Lirikan mata Edeline tertarik pada Elvis yang meletakkan kompres ke wadah di aras meja. Jiwa gadis cantik itu dibuat penasaran melihat Elvis yang beranjak lalu mengambil dua buku beserta empat pena di atas meja.“A-apa ini?” tanya Edeline bingung ketika Elvis menyerahkan buku dan pena ke hadapannya.“Kau buta? Atau kau memang bodoh? Sehingga kau tidak tau kedua benda ini.” Elvis membalas dengan nada sarkas.Mulut sialan Elvis itu ... argh! Edeline sudah pasti tahu kedua benda itu. Hanya saja, di tengah emosi yang meledak kesal itu Edeline tidak mengerti kenapa Elvis menyodorkan kedua benda itu.“Kau pasti sedang mengumpatku di dalam hati.” Elvis menyindir Edeline yang menatap penuh dendam. “Aku peringatkan padamu, aku bisa menendangmu dari rumah sakitku dan mematikan karir doktermu jika sikapmu tidak menunjukkan bawahan yang tunduk kepada senior ataupun atasannya,” lanjutnya mengancam sembari menjatuhkan kedua benda itu ke pangkuan Edeline.Edeline terkesiap, sementara matanya tak ber
Elvis terbangun seperti biasa, seolah tidak perlu sebuah alarm memanggil jiwanya dari dunia mimpi. Pria tampan itu bergegas menuju ke kamar mandi untuk membersihkan sekujur tubuh, lalu membalut tubuh gagahnya dengan celana kain beserta kemeja biru langit yang telah disiapkan oleh Alex kemarin malam.Elvis sudah terlihat rapi dan tampan. Handphone yang kemarin diletakkan di meja nakas telah diraih, sementara kaki sudah kembali berjalan menuju pintu. Langkah Elvis terhenti mendadak. Dia teringat pada Edeline yang kemarin malam dihukum.Gadis itu pasti belum menyelesaikan tugasnya! Elvis sangat menyakini pemikiran itu sehingga dengan percaya diri beranjak keluar dari kamar itu. Namun, pemikirannya itu salah. Edeline tidak ada di setiap sudut president suite room itu. Bathrobe yang Edeline gunakan telah berada di dalam keranjang pakaian kotor. Bahkan ketika Elvis memeriksa ke kamar mandi, lantainya masih kering—seperti tidak dipergunakan sama sekali. Hal yang Elvis temukan hanya dua buku—
Kepala Edeline memutar ke belakang dan terkejut melihat kehadiran seseorang yang dikenal olehnya. Edeline bergegas memungut id card di lantai lalu menyembunyikannya ke dalam saku depan dari pakaian medis yang dipakai.Gadis cantik itu juga menyegerakan diri untuk berdiri tegak, yang kemudian menjaga sikap santun—setengah merundukkan pandangan pada seseorang itu. Dia adalah Rebecca Romanov—menantu kesayangan Abraham Romanov. Keberadaannya di Manchester berkaitan kuat dengan posisinya sebagai direktur utama di perusahaan manufaktur industri makanan miliknya di Manchester.Hanya saja, apa yang dilakukan wanita cantik itu—datang menemui Elvis?Mungkin mereka ingin membicarakan bisnis. Mengingat hubungan antara Abraham dan keluarga Elvis terjalin akrab, mungkin saja Rebecca diutus membicarakan bisnis. Edeline menarik kesimpulan seperti itu di dalam pikirannya. Dia juga tidak berniat menggali lebih dalam karena sudah merasa tidak nyaman berada di sana.Hatinya masih berdenyut sakit setelah
Di dalam keheningan yang menguasai, batin Elvis tersentak ketika pertanyaan Rebecca terserap baik di pikirannya. Dia juga terheran, kenapa dia ingin tahu tentang Edeline?Elvis jelas-jelas tidak menyukai sosok gadis pembangkang itu. Elvis juga meyakini Edeline bukan gadis baik-baik. Pun dia membenci Edeline yang sudah bersikap kurang ajar merendahkan harga dirinya.Mungkin, emosi yang tidak stabil membuat pikiran tidak bijak dalam melontarkan pertanyaan? Elvis menyimpulkan demikian. Bahwa dia sama sekali tidak menaruh minat pada Edeline yang menjijikkan dan paling dibenci.“Kau tertarik dengan Edeline?” Rebecca mengulangi pertanyaan yang belum terjawab. “Ini sangat mengejutkan! Kau suka pada Edeline—”“Kau salah paham!” Elvis cepat membela diri. “Aku bertanya semata-mata untuk mengetahui apakah dia orang yang bermasalah atau tidak. Kau tahu sendiri, kan? Aku susah payah mengembangkan rumah sakit ini, sampai jadi yang terbaik di Manchester. Jadi, aku berusaha untuk menjaga nama baik ru
