Naila tidak ada waktu memikirkan tentang pria masa lalu Irwan, pasalnya Irwan sendiri sudah menceritakan semua masa lalunya bersama dengan wanita itu. Naila bahkan tidak menceritakan mengenai masa lalunya dengan lebih jelas kecuali dari ayahnya yang bercerita langsung pada Irwan. Mengingat itu semua membuat Naila menghembuskan nafas panjang, masa lalu yang sangat ingin dilupakan secara mudah dibuka oleh ayahnya.
“Kamu sudah disini?” tanya Irwan saat masuk kedalam ruangan “Kenapa nggak di kamar atau ruangan sebelah Leo?”
“Mas Bagas mau ketemu kamu.” Naila membuka suara.
“Kamu sama Mas Bagas? Lalu mobil kamu?”
“Mas Bagas yang minta sopir rumah ambil mobilku.”
Irwan mengangguk paham “Ya udah, kita ketemu sama Mas Bagas.”
Irwan mengulurkan tangan yang membuat Naila ragu, mengetahui itu Irwan mendekati Naila dengan mencium bibirnya sekilas. Mendapatkan perlakuan seperti itu m
Pertemuan dengan Bagas saat itu adalah pertemuan Naila dengan Irwan dalam kondisi normal, selanjutnya mereka benar-benar hanya bertemu saat di ranjang. Naila sendiri tidak lupa menyiapkan segala macam kebutuhan Irwan untuk bekerja nantinya, menatap Irwan yang masih tidur nyenyak membuat Naila hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Irwan yang benar-benar sibuk membuat mereka tinggal di hotel, agar lebih cepat dirinya istirahat dan Naila mengikuti semua perkataan Irwan bahkan sopir untuk dirinya sudah tersedia.“Kamu masih di rumah sakit?” tanya Irwan dengan mata terpejamnya.“Ya, masih ada yang harus dikerjakan tapi nggak lama memang kenapa?”“Aku sedikit luang hari ini, ya walaupun nggak sepenuhnya sih.” Irwan membuka matanya membuat mereka saling memandang satu sama lain “Aku kangen menghabiskan waktu bersama gimana kalau memang waktunya tepat kita jalan-jalan?”“Sama sopir?” Irwan menyipitkan
Naila memang mengikuti langkah Evan menuju tempat parkir karena tidak ingin membuat keributan dengan pria tersebut, melangkah dalam diam seakan mereka tidak saling mengenal sudah menjadi kebiasaan Naila kecuali dengan Vivian. Naila tahu jika sopir tidak akan menjemputnya, tadi dirinya berniat mampir ke cafe tempat orang tuanya karena cukup lama tidak datang kesana tapi sepertinya niat hanya tinggal niat.“Kita mau kemana?” tanya Naila membuka suara setelah berada didalam mobil Evan.Menatap sekitar dimana tidak ada perubahan sama sekali dari penampilan mobilnya sama persis dengan saat Naila berada disini, mengingat mobil ini seketika teringat bagaimana mereka selalu saja hampir melakukan hal gila di masa lalu. Evan yang selalu menemaninya setiap memiliki permasalahan terutama dengan Rafa, tidak banyak yang tahu bagaimana hubungan mereka berdua sebenarnya.“Kita ke tempat biasa.”Membeku mendengar jawaban dari Evan “Maksudnya
“Aku masih cinta sama dia, Mas.”Naila menghentikan langkahnya membuat Irwan menatap bingung atau lebih tepatnya tegang, mengalihkan pandangan ke belakang dan tidak ada mereka berdua disana. Endi tampaknya sudah berhasil membawa wanita yang bernama Dona, entah hubungan apa yang mereka miliki sebelumnya.“Nay, masuk.” Suara lembut Irwan membuat Naila tersadar dan menatap kearahnya “Aku akan jelaskan semuanya.”Naila menarik dan menghembuskan nafas panjang lalu mengangguk, ekspresi wajah Irwan seketika kembali seperti sebelumnya. Naila masuk kedalam ruangannya dan Irwan meletakkan pekerjaannya di meja tempat biasanya dia bekerja, Naila sendiri memilih duduk di kursinya yang juga berada di ruangan Irwan.“Kami pernah dekat.” Irwan membuka suara membuat Naila menghentikan gerakannya tanpa menatap kearah Irwan “Sayang kita duduk di sofa sini untuk berbicara dan aku nggak mau kamu salah paham dengan Dona.&rd
“Nonton?” tanya Irwan yang mendapat gelengan kepala dari Naila “Kenapa nggak mau? Asyik nonton malam-malam.”“Ya, baliknya mall udah tutup nggak mau takut.” Naila bergidik ngeri membuat Irwan tertawa.“Takut tu sama Tuhan bukan mereka.” Irwan memberikan tanda kutip atas.“Kalau terang dan kita punya waktu baru nonton.” Naila menatap lembut pada Irwan yang hanya mengangguk pelan “Gimana kalau kita ke salah satu tempat.” Irwan mengernyitkan dahinya “Nanti aja aku kasih tahu sekarang mending kita berangkat.”Naila berniat mendatangi tempat yang memiliki suasana menyenangkan, dirinya datang bersama dengan Vivian setelah berjalan-jalan dengan Evan saat mengalami masa sulit dengan Rafa. Naila sangat menyukai tempatnya bukan karena Evan, menu makanan yang ada disana buat Naila sangat enak dibandingkan miliknya.Irwan hanya diam di kursi penumpang bersama dengan Naila, sebe
