Secara otomatis Esther menarik tangannya dari Felix begitu pun dengan tubuhnya yang menjauh seolah mereka kedapatan melakukan sesuatu yang salah. Felix sendiri terkesiap atas tingkah pola Esther yang mendadak sampai kemudian dia menyadari ada sosok seorang pemuda yang keluar dari lift dan berdiri tepat di hadapan mereka.“Gaara! Kau datang juga?” sapa Felix ramah yang membuat air muka Esther makin pucat. Dia lupa akan satu fakta bahwa mereka berdua sudah pasti saling mengenal satu sama lain.Gaara yang terpana akan situasi yang dia hadapi bahkan tidak sadar bahwa dia melangkah keluar dari lift yang baru saja dia naiki.“Apa yang kau lakukan?” karena pandangannya berpindah-pindah dari Felix ke Esther berulang kali, pertanyaan tersebut lebih seperti dapat diartikan memiliki banyak sekali maksud terselubung.“Aku juga salah satu yang diundang ke pesta pernikahan,” jawab Felix dengan tenang.Gaara yang sudah memproses segala situasinya memaksakan diri mengluarkan tawa sumbang, dia mengang
Esther sangat terkejut begitu mengetahui bahwa mempelai wanita yang berbahagia saat itu adalah Ms. Sinta. Guru musiknya saat SMA sementara mempelai prinya sendiri adalah teman Felix yang tidak Esther kenali. Keduanya langsung tersenyum menyambut mereka dan berterimakasih sudah datang ke acara resepsi pernikahan mereka.“Senangnya bisa bertemu denganmu, Esther. Saya memang mengundang beberapa alumni juga, tapi saya belum melihat yang lain. Terima kasih ya sudah menyempatkah hadir di acara saya,” kata wanita itu dengan sumringah.“Iya, semoga pernikahannya langgeng ya.”Setelah itu Esther duduk di meja yang sudah diberi papan nama Vinson. Untuk beberapa alasan Esther tidak bisa berhenti menyeringai tiap kali melihat papan nama tersebut. Disini dia menduduki kursi yang seharusnya diduduki lelaki itu, memakan makanan yang dia makan, mencicipi red velvet terenak yang pernah Esther rasakan, juga champagne yang seharusnya di minum lelaki itu. Jamuan yang disediakan benar-benar dua kali lipat
“Oh ayolah,” sahut Gaara sambil tersenyum, berharap Esther akan ikut tersenyum saat dia melakukannya. Tetapi sayangnya harapannya jauh sekali dari kenyataan yang ada, air muka Esther malah semakin masam. “Kan sudah aku bilang waktu itu kalau aku memang sebetulnya tidak bisa.”“Ya, tapi kemudian kau menambahkan akan datang meskipun terlambat,” sahut Esther cepat. Dia memang masih mengingat betul seluruh detail percakapan mereka berdua saat di loker saat itu.“Aku memang bilang begitu, tapi aku selesai jam dua pagi saat itu. Tidak mungkin kan aku mengulang masa lalu dan mengentuk pintu rumahmu di jam itu? lagipula apa yang akan kita lakukan di jam dua pagi?”“Setidaknya katakan sesuatu,” sambar Esther lagi.“Bagaimana aku tahu kau masih bangun saat itu?” Gaara juga ikut menimpali.“Kau kan bisa telepon aku, atau kirimi aku pesan.”Gaara menyeringai mendengar jawaban gadis itu. “Jadi kau segitu inginnya bertemu denganku ya?”Esther mendongak dan menyadari bahwa dia sedang dipermainkan ol
Sebelum makan malam di rumah Esther..Gaara mengecek arloji pada lengan kanannya, ujung bibirnya sedikit melengkung naik. Dia mematikan mesin mobil dan turun segera dari kendaraan roda empat tersebut sebelum berlari menaiki anak tangga menuju ke pintu depan. Saat itu masih pukul setengah delapan malam. Dia hanya perlu lima menit saja untuk berganti pakaian dengan sesuatu yang lebih pantas untuk menghadiri undangan yang sudah dia janjikan kepada Esther.Hari yang sama dimana dia punya janji dengan teman-temannya untuk menghabiskan waktu di peternakan Vinson yang ada di Chiba. Dia juga sudah memesan tiket jauh-jauh hari untuk hari ini. Gaara sendiri tidak pernah menolak ajakan Vinson untuk pergi ke sana, karena dia sangat suka suasananya. Selain karena peternakan itu dipenuhi dengan ladang yang luas dan kuda yang bagus untuk ditunggangi, malamnya mereka biasa barbeque dan minum sampai teler.Aktivitas menyenangkan tersebut mana mungkin Gaara lewatkan.Rencana itu sudah sangat sempurna s
Elise yang sedang berada di puncak gairahnya sempat tidak mengerti, tetapi setelah akal sehatnya kembali barulah kebingungan itu berubah menjadi amarah. “Apa?! kau tidak bisa? Apa kau sudah gila?”Gaara berbalik. “Ya, jadi sekarang pergilah, Elise.”“Kau ini sebenarnya kenapa sih?” Suara Elise meninggi. Dia tidak pernah ditolak oleh siapa pun. Ya, pria manapun yang dia tunjuk harus dia cicipi, termasuk Vinson. Tetapi Gaara? Lelaki ini sudah membuatnya bergairah tapi bisa-bisanya dia malah mengusirnya bahkan sebelum segalanya dimulai. Tidak ada hal yang lebih kejam dari pada ini!“Aku tidak berkewajiban menjawabmu.”“Apa kau ada janji dengan si pecundang?”“Ya, aku punya janji makan malam dengannya,” sahut Gaara dengan suara yang sangat tenang dan penuh kontrol. Dia bisa merasakan bahwa sesaat lalu dia memang sempat terpancing gairah tetapi sekarang akal sehatnya sudah kembali pada tempatnya.Apa yang sedang aku perbuat disini sementara Esther pasti sedang menunggunya sekarang? sisi da
Gaara terbangun akibat suara yang tercipta dari gedoran pintu yang tidak kunjung usai. Dari bunyi gedorannya saja Gaara bisa menebak siapa pelaku yang berani mengusik kedamaiannya di pagi buta. Para pelayan yang bekerja tidak akan berani membangunkannya dengan cara barbar seperti itu. Maka sudah bisa dipastikan bahwa tersangka adalah kakak perempuannya, Amber Maxwell.“BANGUN KAU PEMALAS!” teriak si sulung tanpa sedikit pun menghentikan gedoran pintu. “BUKA PINTU INI SEKARANG JUGA, ATAU AKU DOBRAK!”Perkataan sang kakak jelas bukan sebuah ancaman kosong, tidak ingin membiarkan keributan berlanjut lebih lama maka si bungsu pada akhirnya dengan sekuat tenaga bangkit dari ranjang seraya menyeret langkahnya menuju ke sebrang ruangan. Begitu pintu dibuka rasa kantuk mendadak hilang karena muka Amber sudah sangat garang dan siap meledak. Tanpa peduli Gaara langsung berbalik dan kembali ke ranjang untuk menghempaskan tubuhnya lagi. Bermaksud melanjutkan sesi jam tidurnya yang harus terganggu
Banyak praduga yang berseliweran dikepala Gaara pada saat itu. Mulai dari apakah Esther dan Felix punya hubungan asmara? Ada kemungkinan disana. Sudah rahasia umum bila Felix kerap membawa teman kencan yang berbeda setiap minggunya. Tetapi bersama dengan Esther? Gaara mencoret tempat tinggal kakak beradik tersebut dari lingkungan apartmen Esther. Mereka tidak bertetangga sehingga kebetulan dan keakraban terlalu mustahil terjadi. Apalagi mengingat history Esther dengan adik bungsu lelaki yang berdiri disebelahnya, aneh benar Esther bisa bersama dengan kakak dari lelaki yang amat dia benci.Gaara tersadar dan keluar dari lift ketika gadis itu tiba-tiba menjaga jarak dengan Felix secara refleks. Dengan cengkraman kuat, Gaara tanpa aba-aba segera menarik Esther untuk bicara. Tempat yang sunyi tanpa orang adalah lokasi yang Gaara pilih untuk mulai mengintrogasi. Beribu pertanyaan telah memenuhi kepala dan siap ditumpahkan. Namun yang sebenarnya paling mengganggu bagi Gaara adalah fakta bah
Rumah keluarga Nelsy.Ritual Nelsy sebelum tidur selalu dimulai dengan berendam air hangat dengan aroma bunga. Alasannya karena berendam di air hangat membantunya merasa jauh lebih rileks setelah beraktivitas di siang harinya. Setelah itu dia akan mengaplikasikan lotion harum andalannya ke seluruh tubuh. Lalu terakhir dia akan menyisir rambut panjangnya. Pada dasarnya rambut Nelsy sendiri mudah kusut, jadinya Nelsy memastikan rambutnya lurus sempurna sebelum tidur. Dan ya, kombinasi otot rileks, penampilan rapi dan juga keharuman yang menguar dari tubuhnya adalah hal sempurna yang membuat dirinya nyaman dan bisa langsung terlelap dalam waktu singkat.Ayah ibunya baru saja pulang dari kencan mereka sekitar satu jam lalu, dan Nelsy menghabiskan waktunya sendirian sebagai anak tunggal dengan membersihkan dan merapikan seisi rumah. Kalau dulu Nelsy selalu ingin ikut, tetapi setelah dewasa dia menyadari bahwa kedua orangtuanya pun membutuhkan waktu berdua saja tanpa kehadirannya dan meraju