~ Lima tahun yang lalu ~Sore itu udara London menjadi lembab oleh hujan yang mengguyur deras. Para pejalan kaki kalang kabut berlari mencari tempat berteduh akibat cuaca suara itu yang jauh dari prediksi. Pasalnya, diperkirakan tidak akan turun hujan pada sore hari itu.Edeline menjadi salah satu orang-orang yang berlari. Dia baru saja turun dari bus sekolah yang mengantar sampai halte bus. Awalnya, Edeline yang masih mengenakan seragam sekolah itu ingin berjalan santai menuju rumah. Sikapnya itu menegaskan jika gadis cantik berusia 17 tahun itu menunda-nunda waktu untuk tiba di rumah.Edeline tiba di rumah dalam keadaan basah kuyup. Akibat kehujanan seragam sekolah yang dipakai seharian pun telah membentuk tubuh molek Edeline yang tidak terlalu kurus. Kulit putihnya sedikit memucat karena cuaca dingin yang menembus hingga ke tulang-tulang. Anehnya, Edeline tidak bergegas masuk ke dalam rumah meski tubuhnya sudah hampir mengigil kedinginan.Tatapan mata tertuju pada sebuah mobil yang
Edeline terdiam, otak pun masih membeku atas perkataan dan sikap ibunya yang menyudutkan. Edeline juga merasa keadaan itu tidak akan menguntungkan dia yang ingin bersuara.“Edeline menggodaku, Sayang. Dia melemparkan celana dalamnya kepadaku! Dia mengajakku untuk bercinta di sini saat kau tidak ada. Aku menolaknya, tapi dia memaksaku. Dia marah padaku dan berusaha untuk membunuhku.”Itu fitnah! Mulut menjijikkan pria biadab itu begitu tenang memfitnah Edeline.Seujung kuku pun Edeline pernah berpikir melakukan hal menjijikkan itu. Kenyataan bahwa dia yang menjadi korban, tetapi malah Edeline yang menjadi tersangka.Sorot tajam penuh kemarahan dari ibunya menusuk sadis kepada Edeline yang tidak bisa berbicara. Wanita yang melahirkan Edeline itu berdiri tegak, berjalan menghampiri Edeline yang kemudian memposisikan diri—menjulang di hadapan Edeline.“D-dia ... dia ingin m-memerkosaku, Mom. D-dia ... m-menyentuh ... menyentuh d-dadaku. D-dia ... d-dia juga menyentuh—”Plak!Suara tampara
“Edeline?! Edeline?!” seru Rebecca mengguncang-guncang tangan Edeline.Edeline tersentak dari lamunannya. Tatapan yang kosong segera menatap Rebecca yang menanti jawaban. “M-maafkan aku, Nyonya.”“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Rebecca penasaran.“Tidak ada, Nyonya Rebecca. Aku hanya terpikirkan keadaan pasien yang tadi aku periksa,” ujar Edeline berbohong.“Kau yakin? Aku merasa wajahmu tidak menunjukkan kau baik-baik saja. Edeline, maafkan pertanyaanku.” Rebecca merasa bersalah karena menanyakan tentang kondisi mental Edeline.Bohong—kalau Edeline mengatakan mentalnya dalam keadaan baik-baik saja. Dia masih terus dihantui bayangan masa lalu yang menjijikkan dan sangat mengerikan itu. Sesekali juga Edeline masih mengalami mimpi buruk yang membuatnya keringat dingin. Bahkan, Edeline diserang panik yang luar biasa ketika bersitegang dengan Elvis waktu itu.“Tidak apa-apa, Nyonya. Kau tidak harus minta maaf.” Edeline memberikan senyuman samar ke hadapan Rebecca.Rebecca membelai l
Elvis tidak menunjukkan rasa bersalah pada pria yang kebingungan menatapnya. Pria itu merasa benar, karena perkataannya merujuk pada fakta. Adik manja yang disebutnya itu adalah Sarah Elmer yang merupakan adik kandung dari Simon Elmer. Gadis yang dinilai menjengkelkan itu selalu saja mengadu dan merengek kepada keluarganya setiap kali Elvis menolaknya.Simon sendiri adalah CEO di perusahaan farmasi ternama di Manchester. Pria itu juga sangat mengetahui watak dan tingkah adik satu-satunya itu. Dia pun mengetahui mengenai usaha perjodohan antara adiknya dengan Elvis yang dijembatani oleh kedua orangtua mereka.Namun, Simon hanya tahu sebatas itu. Hidupnya sudah terlalu sibuk dalam bisnis keluarga yang sedang dia pimpin. Sampai-sampai dia tidak memiliki keinginan mengetahui tingkah adiknya yang selalu memusingkan kepala. Sehingga saat itu Simon sudah menunjukkan ekspresi kebingungan atas tuduhan yang baru saja Elvis lontarkan.“Aku ke sini bukan untuk membicarakan hal-hal pribadi,” Simon
