Beranda / Pernikahan / Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku / Bab 36 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

Share

Bab 36 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-31 14:53:32

BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU

Fathan … seketika kehadiranmu telah merubah ayah. Memberikan kebahagiaan yang selama ini belum pernah ayah rasakan.

Rasa bersalahku semakin tak terbendung, ketika, Ning, perempuan yang sudah aku sia-siakan sama sekali tidak menyimpan dendam, dia telah memaafkan'ku.

—-----------

Terlihat ada keributan tak jauh dari toko pakaian tempat aku membelikan setelan baju untuk Fathan. Aku pun sedikit mendekat untuk memastikan ada apa.

"Dasar ulat bulu. Sudah tahu suami orang, masih saja kamu dekati." Terdengar ucapan dari seorang perempuan sambil menjambak rambut perempuan di depannya.

"Jangan, Mbak, kasihan. Nanti rambutnya rontok," ucap pria yang mencoba menghalangi. Aku masih belum melihat dengan jelas.

"Kasihan? Kamu kasihan sama pelakor ini. Sedangkan kamu tidak kasihan dengan istri yang sedang hamil besar di rumah." Suaranya begitu lantang dengan ucapan yang sangat jelas

Aku semakin mendekat jadi satu dengan orang-orang yang berkerumun.

Kedua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
arif
lanjutkan kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 37 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSetelah ada kesepakatan, akhirnya kedua belah pihak keluarga memutuskan kalau pernikahanku dengan Mas Ilham akan dilaksanakan lebih dulu satu bulan dari pernikahan Faiz dan Raras. Aku juga sudah bicara pada keluarga kalau menginginkan pernikahan sederhana saja, sama seperti waktu lamaran. Selain ini pernikahan kedua untuk aku dan Mas Ilham. Aku juga menjaga perasaan pihak keluarga mama'nya Fahira yang masih sangat berhubungan baik dengan keluarga Mas Ilham, bahkan mereka juga begitu baik padaku. Faiz dan Raras pun tidak keberatan sama sekali kalau kami mendahului mereka. Bahkan mereka sangat antusias sekali menyambut rencana pernikahanku dengan Mas Ilham yang akan dilaksanakan dua bulan lagi.Di acara pernikahan nanti, aku ingin kedua orang tua Mas Heru datang. Pun dengan Mas Heru sendiri. —------------"Kamu mau menikah, Ning?" jawab emaknya Mas Heru ketika aku memberitahu soal pernikahan dan meminta doa restu melalui sambungan te

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 38 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku (TAMAT)

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUFull PartBerkali-kali aku mengamati sebuah undangan cantik berwarna cokelat yang terpampang sebuah foto, tertera nama Ningrum Anniyah dan Ilham Ramadhan. Ning memberikan langsung undangan tersebut saat aku datang menemui Fathan. "Mas, jika berkenan, aku harap kamu datang di acara pernikahanku. Aku juga minta doanya semoga lancar sampai hari H." Ucapan tersebut terus terngiang di telinga. Perempuan yang dulu kupilih menjadi pendamping dan telah kuceraikan, kini sudah ada pria lain yang meminang.—------------Mondar-mandir dengan perasaan tak menentu. Hari ini hari pernikahan Ning dengan Pak Ilham. Aku bingung, harus datang atau tidak. Bukan tidak suka Ning menikah lagi, aku bahagia untuk itu. Tapi … entah kenapa, aku justru teringat kembali dengan pernikahan kami. Apa ini rasa penyesalan karena telah meninggalkan dia? Atau sebenarnya rasa yang dulu pernah ada tumbuh kembali? Tidak … itu tidak boleh terjadi. Sekarang Ning sudah menemukan pr

