjagamu. Maafin Ibu belum bisa memberikan yang terbaik." ***Waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan berwudhu untuk menjalankan salat sunah tahajud. Hanya dengan mengadu dan berkeluh kesah pada Rabb'ku hati ini menjadi tenang. Menguntai sebuah doa dan harapan, memohon ampun atas segala kesalahan. Aku pasrahkan hidu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 10 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Da, Ida …," panggilku sambil mengetuk pintu berkali-kali. Pagi-pagi buta aku sudah menyambangi kontrakannya. Tidak berapa lama Ida pun membuka pintu, wajahnya masih terlihat ngantuk. "Astaga, Mas Heru. Ngapain pagi begini sudah ke sini. Aku juga belum mandi, baru bangun tidur.""Boleh aku masuk dulu. Ngga enak kalau dilihatin orang." Aku celingak celinguk mengamati sekitar kontrakan Ida. "Cepetan!"Aku pun segera memasukkan barang-barangku.Semalam terpaksa aku tidur di pos ronda tak jauh dari kontrakan Ida, karena bingung mesti ke mana. "Da, aku nitip mandi, ya.""Hem … malah repot sendiri 'kan sekarang. Harusnya Mas Heru tidak usah pakai acara pergi dari rumah segala. Mestinya badut itu yang keluar. Sekarang dia malah enak-enakkan tinggal di rumah kamu.""Ngga pa-pa, Da. Ini juga untuk sementara saja. Besok setelah Ning melahirkan, aku akan ceraikan dia. Dan rumah itu akan aku minta." Terpaksa berbohong, padahal rumah tersebut memang mi

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 11 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Ustriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSebenarnya aku malu harus meladeni kekonyolanmu itu, Mas. Tapi ucapan demi ucapan yang kamu lontarkan selalu menyakitkan. Memberi sedikit pelajaran memang harus aku lakukan. "Cepat kamu ambil kunci motorku!" Mas Heru menarik kasar baju badutku dari belakang. Untung saja aku bisa mengimbangi badan sehingga tidak terjengkang."Jangan kasar sama perempuan, apalagi dia sedang hamil," balas Bu Wati yang tiba-tiba datang mem*k*l keras kepala Mas Heru."Tidak usah ikut campur perempuan tua. Ini urusanku dengan badut g*la itu," ucap Mas Heru seraya menunjukku.PLAKKKPLAKKKDua tamparan keras membuat pipi Mas Heru seketika memerah. "Badut gil*? Lagi-lagi kamu mengucapkan kata-kata itu. Bukannya kamu yang tidak w*ras? Aku, yang kamu sebut g*la tak lain Ibu dari darah dagingmu." Mas Heru memegang pipinya dengan wajah penuh amarah. "Aku tidak yakin itu anakku, bisa saja 'kan selama ini kamu juga memiliki selingkuhan. Aku 'kan jarang di rumah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 12 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Ngga usah bicara apapun, Mas. Urus sendiri, tuh, motor kamu." Ida meremas kesal tangannya, dia terlihat sangat marah. "Da, kamu mau ninggalin Mas sendirian di sini? Ini kuncinya belum bisa diambil." Aku berusaha mengejar langkah Ida yang hendak menyeberang."Aku 'kan sudah bilang, urus sendiri. Lagian kamu itu benar-benar kurang kerjaan, ya, Mas. Nyari makan siang saja sampai ke sini. Aku yakin, kamu memang sengaja pengen ketemu si badut g*la itu."Niatku memang ingin memberi pelajaran pada Ning, tapi aku tidak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini. Bahkan Ning berani sekali men*njokku sampai memar seperti ini. "Oke, Mas minta maaf. Tapi bantuin Mas ngambil kuncinya, ya. Biar kita bisa cepat balik ke pabrik.""Apa?" ucap Ida dengan mata melotot. "Maksudnya aku mesti turun ke selokan dan ngambil kuncinya? Begitu?""Tepat, kamu memang perempuan cerdas. Mas belum bilang saja, kamu sudah tahu. Tolong, ya." Aku menangkupkan kedua tangan, mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-06

Bab terbaru

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 38 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku (TAMAT)

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUFull PartBerkali-kali aku mengamati sebuah undangan cantik berwarna cokelat yang terpampang sebuah foto, tertera nama Ningrum Anniyah dan Ilham Ramadhan. Ning memberikan langsung undangan tersebut saat aku datang menemui Fathan. "Mas, jika berkenan, aku harap kamu datang di acara pernikahanku. Aku juga minta doanya semoga lancar sampai hari H." Ucapan tersebut terus terngiang di telinga. Perempuan yang dulu kupilih menjadi pendamping dan telah kuceraikan, kini sudah ada pria lain yang meminang.—------------Mondar-mandir dengan perasaan tak menentu. Hari ini hari pernikahan Ning dengan Pak Ilham. Aku bingung, harus datang atau tidak. Bukan tidak suka Ning menikah lagi, aku bahagia untuk itu. Tapi … entah kenapa, aku justru teringat kembali dengan pernikahan kami. Apa ini rasa penyesalan karena telah meninggalkan dia? Atau sebenarnya rasa yang dulu pernah ada tumbuh kembali? Tidak … itu tidak boleh terjadi. Sekarang Ning sudah menemukan pr

