Kenapa harus terlibat lagi dengan orang-orang yang terhubung dengan Elvis? Apa Elvis pemilik kota itu? Sehingga siapa pun yang Edeline temui selalu berhubungan dengan pria angkuh bermulut kejam itu?!Entahlah! Edeline ingin sekali lenyap saat itu juga. Dia ingin kabur sejauh mungkin agar tidak terlibat apa pun dengan pria yang memandang dirinya rendah itu. Bahkan dia ingin menyerah dan tidak peduli pada apa pun.Namun, Edeline tidak ingin mengecewakan Abraham. Konglomerat itu sudah banyak membantu Edeline demi menjadi dokter magang di rumah sakit Elvis. Selain itu jika Edeline melakukan kesalahan yang kembali merugikan diri, langkahnya meneruskan pendidikan untuk menjadi dokter spesialis akan terhambat.Sabar, Edeline! Yang bisa dilakukan saat ini adalah meminimalisir jarak dan sangkut-paut apa pun dengan Elvis, terkecuali pekerjaan. Masalah baru sudah pasti tidak akan datang jika diri bisa berhati-hati.Keputusan itu yang akhirnya diambil Edeline. Gadis cantik yang sedang duduk di ku
“N-Nona Shopia baru saja tidur.” Liz setengah memekik karena gugup.Kedua kaki Elvis berhenti kaku. Dia tampak membidik tajam Liz yang dinilai sedikit berbeda. Matanya yang tajam memperhatikan Liz dengan cermat sampai membuat wanita di depannya gelisah.“Dia sudah tidur di jam sore seperti sekarang?” Elvis tak memercayai.“Nona Shopia baru saja meminum obat penurun demam. Beliau langsung tertidur tidak lama setelah meminum obat itu, Tuan.” Liz berusaha tenang mengutarakan kebohongannya. Dia cukup merasa percaya diri jika nantinya Elvis akan percaya pada ucapannya.Sebab, Elvis selalu enggan menaruh perhatian pada Shopia, terutama saat gadis kecil itu dalam keadaan tidak sehat. Elvis akan merasa jengkel pada Shopia yang merengek dua kali lipat dari kondisi biasanya. “Berikan ini padanya saat dia sudah bangun.” Elvis menyerahkan sebuah paper bag yang sejak tadi digenggam. “Katakan padanya jika itu oleh-oleh dari Bibi dan sepupunya,” jelasnya kemudian.Liz menghela napas lega ketika Elv
Shopia merasa beruntung sore itu dia berhasil menyelinap dengan aman ke kamarnya. Gadis kecil itu menuruti perkataan Liz untuk tidak keluar dari kamar. Secara tidak langsung, dia ditegaskan untuk mengurung diri dalam batas waktu yang ditentukan oleh Liz.Gadis kecil itu sempat murung. Sebab, dia sudah berniat ingin memberikan plester yang diminta dari Edeline untuk dipakaikan ke wajah Elvis. But it’s oke! Shopia bisa mencoba di lain waktu.Gadis kecil itu sudah bertekad ingin menjalankan niatannya pagi itu. Dia sudah rapi dan cantik mengenakan seragam sekolahnya. Rambut panjangnya yang kecokelatan telah dikepang rapi. Kemudian mengikuti Liz yang mengajaknya menuju meja makan.Jantung Shopia berdebar-debar melihat Elvis yang sudah lebih dahulu duduk di sana—sedang menikmati secangkir kopi. Seperti biasa, Shopia diserang rasa gugup ketika Elvis melayangkan tatapan dingin yang menusuk tajam.“Good morning, Daddy.” Shopia merundukkan tatapan sembari melangkah maju mengikuti Liz ke meja ma
“Edeline Johnson! Dia dokter magang yang baru saja pindah ke rumah sakit Elvis.”Simon kembali terdiam, tetapi saat itu ekspresinya sudah terkejut mendengar nama yang tidak asing. Baru kemarin Simon bertemu dengan gadis yang disebutkan oleh Sarah. Di dalam hati Simon tampak tidak menyetujui kalimat-kalimat kejam yang menuduh Edeline sebagai gadis tidak baik.Di mata Simon, Edeline merupakan gadis baik dan santun. Bahkan jiwanya merasa tertarik pada sosok Edeline yang panik dengan wajah merona merah. Sehingga Simon menarik kesimpulan tidak mungkin Edeline memiliki karakter buruk seperti yang dituduhkan oleh Sarah.Namun ... tunggu dulu! Pikiran Simon terganggu oleh satu hal yang menyetrum di memori ingatan. Yaitu dia menangkap sorot mata Elvis yang begitu emosional. Simon menilai jika tatapan Elvis saat itu bukan seperti seorang atasan yang marah pada bawahannya, melainkan tatapan seorang pria yang marah melihat ‘miliknya’ berkomunikasi dengan pria lain.Simon semakin percaya diri pad