~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p
~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au
Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha
Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek
Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama
Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a
~ Lima bulan kemudian ~Dari duduknya di tepian ranjang tidur, pandangan kedua mata Edeline terlempar ke arah jendela ketika mendengar suara mobil di depan kediaman mewah itu. Kedua kakinya bergegas mendekat ke arah jendela, mengintip dari balik tirai untuk memastikan seseorang yang tiba di bawah sana.Bibir wanita cantik menipis oleh senyuman manis yang terulas, sementara matanya telah berbinar bahagia melihat seseorang yang tiba itu adalah Elvis. Suaminya itu baru saja kembali dari kepentingan bisnis di Amerika. Sudah lima hari mereka terpisah jarak. Selain itu, tepat di tengah malam itu adalah momen hari kelahiran Elvis.Lebih dahulu Edeline menyimpan sebuah benda seperti sebuah stik di laci meja nakas, lalu setelahnya Edeline bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercinta.Di depan kamar ternyata Shopia telah menanti kehadiran Edeline. Keduanya telah bekerja sama memberikan kejutan ulang tahun pada Elvis. Beruntung saat itu Liz ikut andil membantu Edeline dan Shop
Cincin berlian yang melingkar cantik di jari manis masih terus Edeline pandangi. Edeline merasa seperti bermimpi. Ah, tidak! Edeline tidak pernah memimpikan akan mendapatkan hal semanis dan mewah seperti yang didapatkan.Namun semuanya terlalu mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Pria yang memeluknya dari belakang telah menyadarkan Edeline. Gadis itu tak bisa memberontak pada Elvis menciumi lekukan lehernya. Matanya terpejam, Edeline tak lagi fokus pada cincin berlian. Melainkan pada Elvis yang menghujani lekukan leher Edeline dengan ciuman sensual.“Aku merindukanmu. Jangan takut padaku, Edeline,” Elvis berbisik menggoda di telinga Edeline.Edeline tak takut, karena dia telah percaya pada Elvis. Dia juga sudah menduga akan berakhir seperti itu setelah Elvis mengajak dirinya beristirahat di kamar yang sama.Elvis menuntun Edeline untuk beralih ke ranjang tidur. Dengan cara yang sama pula Edeline didudukkan pada tepian ranjang tidur. Namun anehnya, Elvis memilih berlutut di hadapan
Mata cokelat Eva tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam melihat hanya Elvis dan Shopia saja yang datang ke Edinburgh. Eva begitu tak mempercayai Edeline yang tidak ada, sampai-sampai dia fokus menatap ke arah pintu mobil Elvis demi mengharapkan kehadiran Edeline.“Edeline tidak ikut bersama kami, Mom.” Elvis menyadarkan Eva yang mencari-cari Edeline. “Edeline sedang berada di London. Dia memiliki urusan di sana,” jelas Elvis.“Sebaiknya kita masuk ke dalam jika ingin berbicara serius. Salju semakin turun dengan deras, udara dinginnya tidak baik untuk Shopia.” Peter menginterupsi istrinya yang sudah membuka mulut. Pria itu sudah fokus pada Shopia yang berada di gendongannya.Eva segera menyetujui dan membiarkan semuanya masuk ke dalam mansion mewah itu. Dia mengajak suami, anak beserta cucu kesayangannya untuk menghangatkan tubuh di ruangan santai keluarga.“Apa Edeline masih bersedih?” Eva mencecar Elvis yang baru saja duduk di sofa. Dia mengabaikan putranya yang cukup lelah mene