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 37 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSetelah ada kesepakatan, akhirnya kedua belah pihak keluarga memutuskan kalau pernikahanku dengan Mas Ilham akan dilaksanakan lebih dulu satu bulan dari pernikahan Faiz dan Raras. Aku juga sudah bicara pada keluarga kalau menginginkan pernikahan sederhana saja, sama seperti waktu lamaran. Selain ini pernikahan kedua untuk aku dan Mas Ilham. Aku juga menjaga perasaan pihak keluarga mama'nya Fahira yang masih sangat berhubungan baik dengan keluarga Mas Ilham, bahkan mereka juga begitu baik padaku. Faiz dan Raras pun tidak keberatan sama sekali kalau kami mendahului mereka. Bahkan mereka sangat antusias sekali menyambut rencana pernikahanku dengan Mas Ilham yang akan dilaksanakan dua bulan lagi.Di acara pernikahan nanti, aku ingin kedua orang tua Mas Heru datang. Pun dengan Mas Heru sendiri. —------------"Kamu mau menikah, Ning?" jawab emaknya Mas Heru ketika aku memberitahu soal pernikahan dan meminta doa restu melalui sambungan te

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 36 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUFathan … seketika kehadiranmu telah merubah ayah. Memberikan kebahagiaan yang selama ini belum pernah ayah rasakan. Rasa bersalahku semakin tak terbendung, ketika, Ning, perempuan yang sudah aku sia-siakan sama sekali tidak menyimpan dendam, dia telah memaafkan'ku. —-----------Terlihat ada keributan tak jauh dari toko pakaian tempat aku membelikan setelan baju untuk Fathan. Aku pun sedikit mendekat untuk memastikan ada apa."Dasar ulat bulu. Sudah tahu suami orang, masih saja kamu dekati." Terdengar ucapan dari seorang perempuan sambil menjambak rambut perempuan di depannya. "Jangan, Mbak, kasihan. Nanti rambutnya rontok," ucap pria yang mencoba menghalangi. Aku masih belum melihat dengan jelas. "Kasihan? Kamu kasihan sama pelakor ini. Sedangkan kamu tidak kasihan dengan istri yang sedang hamil besar di rumah." Suaranya begitu lantang dengan ucapan yang sangat jelas Aku semakin mendekat jadi satu dengan orang-orang yang berkerumun.Kedua

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 35 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGMas Heru … bukannya aku tidak ingin kamu mendekati Fathan. Sebenarnya perasaanku lega kalau hatimu benar-benar sudah terbuka. Karena memang yang aku harapkan selama ini.Tetapi … sepertinya aku masih butuh waktu mengizinkan Fathan untuk mengenalmu sebagai ayahnya, selama masih ada kebimbangan dalam diri kamu. —-------------Hari ini adalah hari di mana aku akan memberi jawaban pada Mas Ilham. Genap satu bulan aku meminta waktu untuk berpikir matang-matang dan memohon petunjuk pada Allah sebelum akhirnya mengambil sebuah keputusan besar. Semua orang sudah kumpul di ruang tamu. Raras juga datang bersama Mas Ilham. Kini semua pandangan terarah padaku. Sepertinya mereka sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban yang akan aku sampaikan. "Bismillah, hari ini saya akan memberi jawaban atas niat Mas Ilham satu bulan lalu." Aku menghentikan ucapan yang membuat semua orang terlihat tegang. "Mas Ilham sudah tahu bagaimana masa lalu saya. Ma

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 34 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUKenapa sekarang aku lemah di depan Ning? Kenapa bibir ini tak mampu mengucap sebuah pembelaan seperti yang biasa aku lakukan setiap bertemu dengannya Mungkin memang sudah waktunya aku diam. Ya … akan aku dengar dan aku terima apapun yang ingin kamu katakan, Ning. Menatap Ning yang buru-buru pergi. Aku mengingat kembali atas ucapan yang pernah aku lontarkan padanya waktu dulu dia menjadi badut. Sebuah pekerjaan yang aku pandang sebelah mata, ternyata sekarang menjadi profesiku sehari-hari. —----------------Semakin hari rasa ingin bertemu dengan Fathan semakin kuat. Tersiksa. Hati ini merasa ada yang mengganjal ketika teringat anak tersebut.Apa dia memang darah dagingku? Kenapa wajah dan tatapannya saat foto bersama di taman waktu itu tidak bisa kulupakan. Terus membayangi pikiran.Haruskah aku memastikan pada Ning. Apa benar Fathan anakku?-Pulang menjadi badut, aku putuskan untuk datang ke rumah yang dulu pernah ngamen di sana, tempat

