Sandiwara
..“Mama?”
Wanita itu pun menoleh ke belakang dan menemukan anak gadisnya tengah menantapnya penuh tanya. Namun sesuatu yang baru saja terlihat aneh pada anaknya membuat kedua alisnya tertaut. Seorang bayi yang tenang berada dalam gendongan Tia.
“Bayi siapa itu?” Tanyanya. Khamila berjalan maju mendekati sang anak. Namun baru selangkah, Tatiana mala berjalan mundur membuat jarak dengannya.
“Ah.. ini adalah anak temanku.” Jawab Tatiana yang berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
Sejenak Khamila dibuat tertegun dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Tatiana atas dirinya. Anak itu meski sudah mengatakan akan menerimanya, namun kenyataannya Tatiana belum sepenuhnya menerima kehadiranny
Sumpah..Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata.“Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu.Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu.“Maaf karena aku
angun dari Mimpi..Seorang gadis nampak terbaring diatas sebuah tempat tidur berukurang King size. Diufuk matahari yang mulai meninggi, suara burung kentara berbunyi dan mengusik tidurnya. Perlahan tapi pasti, kedua mata milik gadis itu pun terbuka dan menampilkan sepasang hazel terang yang membingkai matanya.Ruangan yang kini terpampang nyata dalam matanya adalah sebuah ruangan besar dan megah dengan berbagai ornamen berwarna emas yang ia yakini betul merupakan emas asli dan bukan tiruan semata. Berbagai guci tua pun menjadi penghias yang manis mengisi sudut ruangan. Dengan jendela yang hanya satu berada diruangan ini, dari atas tempat tidur pun gadis itu bisa melihat sengatan matahari yang masuk melalui selanya.Sedetik saat dirinya terbangun, satu hal yang ditangkap oleh gadis itu. ia tak berada ditempat yang ia
“Kau berharap aku mencari surga yang tak dirindukan lain diluar sana?” Rowman mendekatkan wajahnya hingga batang hidungnya bersentuhan dengan hidup Mayya. “Kau saja belum menjadi milikku, bagaimana bisa aku mencari surga yang lain.” Sontak saja wajah Mayya memerah mendengar perkataan Rowman. Kalimat sederhana itu mengalir begitu saja, tapi jika Rowman yang mengatakannya akan terdengar berbeda ditelinganya. “Kau mau mendengar kelanjutannya?” Mayya mengangguk. Rowman membawa tubuh gadis mungil itu kedalam pelukannya. Ia merengkuh erat tubuh mungil Mayya dan menyesapkan wangi khas Mayya yang tak menguar dari siapapun.“Saat itu.. pamanmu datang dan mengatakan sesuatu yang membuatmu tak sadarkan diri.” Arion? Pamannya?
“Jadi mereka semua pergi ke tempat itu?” Seorang wanita duduk dengan kaki menyilang diatas sebuah sofa beludru diruang tamu rumah bergaya minimalis. Wanita itu mencengkram sandaran sofa dengan mata berapi-api. “Ya, semuanya.” Sahut pria bermata abu-abu yang duduk didepannya. Pria dengan setelah jubah hitam itu nampak menyeringai saat melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan wanita berambut pirang dihadapannya. Rencananya untuk membuat emosi wanita itu meninggi telah berhasil. Kini ia hanya tinggal menunggu saja. “Lantas apa yang akan kau lakukan? Kau sudah tahu bahwa suamimu telah berpindah ke lain hati dan sebentar lagi dia akan memiliki seorang anak dengan wanita itu. Kau..” “Apa?” Khamila, wanita itu menatap tajam pada sosok bern
“Ada apa, Mona?” Kini Mayya mulai terbiasa dengan kehadiran wanita itu didekatnya. “Aku sungguh iri padamu. Aku ingin hidup sepertimu. Melahirkan dan menghabiskan sisa waktuku bersama pria yang aku cintai.” Ungkapnya. Ramona menjauhkan tangannya dari perut Mayya. Perasaan mengiris yang melukai hatinya seolah menjadi sebuah pengingat bahwa ia hanyalah vampir. Tak bisa mengharapkan lebih hanya untuk bertaha hidup. Sudah bagus ia dibiarkan hidup dengan cara seperti ini. Masih banyak diluar sana vampir yang hidup menggelandang. Didaratan Amerika, mereka sulit menjamin kehidupan yang mapan. Mayya meraih tangan Ramona kembali. Ia membawa tangan wanita berambut merah itu ke arah perutnya. “Kau juga ibu mereka.” Ucap Mayya.