“S-saya juga senang bisa bertemu dengan Anda, Tuan Simon.”Edeline yang bersuara gugup begitu jelas menunjukkan bahwa dirinya sangat terkejut. Dia pun setengah panik dan cukup bingung berhadapan dengan Simon. Edeline ingat bahwa Simon bukanlah orang biasa. Pria itu merupakan petinggi eksekutif di sebuah perusahaan. Selain itu yang terpenting, Simon merupakan orang penting di kehidupan Elvis. Keberadaan pria itu di sana sudah pasti akan bertemu dengan Elvis.Edeline harus menjaga sikap. Dia menjaga diri untuk tidak melakukan kesalahan pada orang-orang yang terhubung dengan Elvis. Sehingga Edeline merasa tidak layak untuk bersikap santai kepada Simon seperti saat pertemuan pertama mereka.“Tuan Simon? Kenapa kau memanggilku seperti itu?” tanpa diduga Simon memprotes.“Ah ... itu ... saya—”“Aku suka dipanggil dengan nama saja,” Simon menyela Edeline yang kesulitan mencari alasan. “Selain itu, kenapa kau jadi kaku seperti ini? Bukankah kemarin kita bisa berkomunikasi dengan santai? Apa b
“Lepaskan.”Elvis menoleh pada Edeline yang bersuara parau. Pria itu memindai Edeline yang tertunduk gemetaran, mencermati baik-baik Edeline yang bertingkah aneh—sama seperti pertama kali mereka bertemu.Edeline sedang mengalami serangan panik! Elvis sangat yakin pada penilaiannya. Dia memang bukan psikiater, tetapi profesinya dan lingkungan kerja membuatnya bertemu dengan orang-orang yang memiliki kasus serupa dengan kondisi Edeline. Sehingga Elvis memahami meski tanpa diperjelas secar mendetail.Elvis semakin percaya diri pada penilaian itu dikarenakan Edeline yang tidak mampu memberontak. Selain wajahnya yang memucat, gadis itu tidak mampu menggerakkan lengan kurusnya di dalam genggaman tangan Elvis.“Ada yang ingin aku bicarakan.” Elvis dengan sengaja mengencangkan genggamannya.“Aku mohon ... lepaskan aku.”Elvis memalingkan tatapannya lurus ke pintu lift yang tertutup rapat—di mana lift itu sedang bergerak naik.“Justru aku tidak boleh sampai melepaskanmu.” Elvis menolak, pun ge
Pernyataan tidak terduga itu bukan hanya mengejutkan Sarah. Di dalam hati, Elvis juga tertegun atas mulutnya yang sangat berani mengeluarkan pernyataan itu. Pria tampan itu hanya memikirkan jalan pintas untuk mengusir Sarah yang keras kepala. Sekaligus meyakinkan Sarah bahwa dia telah memiliki kekasih hati yang menjadi dasar penolakan terhadap perjodohan diantara mereka. Namun, Elvis tidak menyangka keputusan itu menggiring dirinya pada sesuatu yang mengganggu.Pria itu mengabaikan Sarah yang terdiam dan gemetaran marah. Dia tidak ingin tahu kronologis Sarah bisa ada di sana. Sebab, perhatian Elvis sudah tertuju pada gadis yang menatapnya tajam, seolah sedang menagih penjelasan atas ciuman yang tanpa permisi.Jemari Elvis telah bergerak lincah menyusuri bibir yang tadi dinikmati. Kulit jemarinya bergesek lembut di bibir Edeline, seolah sedang mengusap salivanya yang tadi membasahi. Lebih dari itu, jiwa Elvis telah memuji-muji bibir Edeline yang mencuri perhatiannya. Lembut, kenyal dan
Sudah seminggu berlalu dari momen mendebarkan di ruangan Elvis. Edeline masih menggantungkan jawabannya karena masih bimbang untuk memutuskan. Bahkan, Edeline selalu menghindari apa pun yang bersinggungan dengan Elvis. Dia berusaha keras untuk tidak melakukan kesalahan.Namun, semua berjalan sia-sia. Edeline memang sukses terhindar dari yang namanya bertatap muka dengan Elvis, tapi pikirannya tidak bisa terlepas dari sosok pria yang merebut ciuman pertamanya.Edeline kesulitan berkonsentrasi. Dia juga kesulitan tidur karena pikirannya terpenuhi oleh Elvis. Dan setiap kali ingin berkeliaran di lingkuran rumah sakit, Edeline selalu berhati-hati melangkah agar tidak bertemu dengan pria pemilik rumah sakit itu.Di ruangannya, Edeline tertegun sendirian. Jemari yang mengapit pena mulai mengendur, padahal sejak tadi Edeline begitu lancar menulis laporan pemeriksaan pasien untuk diserahkan pada Nicho—dokter pembimbing lainnya.Bibir Elvis, pelukannya, kehangatan tubuhnya serta sikap lembut .