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 1 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Mas, boleh aku minta uang? Beras dan keperluan pokok lainnya sudah habis," terang Ning–istriku.Aku yang sedang mengenakan kemeja kerja langsung menoleh ke arahnya. "Habis? Harusnya 'kan uang mingguan yang aku kasih cukup untuk belanja kebutuhan satu minggu. Ini baru empat hari. Memang uangnya kamu ke manain?" tanyaku agak kesal. Aku kembali mengalihkan pandangan ke cermin. Merapikan pakaian dan menyisir rambut. Baru empat hari, bisa-bisanya uang belanja sudah habis. Padahal aku tidak pernah telat memberi uang mingguan pada Ning. Sebagai suami, aku sudah berusaha tanggung jawab, tapi istriku selalu saja boros. Bukannya uang tujuh puluh ribu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan satu minggu. Apalagi kita cuma tinggal berdua."Kemarin ada kebutuhan di luar itu, Mas. Aku ambil tiga puluh ribu untuk bayar arisan bulanan RT dan juga kas, aku udah nunggak tiga kali dan harus dibayar semua," terangnya."Mending ngga usah ikut RT'nan. Bi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 2 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUIda sudah menungguku di depan kontrakannya. Mimik wajahnya bisa ditebak kalau dia sedang kesal. Semua gara-gara Ning, aku jadi terlambat menjemput kesayangan. "Niat jemput ngga, sih, Mas. Kamu terlambat sepuluh menit. Aku tuh paling males kalau disuruh nunggu.""Maaf, Da. Tadi Mas harus …," aku menghentikan ucapan. Tidak mungkin bilang sama Ida kalau tadi harus nganter Ning ke warung dulu. Bisa-bisa dia tambah ngambek."Harus apa?" "Harus ngisi bensin dulu, kemarin lupa mau ngisi sekalian. Tadi antri panjang." Segera turun dan mendekati Ida yang masih terlihat cemberut dengan tangan bersedekap. Meski sedang marah, tapi Ida tetap terlihat cantik. Hatiku semakin tak karuan dibuatnya. Seandainya aku bisa menikah dengannya, betapa bahagia dan beruntungnya aku. "Sudah, dong, cemberutnya! Nanti pulang kerja, Mas beliin kamu hadiah."Seketika kedua mata Ida berbinar, "bener, Mas? Kamu mau ngasih aku hadiah?"Aku menganggukkan kepala sembari memeg

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 3 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSebenarnya dari semalam aku ingin bicara sama Mas Heru, ingin periksa kandungan ke dokter. Selama hamil, aku belum pernah USG dan hanya periksa ke bidan di desa sebelah. Itu pun Mas Heru sering uring-uringan saat aku meminta uang untuk periksa. "Mas, mumpung kamu libur kerja, anterin aku periksa ke dokter, ya. Aku pingin USG, biar tahu perkembangan bayi kita di dalam kandungan." Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk bicara.Mas Heru tidak menggubris ucapanku, dia terlalu asyik dengan ponsel di tangannya. "Mas …," panggilku lagi."Kamu pikir periksa ke dokter ngga bayar? Ngga usah USG juga ngga pa-pa 'kan. Asal kamu bisa jaga baik-baik kandunganmu, bayinya pasti sehat."Aku merasa, semakin hari sikap Mas Heru semakin cuek padaku. Tidak ada perhatiannya sama sekali. "Mas … sekali ini saja. Aku cuma pengen tahu kondisi bayi kita," rengekku.Mas Heru berdiri dari duduknya dan mendekat ke arahku. Kini dia berdiri persis di depanku. "