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 33 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGBibirku tak mampu berkata-kata. Bahkan napas ini terasa berhenti. Tertegun."I-Ibu tidak salah dengar 'kan? Kamu mau melamar Ning, Ham?" Bu Wati memperjelas ucapan yang baru saja dikatakan Mas Ilham. "Iya, Bu. Saya ingin melamar Ningrum–putri Ibu," terangnya. Aku berdiri hendak meninggalkan ruang tamu. Apa ini? Tiba-tiba Mas Ilham ingin melamarku, seakan-akan keputusan sangat besar hanya seperti candaan semata."Mbak Ning. Maaf, kalau niat saya ini tidak berkenan di hati, Mbak. Saya tidak akan memaksa." "Ning … duduklah!" titah Bu Wati.Rasanya berat untuk kembali menjatuhkan bobot tubuh di sofa. Tapi aku tidak bisa menolak apa yang diperintahkan Bu Wati. "Kenapa Mas Ilham bisa semudah itu ingin melamar saya? Kita kenal sebatas kenal biasa. Tidak ada kedekatan lebih. Apalagi memiliki rasa. Apa Mas Ilham pikir, saya perempuan yang berhak dipermainkan?" "Demi Allah, saya serius. Saya tidak mempermainkan Mbak Ningrum."Aku menatap B

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 32 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Apa? Kamu mau mengundurkan diri. Padahal bekerja belum ada satu minggu," respon Pak Bagas ketika aku minta izin berhenti kerja. Rasanya tidak mungkin untuk tetap kerja di tempat yang pemiliknya saja ternyata sangat kenal baik dengan Ning. Bahkan anaknya Pak Ilham begitu lengket dengan mantan istriku itu. Kalau sampai Ning tahu aku kerja di restaurant ini sebagai cleaning servis, pasti dia akan mencemooh habis-habisan. "Saya mau pulang kampung dalam waktu yang belum bisa ditentukan, Pak.""Ya sudah, saya juga tidak bisa melarang kalau itu sudah menjadi keputusan kamu."—----------Baru juga dapat pekerjaan, tapi aku sudah harus berhenti. Hidupku seakan-akan selalu diikuti bayangan Ning. Selalu saja bertemu dia. Sekarang aku tidak tahu harus kerja apa. Sedangkan lamaran lainnya belum ada panggilan. Apa mesti ngamen lagi? Menghentikan motor dan memarkirkannya. Aku turun dan duduk di pinggir trotoar. Menatap setiap kendaraan yang lewat denga

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 31 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGMas Heru? Tidak. Mana mungkin dia ada di sini. Aku melihat sosok pria yang mirip sekali dengan Mas Heru. Tapi hanya sekilas melihatnya karena terhalang para tamu."Kamu lihatin siapa, Ning?" tanya Bu Wati yang menghampiri. "Mas Heru, Bu.""Heru. Heru mantan suami kamu maksudnya? Memangnya dia ada di sini?""Entahlah, Bu. Ning seperti melihat dia. Mungkin mirip saja kali, ya, Bu.""Ya sudah, kita langsung masuk, yuk.""Tante, ayo," ajak Fahira. Dari awal datang, dia langsung menyambutku dengan wajah sumringah. "Fahira, jangan ngerepotin Tante Ningrum, ya. Dia 'kan tamu," ucap Mas Ilham yang seketika membuat mata Fahira berkaca-kaca."Tidak apa-apa, Mas. Saya ke sini juga ingin bertemu sama Fahira kok. Ayo, Sayang." Aku mengajak Fahira masuk. Kami duduk satu meja dengan Bu Wati, Faiz dan juga Raras. -Setelah serangkaian acara, Akhirnya sampai juga di acara paling ditunggu-tunggu gunting pita dan potong tumpeng. Mas Ilham di dampin

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 30 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUMengenakan kemeja warna putih, celana dan sepatu warna hitam, aku berangkat menuju restaurant tempat aku melamar pekerjaan. Setelah tiga minggu, akhirnya mendapat panggilan.Sesampainya di restaurant, ternyata sudah ada beberapa pelamar lainnya yang menunggu untuk interview. Melihat mereka semua yang masih muda, tak menciutkan mentalku. Karena aku yakin pasti akan diterima. Setelah menunggu lumayan agak menjenuhkan, kini giliranku untuk interview."Apa, Pak, diterima sebagai cleaning servis atau busser? Saya 'kan melamar sebagai waiters," ucapku di tengah-tengah interview."Syarat sebagai waiters atau waitress, umur harus di bawah dua puluh lima tahun. Sedangkan mas'nya sudah dua puluh delapan tahun."Sialan, sudah dandan serapi mungkin hanya diterima sebagai cleaning servise. Padahal wajahku cukup tampan, sangat disayangkan hanya jadi tukang bersih-bersih "Bagaimana, mau diterima apa tidak? Karena masih banyak pelamar lain di luar."Kalau t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status