Membantu orang lain memang penting tapi jika membantu orang yang pernah mempunyai rasa sepertinya tidak mungkin, perasaan akan tumbuh kembali tanpa bisa dicegah apalagi Dona adalah wanita yang dekat dengan Irwan baik pribadi tapi juga perasaannya.“Mikirin apa, Nay?” belaian lembut di pipinya membuat Naila tersadar dengan menatap Evan.Naila beralasan pada Irwan bertemu dengan temannya masa kuliah, dan disinilah mereka berada di apartemen Evan yang tampaknya baru saja dibeli. Naila melupakan satu hal jika memang Evan baru saja membeli untuk persiapan menikah dengan Naila, semuanya hanya rencana dan tempat ini tidak ada nilainya bagi Evan.“Kamu mikirin apa?” tanya Evan lagi yang dijawab gelengan kepala oleh Naila “Kalau kamu ada masalah sama suami kamu bisa datang kesini kapanpun itu.”“Pakaian Mas Evan ada disini?” tanya Naila yang dijawab anggukan kecil “Berarti aku buat apa kesini kalau ujung-ujungn
Memilih kembali ke rumah setelah cukup lama mereka tidak menempati rumah ini, tempat yang sedikit jauh dari tempat mereka bekerja. Alasan Naila memilih pulang kerumah dibandingkan apartemen atau hotel lebih untuk menenangkan dirinya, tidak ada orang didalam rumah membuat Naila bisa menghabiskan waktu dalam kamar dengan memikirkan semua yang baru saja terjadi.Naila sendiri sudah memberi kabar pada Irwan jika berada di rumah, hanya saja Irwan belum membalas pesan yang dikirimnya. Naila tahu seperti apa kesibukkan dari suaminya saat ini, setelah memastikan perasaannya sudah cukup tenang Naila memilih berangkat menuju rumah sakit setelah membuat janji dengan Sally dan tidak lupa memberi kabar pada Irwan setelahnya. Naila tidak ingin terlalu lama memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan Evan, lebih baik fokus pada pekerjaannya saat ini.Satu hal yang tidak Naila ketahui adalah saat ini Irwan bukan sibuk dengan pekerjaannya, melainkan menemani Dona yang meminta bantuan un
Irwan terdiam menatap apa yang Dona lakukan, dirinya pernah ada dalam situasi ini sebelumnya. Jika dulu Irwan akan melakukannya tapi saat ini tidak akan, bagaimanapun harus memikirkan perasaan Naila. Pikiran baik dan buruk yang ada di kepalanya membuat Irwan mematung, suara erangan Dona membuat Irwan tersadar harus melakukan sesuatu, hal pertama yang dilakukan adalah mengambil sesuatu dari tangan Dona yang tadi dimasukkan kedalam miliknya.Irwan mengangkat Dona dengan menggendongnya secara bridal menuju kamar yang ada di lantai atas, membuka pintunya secara perlahan dan langsung meletakkan Dona diatas ranjang. Irwan ingin beranjak tapi ditarik Dona membuat mereka berciuman, memilih menutup bibirnya saat Dona mencium bibirnya dan membelai tubuhnya.Irwan harus bisa menahan dirinya untuk tidak masuk kedalam permainan Dona, ciuman Dona yang penuh gairah membuat Irwan harus bisa bertahan. Saat Dona melepaskan ciumannya membuat Irwan berdiri dengan mengambil jarak terlebih
Suasana didalam mobil menjadi kaku, tidak ada yang membuka suara sama sekali seakan sibuk dengan pemikiran masing-masing. Naila sangat tahu jika Irwan tidak suka membicarakan hal serius saat berada di jalan, memilih diam dan menikmati pemandangan tapi sepertinya Irwan memilih pulang ke rumah yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggal Dona.Naila menatap rumah dan Irwan bergantian, dalam pemikirannya tidak mungkin Irwan sengaja membeli rumah dekat dengan Dona, atau bisa jadi mereka membeli bersama karena memang ingin menghabiskan waktu di tempat berbeda jika liburan. Menghilangkan pemikiran negatif dengan menggelengkan kepala setelah merasa Irwan keluar dari mobil dan sedikit menjauh, keluar dari mobil dengan mengikuti langkah Irwan yang masuk kedalam rumah.Naila mencari keberadaan Irwan yang tidak ada dimanapun, memilih ke dapur untuk mengambilkan minuman dan dibawa ke kamar. Masuk kedalam dengan Irwan yang tidak ada di kamar, suara air terdengar yang menandakan keb