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 4 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Ning … Ning," teriakku. Setelah berdebat tadi, aku memang meninggalkan dia untuk keluar jalan-jalan, tentunya bersama Ida. Setidaknya pusing di kepala ini langsung hilang ketika melihat senyum manisnya. "Ke mana, sih, perempuan ini? Selalu saja bikin aku emosi.""Assalamu'alaikum." Tidak berapa lama Ning datang."Astaga, suami pulang bukannya di rumah malah kelayapan."Ning hanya diam saja, sama sekali tidak menjawab ucapanku. Dia langsung pergi ke belakang mengambil segelas air putih untukku, dan masih tetap diam.Sok-sok'an ngambek segala. Memangnya aku peduli. Harusnya 'kan aku yang marah.Coba saja Ida yang menyambutku saat pulang ke rumah, pasti rasa lelahku langsung hilang. Tidak seperti sekarang, aku merasa tidak nyaman berada di rumah.***Pagi yang kunanti telah tiba. Waktu yang selalu membuat semangat karena akan bertemu dengan pujaan hati. Ida Indriyani … sedetikpun rasanya enggan untuk menghilangkan bayangannya dari pikiranku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 5 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"M-Mas Heru …. Aku tidak salah lihat 'kan? Barusan benar-benar Mas Heru. Istri? Dia menyebut perempuan yang dibonceng dengan sebutan istri. Lantas aku ini?"Aku yang baru saja turun ke jalan menghibur pengendara yang berhenti di lampu merah mendapat kejutan yang membuat hati ini tercabik, teriris. Begitu sakit.Menangis? Tidak, bahkan aku tidak mampu menangis. Aku menepuk dada ini berkali-kali untuk menghilangkan rasa sesak yang tak mampu kubendung. "Ning, kamu kenapa? Sakit?" tanya Bu Wati–ibu badut yang memberiku pekerjaan."Sa-sakit? Saya tidak apa-apa, Bu. Cuma sedikit nyeri saja perutnya, mungkin karena barusan bayi di dalam perut nendang." Aku berusaha tersenyum, meski hatiku menangis dan hancur."Benar? Kalau memang sedang tidak enak badan, jangan dipaksain. Kamu bisa mulai jadi badut kapan saja, yang penting kesehatanmu, Ning."Aku tidak boleh lemah, aku tidak boleh cengeng, aku perempuan kuat. Aku berusaha melupakan apa yang kulihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 6 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Ada apa dengan Ning? Sikapnya tiba-tiba berubah. Apa dia kesurupan karena seharian kelayapan?" ucapku sendiri sambil berusaha menghidupkan kayu bakar untuk masak air. Berkali-kali berusaha, tapi tetap saja tidak bisa. Sampai-sampai mataku perih. Hah … d*s*r istri tidak tahu diri. Disuruh menyiapkan air panas tidak mau, disuruh masak enak malah ngasih kertas. Apa, sih, mau dia?Coba sedang tidak hamil, sudah ku'tinggalkan saat ini juga. Hampir lima belas menit, masih saja aku tidak bisa menghidupkan apinya. Emosiku sudah sampai di ubun-ubun. Capek pulang kerja bukannya dilayani, malah disuruh masak air sendiri. Aku segera melempar kayu yang ada di depanku dan beranjak masuk untuk menyuruh Ning yang masak air. Karena itu sudah menjadi tugasnya.Ning yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat sangat santai, sama sekali tidak merasa bersalah telah menyuruhku mengerjakan tugas yang sudah menjadi tugasnya. Aku menarik tangan Ning mengajak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30

Bab terbaru

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 38 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku (TAMAT)

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUFull PartBerkali-kali aku mengamati sebuah undangan cantik berwarna cokelat yang terpampang sebuah foto, tertera nama Ningrum Anniyah dan Ilham Ramadhan. Ning memberikan langsung undangan tersebut saat aku datang menemui Fathan. "Mas, jika berkenan, aku harap kamu datang di acara pernikahanku. Aku juga minta doanya semoga lancar sampai hari H." Ucapan tersebut terus terngiang di telinga. Perempuan yang dulu kupilih menjadi pendamping dan telah kuceraikan, kini sudah ada pria lain yang meminang.—------------Mondar-mandir dengan perasaan tak menentu. Hari ini hari pernikahan Ning dengan Pak Ilham. Aku bingung, harus datang atau tidak. Bukan tidak suka Ning menikah lagi, aku bahagia untuk itu. Tapi … entah kenapa, aku justru teringat kembali dengan pernikahan kami. Apa ini rasa penyesalan karena telah meninggalkan dia? Atau sebenarnya rasa yang dulu pernah ada tumbuh kembali? Tidak … itu tidak boleh terjadi. Sekarang Ning sudah menemukan pr

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 37 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGSetelah ada kesepakatan, akhirnya kedua belah pihak keluarga memutuskan kalau pernikahanku dengan Mas Ilham akan dilaksanakan lebih dulu satu bulan dari pernikahan Faiz dan Raras. Aku juga sudah bicara pada keluarga kalau menginginkan pernikahan sederhana saja, sama seperti waktu lamaran. Selain ini pernikahan kedua untuk aku dan Mas Ilham. Aku juga menjaga perasaan pihak keluarga mama'nya Fahira yang masih sangat berhubungan baik dengan keluarga Mas Ilham, bahkan mereka juga begitu baik padaku. Faiz dan Raras pun tidak keberatan sama sekali kalau kami mendahului mereka. Bahkan mereka sangat antusias sekali menyambut rencana pernikahanku dengan Mas Ilham yang akan dilaksanakan dua bulan lagi.Di acara pernikahan nanti, aku ingin kedua orang tua Mas Heru datang. Pun dengan Mas Heru sendiri. —------------"Kamu mau menikah, Ning?" jawab emaknya Mas Heru ketika aku memberitahu soal pernikahan dan meminta doa restu melalui sambungan te