“Jadi?” “Celeste yang kemudian jatuh cinta memilih untuk menjadi manusia saat itu. Arion membawaku dengan keadaan murka. Pria itu sama sekali tak menyetujui keputusan Celeste menanggalkan semua apa yang ia punya dan menjadi manusia biasa. Arion menganggap bahwa pria itu hanya akan mencampakkan Celeste saja.” “Dan ternyata benar bukan?” Tebak Tatiana. Max mengangguk pasti. “Ya, begitulah. Cinta tak bisa hanya berlandaskan pada sebuah perasaan ingin memiki, tapi perasaan itu harus dilandasi pula dengan rasa kepercayaan. Kisah antara Celeste dan Maximus menjadi sebuah contoh yang patut dipelajari.” “Tunggu.. Maximus?” Tanya Tatiana memastikan. Ia tak mungkins salah mendengar jika Max baru saja mengatakan ‘Maximus’.
Rumah Rowman. Mungkinkah rumah itu yang menjadi tempat persembunyian pria itu saat ini. Lantas mengapa Rowman berusaha menghindarinya seharian ini. Apakah ia sudah berbuat hal yang salah padanya. “Mayya..” Marlon memegangi sebelah pundak Mayya hingga membuat wanita itu tersadar. “Kau bisa datang padaku jika kau merasa sakit. Aku akan menyembuhkannya dan kita akan pergi sejauh mungkin dari tempat ini.” Semula tak mengerti dengan perkataan yang diarahkan untuknya. Namun melihat kesungguhan yang ditunjukkan oleh Marlon membuatnya sadar bahwa saat ini lelaki itu berucap tak main-main. Apa yang baru saja dikatakan Marlon merupakan sebuah petuah dari keburukan yang mungkin nantinya akan ia alami. “Mayya..” Mayya kembal
“Aku bersedia..” “Apa?” nadanya setengah tak percaya, namun aku paham dia hanya ingin memastikan apa yang didengarnya dengan baik untuk sekali lagi. “Aku akan ikut bersamamu. Bawalah aku pergi menjauh. Dimanapun itu, asal tak kembali kesini.” Dengan satu tarikan napas aku berhasil mengatakannya. Aku membulatkan tekadku. Aku pergi. “Mayya... kembalilah. Biarkan aku masuk. Aku akan membuat pria itu menerima ganjaran atas perbuatannya. Biarkan aku masuk.” Suara aneh itu kembali berdengung ditelingaku. Aku tetap berusaha berjalan dengan benar meski aku merasa pandanganku mulai merabun. Aku tak mau pingsan disini. aku harus bertahan. Aku tidak lemah.  
"Jadi kau sudah melihat semuanya ?"Maria hanya bisa menganggukan kepalanya pelan. Ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kehidupannya sebagai Mayya dulu. Sosok dirinya yang dulu pernah hidup sebagai seroang smei vampir dan meninggal setelah melahirkan kedua anak kembarnya. Ia juga tahu siapa sosok Rowman yang merupakan belahan jiwanya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di dalam benaknya."Apakah setelah semua ini, aku tidak akan bisa mengingat kembali kehidupanku sebgaai Maria ?" Tanyanya Lirih. Entah mengapa ia merasa begitu sedih mengingat bahwa setelah semua ini mungkin saja ia tidak akan bisa lagi mengingat siapa sosok MAria dalam hidupnya. Setelah ini ia akan hidup sebagai Mayya.Celeste hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa semua ini tentu akan berat bagi Maria. Namun, sejak awal kedua orang tua wanita itu sudah memohon agar sang anak bisa hidup kembali meskipun hanya sebagai sebuah cangkang. Sejak awal dalam hembusan napas terak
Rowman masih setia menunggui wanita yang enggan menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terbangun. Beberapa jam sudah terlewati namun pria itu msih saja enggan meninggalka wanita yang bernama Maria itu seorang diri. Ada sebuah rasa ketakutan ketika membayangkan bahwa sekali lagi ia akan kehilangan wanita ini, seandainya ia lengah sediit saja.Dulu saat Mayya masih hidup, ia bisa mempertimbangkan segala kondisi dan mudahnya mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka. Sewaktu itu ia masih memikirkan situasi yang bisa saja gaduh sejak berita hubungannya dengan Mayya terhendus oleh Shed dan kawanannya. Rowman masih mempertimbangkan keselamatan klannya. Namun, sekarang ia sudah tidak peduli lagi. Baginya kehilangan wanita itu juga merupakan kematian baginya. Harinya yang dulu penuh penantian yang tak pasti nyaris membuatnya gila Hanya demi anak-anaknya saja Rowman masih bisa menjaga kewarasannya. Kalau tidak ada Tia, Jackson, Iris dan Ares, Mungkin saja Rowman sudah menggila