~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p
~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au
Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha
Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek
Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama
Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a
~ Lima bulan kemudian ~Dari duduknya di tepian ranjang tidur, pandangan kedua mata Edeline terlempar ke arah jendela ketika mendengar suara mobil di depan kediaman mewah itu. Kedua kakinya bergegas mendekat ke arah jendela, mengintip dari balik tirai untuk memastikan seseorang yang tiba di bawah sana.Bibir wanita cantik menipis oleh senyuman manis yang terulas, sementara matanya telah berbinar bahagia melihat seseorang yang tiba itu adalah Elvis. Suaminya itu baru saja kembali dari kepentingan bisnis di Amerika. Sudah lima hari mereka terpisah jarak. Selain itu, tepat di tengah malam itu adalah momen hari kelahiran Elvis.Lebih dahulu Edeline menyimpan sebuah benda seperti sebuah stik di laci meja nakas, lalu setelahnya Edeline bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercinta.Di depan kamar ternyata Shopia telah menanti kehadiran Edeline. Keduanya telah bekerja sama memberikan kejutan ulang tahun pada Elvis. Beruntung saat itu Liz ikut andil membantu Edeline dan Shop
Cincin berlian yang melingkar cantik di jari manis masih terus Edeline pandangi. Edeline merasa seperti bermimpi. Ah, tidak! Edeline tidak pernah memimpikan akan mendapatkan hal semanis dan mewah seperti yang didapatkan.Namun semuanya terlalu mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Pria yang memeluknya dari belakang telah menyadarkan Edeline. Gadis itu tak bisa memberontak pada Elvis menciumi lekukan lehernya. Matanya terpejam, Edeline tak lagi fokus pada cincin berlian. Melainkan pada Elvis yang menghujani lekukan leher Edeline dengan ciuman sensual.“Aku merindukanmu. Jangan takut padaku, Edeline,” Elvis berbisik menggoda di telinga Edeline.Edeline tak takut, karena dia telah percaya pada Elvis. Dia juga sudah menduga akan berakhir seperti itu setelah Elvis mengajak dirinya beristirahat di kamar yang sama.Elvis menuntun Edeline untuk beralih ke ranjang tidur. Dengan cara yang sama pula Edeline didudukkan pada tepian ranjang tidur. Namun anehnya, Elvis memilih berlutut di hadapan
Mata cokelat Eva tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam melihat hanya Elvis dan Shopia saja yang datang ke Edinburgh. Eva begitu tak mempercayai Edeline yang tidak ada, sampai-sampai dia fokus menatap ke arah pintu mobil Elvis demi mengharapkan kehadiran Edeline.“Edeline tidak ikut bersama kami, Mom.” Elvis menyadarkan Eva yang mencari-cari Edeline. “Edeline sedang berada di London. Dia memiliki urusan di sana,” jelas Elvis.“Sebaiknya kita masuk ke dalam jika ingin berbicara serius. Salju semakin turun dengan deras, udara dinginnya tidak baik untuk Shopia.” Peter menginterupsi istrinya yang sudah membuka mulut. Pria itu sudah fokus pada Shopia yang berada di gendongannya.Eva segera menyetujui dan membiarkan semuanya masuk ke dalam mansion mewah itu. Dia mengajak suami, anak beserta cucu kesayangannya untuk menghangatkan tubuh di ruangan santai keluarga.“Apa Edeline masih bersedih?” Eva mencecar Elvis yang baru saja duduk di sofa. Dia mengabaikan putranya yang cukup lelah mene