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 36 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUFathan … seketika kehadiranmu telah merubah ayah. Memberikan kebahagiaan yang selama ini belum pernah ayah rasakan. Rasa bersalahku semakin tak terbendung, ketika, Ning, perempuan yang sudah aku sia-siakan sama sekali tidak menyimpan dendam, dia telah memaafkan'ku. —-----------Terlihat ada keributan tak jauh dari toko pakaian tempat aku membelikan setelan baju untuk Fathan. Aku pun sedikit mendekat untuk memastikan ada apa."Dasar ulat bulu. Sudah tahu suami orang, masih saja kamu dekati." Terdengar ucapan dari seorang perempuan sambil menjambak rambut perempuan di depannya. "Jangan, Mbak, kasihan. Nanti rambutnya rontok," ucap pria yang mencoba menghalangi. Aku masih belum melihat dengan jelas. "Kasihan? Kamu kasihan sama pelakor ini. Sedangkan kamu tidak kasihan dengan istri yang sedang hamil besar di rumah." Suaranya begitu lantang dengan ucapan yang sangat jelas Aku semakin mendekat jadi satu dengan orang-orang yang berkerumun.Kedua

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 35 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGMas Heru … bukannya aku tidak ingin kamu mendekati Fathan. Sebenarnya perasaanku lega kalau hatimu benar-benar sudah terbuka. Karena memang yang aku harapkan selama ini.Tetapi … sepertinya aku masih butuh waktu mengizinkan Fathan untuk mengenalmu sebagai ayahnya, selama masih ada kebimbangan dalam diri kamu. —-------------Hari ini adalah hari di mana aku akan memberi jawaban pada Mas Ilham. Genap satu bulan aku meminta waktu untuk berpikir matang-matang dan memohon petunjuk pada Allah sebelum akhirnya mengambil sebuah keputusan besar. Semua orang sudah kumpul di ruang tamu. Raras juga datang bersama Mas Ilham. Kini semua pandangan terarah padaku. Sepertinya mereka sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban yang akan aku sampaikan. "Bismillah, hari ini saya akan memberi jawaban atas niat Mas Ilham satu bulan lalu." Aku menghentikan ucapan yang membuat semua orang terlihat tegang. "Mas Ilham sudah tahu bagaimana masa lalu saya. Ma

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 34 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUKenapa sekarang aku lemah di depan Ning? Kenapa bibir ini tak mampu mengucap sebuah pembelaan seperti yang biasa aku lakukan setiap bertemu dengannya Mungkin memang sudah waktunya aku diam. Ya … akan aku dengar dan aku terima apapun yang ingin kamu katakan, Ning. Menatap Ning yang buru-buru pergi. Aku mengingat kembali atas ucapan yang pernah aku lontarkan padanya waktu dulu dia menjadi badut. Sebuah pekerjaan yang aku pandang sebelah mata, ternyata sekarang menjadi profesiku sehari-hari. —----------------Semakin hari rasa ingin bertemu dengan Fathan semakin kuat. Tersiksa. Hati ini merasa ada yang mengganjal ketika teringat anak tersebut.Apa dia memang darah dagingku? Kenapa wajah dan tatapannya saat foto bersama di taman waktu itu tidak bisa kulupakan. Terus membayangi pikiran.Haruskah aku memastikan pada Ning. Apa benar Fathan anakku?-Pulang menjadi badut, aku putuskan untuk datang ke rumah yang dulu pernah ngamen di sana, tempat

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 33 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGBibirku tak mampu berkata-kata. Bahkan napas ini terasa berhenti. Tertegun."I-Ibu tidak salah dengar 'kan? Kamu mau melamar Ning, Ham?" Bu Wati memperjelas ucapan yang baru saja dikatakan Mas Ilham. "Iya, Bu. Saya ingin melamar Ningrum–putri Ibu," terangnya. Aku berdiri hendak meninggalkan ruang tamu. Apa ini? Tiba-tiba Mas Ilham ingin melamarku, seakan-akan keputusan sangat besar hanya seperti candaan semata."Mbak Ning. Maaf, kalau niat saya ini tidak berkenan di hati, Mbak. Saya tidak akan memaksa." "Ning … duduklah!" titah Bu Wati.Rasanya berat untuk kembali menjatuhkan bobot tubuh di sofa. Tapi aku tidak bisa menolak apa yang diperintahkan Bu Wati. "Kenapa Mas Ilham bisa semudah itu ingin melamar saya? Kita kenal sebatas kenal biasa. Tidak ada kedekatan lebih. Apalagi memiliki rasa. Apa Mas Ilham pikir, saya perempuan yang berhak dipermainkan?" "Demi Allah, saya serius. Saya tidak mempermainkan Mbak Ningrum."Aku menatap B