Maria berhenti menatap kilasan masa lalu Mayya, yang merupakan kehidupannya terdahulu. Hidupnya yang merupakan Myya di masa lalu telah membuatnya tahu mengapa ia dipilih sebagai bentuk reinkarnasi dari Mayya. Ia telah terlahir kembali setelah kecelakaan yang seharusnya membuatnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.Doa ayah dan ibunya, kedua orang yang telah berjasa melahirkannya ke dunia ini telah meminta para dewa untuk memberikannya sekali lagi kesempatan untuk hidup. Sebagai Maria, yang tentunya ia tetap akan kembali pada keluarga kecilnya di kehidupannya sebelumnya.Dirinya adalah Mayya, seorang semi vampir yang mengasuh Jackson, anak kakak kembarnya dan juga sebelum kematiannya dirinya yang dulu juga telah melahirkan sepasang aak kembar dari rahimnya sendiri. Bersama Rowman, ia telah menjadi belahan jiwa lelaki itu.Mungkinkah ia menerima semua mimpi-mimpinya dulu karena ia harus mengingat dulu semua kisah hidupnya di masa lalu sebelum ber
Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata. “Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu. Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu. “Maaf karena aku datang terlambat Mayya. Maafkan aku juga
Maria menggelengkan kepalanya. Penyesalah yang diperlihatkan wanita berambut pirang itu sangat kentara dan ia harus mengataka bahwa wanita itu telah membayar semuanya. Celeste, sudah membayar semua kesalahannya dengan mengabulkan doa kedua orang tuanya dan memberikan kesempatan kepadanya dan Mayya untuk hidup sekali lagi."Lantas, bagaimana Mayya bisa meninggal dunia padahal dia adalah vampir ? apakah dia juga telah melakukan pengorbanan ?"Celeste menganggukkan kepalanya. Mayya memang melakukannya. Demi melindungi anak-anaknya, Mayya rela menjadi tameng agar bisa mengalahkan perang yang diciptakan ayahnya dan juga pria yang menjadi ayah dari keponakannya. Semua itu agar ia bisa pergi dengan tenang dan tanpa ada gangguan yang menghampiri keluarga kecilnya."Ya, dia melakukannya agar bisa melindungi orang-orang yang ia cintai."**“Kenapa? Kau terkejut melihat kedatanganku, Ayah?” tan
"Mayya, semi vampir ?"Maria berbisik pada dirinya sendiri begitu kegelapan kembali menemani kesendiriannya. Ia seperti mendapatkan penjelasan mengapa dirinya bisa sampai ke tempat ini. Jika dirinya merupakan reinkarnasi dari wanita itu, maka sudah sewajarnya takdir membawanya ke dalam wilayah ini. Tempat di mana seharusnya ia berada sebelumnya, tapi sampai detik ini ia masih tidak bisa mengingat satu pun kenangan di masa lalunya."Kau pasti bingung ?"Maria pun mendongakkan kepalanya dan melihat sosok wanita berambut emas yang sebelumnya ia temui, dan wanita itu mengaku sebagai ibu dari sosok Mayya, yang bereinkarnasi menjadi dirinya."Ada banyak kata yang harus kau dengarkan jika kau mau terdiam sebentar dan tidak menolak satu pun fakta yang keluar dari mulutku."Wanita itu menunduk dan menimbang. Ia sendiri selama ini hidup dalam ketidak ingatan akan hidupnya sebagai Maria sebelum ia mengalami amnesia, tapi sejak ia terbagun dari kom
“Kau..”Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar.Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia.“Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk.Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan
Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tahun, seluruh warga memilih untuk bertransmigrasi ke kota yang lebih makmur, seperti Seattle atau New York. Mungkin Mikhaela adalah salah satu contoh dari mereka. Kakak kembarnya lebih memilih mengadu nasib di kota besar dan mencari
“Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu.“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat.Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu.“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu.