Esther menarik napas lega tatkala mendengar pintu kamar Gaara tertutup rapat. Entah mengapa dia merasa lebih leluasa ketika pria itu memilih untuk menunggunya di luar kamar. Jadinya, dia punya waktu lebih untuk sendirian lebih lama.Gadis itu menggigit bibirnya ketika melihat secara langsung kamar mandi milik si pemuda. Jujur saja, dia sedikit iri melihat bath tub berkaki yang ada di tempat ini, pun juga ada tempat khusus untuk shower. Demi Tuhan! Esther semakin menganga ketika menjelajah lebih dalam dan menemukan sebuah jacuzzi di kamar mandinya.Tanpa pikir panjang, Esther menanggalkan seluruh pakaiannya dan melangkah menuju ke dalam pancuran.“Siapa yang bisa menolak godaan untuk mandi saat badan selengket ini?” ujar Esther pada diri sendiri.Siraman air pertama yang mengenai kulitnya secara spontan langsung membantu merileks-kan seluruh tubuhnya yang beberapa saat lalu terasa tegang dan kaku. Dia memejamkan mata dan seketika pula pikirannya kembali melayang pada kejadian-kejadian
Esther menatap pantulan dirinya pada cermin yang besar yang ada di kamar Nelsy. Tidak dibutuhkan banyak proses sama Esther tiba-tiba saja sudah merasa dekat dengan gadis cantik itu. Bahkan sekarang dia sudah dibawa ke rumahnya dan di make up dan hair do olehnya pula. Tetapi beranikah dia menyematkan satu kata yang begitu asing untuk mendefinisikan dirinya? Ya, cantik.Rambut keperakannya yang biasa lurus kini sedikit bergelombang di bagian bawahnya. Perubahan yang asing, tetapi cocok untuknya. Secara keseluruhan Esther menyukai penampilannya, kecuali satu hal.Dahinya mengernyit melihat ujung rok yang hanya menutupi setengah dari pahanya. “Nelsy, aku tidak yakin bisa mengenakan ini.”Nelsy yang terpanggil kontan terkejut mendengar kalimat yang barusan keluar dari mulutnya. Saat itu dia sedang sibuk dengan curl iron untuk mengikalkan rambutnya panjangnya pula. “Apa kau bilang? Rok itu terlihat menakjubkan kalau kau yang memakainya, Esther!”Entahlah, kloset pakaian Esther lebih banyak
Gaara menatap bosan pada sekeliling ruangan. Pesta yang dia hadiri saat ini tidak ada yang menarik perhatian. Minuman yang sama, orang-orang yang sama, dan wanita murahan yang sama. Benar-benar membosankan.Disampingnya, Grace juga diam seribu bahasa. Tampaknya dia juga sama tidak nyamannya dengan dia. Hanya saja dia tidak mengerti apa motif perempuan itu mendatanginya sore tadi. Karena Gaara tidak punya alasan untuk mangkir, maka pada akhirnya dia menyetujui menjadi patner gadis itu datang ke pesta ini. Kalau boleh jujur, Gaara pun juga jadi teringat urusannya dengan Vinson yang belum usai. Makanya dia pikir laki-laki itu mungkin datang mengingat dia dan Elise (sang penyelenggara pesta) lumayan dekat dan kerap ketahuan sering affair. Tetapi setelah mencoba mencari segala penjuru tempat dia tidak bisa menemukan lelaki itu di mana pun.“Gaara, kau mau menari?” tanya Grace tiba-tiba, sepertinya dia mencoba untuk mencairkan kebisuan diantara mereka berdua.“Hn.” Gara merespon seadanya, t
Esther mendongak tatkala dia mendengar pertanyaan yang Gaara berikan. Dia tersenyum sebagai balasan tanpa kata. Jenis senyuman yang biasa Gaara lihat dibibir gadis itu. Gaara entah mengapa merasa lega melihatnya, tetapi dia tidak siap atas apa yang terjadi setelah itu. Tepatnya ketika wajah si gadis sudah mendadak sangat dekat dengannya. Kemudian tanpa aba-aba gadis itu langsung menciumnya begitu saja.Kekagetan yang mampir dalam benak Gaara sirna begitu saja, sebab di detik berikutnya sang pemuda langsung melumat bibir Esther dengan balasan yang lebih ganas. Sisi rasionalnya menguap, dia justru sudah masa bodo dengan segala hal termasuk fakta bahwa gadis yang menciumnya sekarang sedang mabuk berat. Di alam bawah sadarnya, Gaara cukup yakin bahwa sejatinya si gadis juga menginginkan dirinya.Esther mengkonfirmasi praduga Gaara dengan cara melingkarkan lengannya sendiri dileher pemuda itu tanpa disuruh. Bahkan dia membuat pergerakan sendiri dengan menduduki pangkuannya untuk memperdala
“Hey!” seru Esther kencang melawan deru hujan disekitar mereka. Sebab Gaara tiba-tiba saja terbangun dan menarik Esther ke dalam pelukannya.Sebelum Esther bisa mengucapkan apa-apa lagi, Gaara mendorong Esther hingga punggung gadis itu menempel ke mobil, kemudian tanpa ba bi bu pria itu langsung melumat bibir Esther secara serampangan.“!” Esther terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi diantara mereka berdua. Tubuhnya membeku, tetapi tanpa sadar gadis itu mengerang ketika lidah Gaara bergerak membuka bibirnya. Tindakan pria itu membuat Esther dapat mengecap rasa alkohol beserta rasa dari makanan yang mereka makan.Mula-mula memang Esther terlalu terkejut untuk bisa menghentikan Gaara, tetapi beberapa saat kemudian dia sudah tidak peduli lagi soal benar dan salah. Gelombang gairah yang memabukan terlalu membutakan buatnya, menerpa hingga dia tidak bisa berpikir secara rasional.‘Sial, oh Tuhan … ciuman pertamaku’ sisi dalam pikirannya berteriak. Tidak pernah terbayangkan sediki
Gaara terbangun dalam kondisi kepala serasa mau pecah. Pemuda itu mengerang seraya menahan rasa sakit yang menusuk di kepala. Sambil menggertakan gigi, Gaara turun dari ranjang dan menyadari secara misterius dia telah mengenakan piyama. Dia sudah tidak ingat lagi apa yang dia kenakan semalam, dan peduli setan siapa yang mengganti pakaiannya.Dengan malas-malasan Gaara menyeret langkahnya menuju ke bawah, berharap dapat menemukan aspirin untuk mengurangi rasa sakit yang makin menjadi-jadi. Rasa kesal kian menjadi-jadi ketika dia tidak menemukan siapapun yang dapat dia suruh untuk mengambilkannya benda itu.“Kemana para bedebah itu berada saat aku membutuhkan mereka?” rutuk Gaara masih menyeret langkahnya yang gontai sepanjang jalan.Ketika dia memasuki dapur, seluruh kekesalannya sirna seketika berganti dengan kebingungan tatkala mendapati sosok seorang gadis yang tidak dia kenal. Perempuan itu sedang memunggunginya, sehingga Gaara tidak bisa melihat bagaimana wajahnya. Hanya saja berk
Satu jam kemudian, Esther benar-benar lelah secara batin. Jika saja dia dirumahnya sendiri dia mungkin sudah melakukan apa saja untuk menyalurkan rasa frustasi berlebih yang kini sedang dia rasakan. Gaara Maxwell, benar-benar tidak bercanda ketika dia bilang bahwa pengetahuannya di bidang kuliner adalah nol besar.Mulai dari hal sesederhana memecahkan telur saja, pria itu malah berakhir meremukannya tanpa ampun. Esther sebelumnya juga yakin mewanti-wanti lelaki itu memasukan dua sendok baking soda ke dalam adonan mereka. Tetapi yang terjadi dia malah memasukan baking soda tersebut sesuka hatinya. Seakan belum cukup atas kekacauan yang dia buat, sekarang Gaara malah memprotes bentuk dari kue yang harus mereka buat.“Temanya kan paskah, Gaara. Jadi tentu saja kita harus membuat bentuk kelinci agar sesuai dengan tema,” jelas Esther lemah. Dia sudah kehilangan banyak tenaga untuk membereskan setiap kekacauan yang Gaara buat selama proses memasak.“Kau pasti bercanda, memangnya kau percaya
Teriakan yang begitu familiar segera saja langsung mengagetkan mereka berdua. Gaara langsung tersentak ke belakang, sementara Esther langsung mengambil kesempatan untuk menutupi dadanya dan beranjak turun dari meja dapur untuk menjauhkan dirinya dari si tuan mdua. Rasa kaget bercampur malu menjadi satu dalam diri Esther. Dia sangat takut Stella bisa melihat bekas mulut Gaara yang mengulum dadanya tadi.Esther melirik ke arah Gaara, ekspresi pria itu bisa dibilang terlihat geram lantaran kesenangannya harus diganggu secara paksa oleh seseorang. Dia melempar pandangan tajam ke arah asistennya yang sudah berdiri tidak jauh dari mereka.“Tunggu dulu, jangan marah padaku begitu. Tuan Gaara. Aku sengaja berteriak karena jika tidak, kau mungkin tidak akan menyadari bahwa temanmu sejak tadi sudah menunggu di depan dapur,” tutur Stella santai.Lalu seakan diberi aba-aba orang yang dimaksud teman oleh Stella muncul dari balik badannya. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada dia memasang sen