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 32 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKU"Apa? Kamu mau mengundurkan diri. Padahal bekerja belum ada satu minggu," respon Pak Bagas ketika aku minta izin berhenti kerja. Rasanya tidak mungkin untuk tetap kerja di tempat yang pemiliknya saja ternyata sangat kenal baik dengan Ning. Bahkan anaknya Pak Ilham begitu lengket dengan mantan istriku itu. Kalau sampai Ning tahu aku kerja di restaurant ini sebagai cleaning servis, pasti dia akan mencemooh habis-habisan. "Saya mau pulang kampung dalam waktu yang belum bisa ditentukan, Pak.""Ya sudah, saya juga tidak bisa melarang kalau itu sudah menjadi keputusan kamu."—----------Baru juga dapat pekerjaan, tapi aku sudah harus berhenti. Hidupku seakan-akan selalu diikuti bayangan Ning. Selalu saja bertemu dia. Sekarang aku tidak tahu harus kerja apa. Sedangkan lamaran lainnya belum ada panggilan. Apa mesti ngamen lagi? Menghentikan motor dan memarkirkannya. Aku turun dan duduk di pinggir trotoar. Menatap setiap kendaraan yang lewat denga

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 31 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUPOV NINGMas Heru? Tidak. Mana mungkin dia ada di sini. Aku melihat sosok pria yang mirip sekali dengan Mas Heru. Tapi hanya sekilas melihatnya karena terhalang para tamu."Kamu lihatin siapa, Ning?" tanya Bu Wati yang menghampiri. "Mas Heru, Bu.""Heru. Heru mantan suami kamu maksudnya? Memangnya dia ada di sini?""Entahlah, Bu. Ning seperti melihat dia. Mungkin mirip saja kali, ya, Bu.""Ya sudah, kita langsung masuk, yuk.""Tante, ayo," ajak Fahira. Dari awal datang, dia langsung menyambutku dengan wajah sumringah. "Fahira, jangan ngerepotin Tante Ningrum, ya. Dia 'kan tamu," ucap Mas Ilham yang seketika membuat mata Fahira berkaca-kaca."Tidak apa-apa, Mas. Saya ke sini juga ingin bertemu sama Fahira kok. Ayo, Sayang." Aku mengajak Fahira masuk. Kami duduk satu meja dengan Bu Wati, Faiz dan juga Raras. -Setelah serangkaian acara, Akhirnya sampai juga di acara paling ditunggu-tunggu gunting pita dan potong tumpeng. Mas Ilham di dampin

  • Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku   Bab 30 Badut di Lampu Merah Itu Ternyata Istriku

    BADUT DI LAMPU MERAH ITU TERNYATA ISTRIKUMengenakan kemeja warna putih, celana dan sepatu warna hitam, aku berangkat menuju restaurant tempat aku melamar pekerjaan. Setelah tiga minggu, akhirnya mendapat panggilan.Sesampainya di restaurant, ternyata sudah ada beberapa pelamar lainnya yang menunggu untuk interview. Melihat mereka semua yang masih muda, tak menciutkan mentalku. Karena aku yakin pasti akan diterima. Setelah menunggu lumayan agak menjenuhkan, kini giliranku untuk interview."Apa, Pak, diterima sebagai cleaning servis atau busser? Saya 'kan melamar sebagai waiters," ucapku di tengah-tengah interview."Syarat sebagai waiters atau waitress, umur harus di bawah dua puluh lima tahun. Sedangkan mas'nya sudah dua puluh delapan tahun."Sialan, sudah dandan serapi mungkin hanya diterima sebagai cleaning servise. Padahal wajahku cukup tampan, sangat disayangkan hanya jadi tukang bersih-bersih "Bagaimana, mau diterima apa tidak? Karena masih banyak pelamar lain di luar."Kalau t

DMCA.com Protection Status