Sumpah
..Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata.
“Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu.
Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu.
“Maaf karena aku
angun dari Mimpi..Seorang gadis nampak terbaring diatas sebuah tempat tidur berukurang King size. Diufuk matahari yang mulai meninggi, suara burung kentara berbunyi dan mengusik tidurnya. Perlahan tapi pasti, kedua mata milik gadis itu pun terbuka dan menampilkan sepasang hazel terang yang membingkai matanya.Ruangan yang kini terpampang nyata dalam matanya adalah sebuah ruangan besar dan megah dengan berbagai ornamen berwarna emas yang ia yakini betul merupakan emas asli dan bukan tiruan semata. Berbagai guci tua pun menjadi penghias yang manis mengisi sudut ruangan. Dengan jendela yang hanya satu berada diruangan ini, dari atas tempat tidur pun gadis itu bisa melihat sengatan matahari yang masuk melalui selanya.Sedetik saat dirinya terbangun, satu hal yang ditangkap oleh gadis itu. ia tak berada ditempat yang ia
“Kau berharap aku mencari surga yang tak dirindukan lain diluar sana?” Rowman mendekatkan wajahnya hingga batang hidungnya bersentuhan dengan hidup Mayya. “Kau saja belum menjadi milikku, bagaimana bisa aku mencari surga yang lain.” Sontak saja wajah Mayya memerah mendengar perkataan Rowman. Kalimat sederhana itu mengalir begitu saja, tapi jika Rowman yang mengatakannya akan terdengar berbeda ditelinganya. “Kau mau mendengar kelanjutannya?” Mayya mengangguk. Rowman membawa tubuh gadis mungil itu kedalam pelukannya. Ia merengkuh erat tubuh mungil Mayya dan menyesapkan wangi khas Mayya yang tak menguar dari siapapun.“Saat itu.. pamanmu datang dan mengatakan sesuatu yang membuatmu tak sadarkan diri.” Arion? Pamannya?
“Jadi mereka semua pergi ke tempat itu?” Seorang wanita duduk dengan kaki menyilang diatas sebuah sofa beludru diruang tamu rumah bergaya minimalis. Wanita itu mencengkram sandaran sofa dengan mata berapi-api. “Ya, semuanya.” Sahut pria bermata abu-abu yang duduk didepannya. Pria dengan setelah jubah hitam itu nampak menyeringai saat melihat bagaimana reaksi yang ditunjukkan wanita berambut pirang dihadapannya. Rencananya untuk membuat emosi wanita itu meninggi telah berhasil. Kini ia hanya tinggal menunggu saja. “Lantas apa yang akan kau lakukan? Kau sudah tahu bahwa suamimu telah berpindah ke lain hati dan sebentar lagi dia akan memiliki seorang anak dengan wanita itu. Kau..” “Apa?” Khamila, wanita itu menatap tajam pada sosok bern
“Ada apa, Mona?” Kini Mayya mulai terbiasa dengan kehadiran wanita itu didekatnya. “Aku sungguh iri padamu. Aku ingin hidup sepertimu. Melahirkan dan menghabiskan sisa waktuku bersama pria yang aku cintai.” Ungkapnya. Ramona menjauhkan tangannya dari perut Mayya. Perasaan mengiris yang melukai hatinya seolah menjadi sebuah pengingat bahwa ia hanyalah vampir. Tak bisa mengharapkan lebih hanya untuk bertaha hidup. Sudah bagus ia dibiarkan hidup dengan cara seperti ini. Masih banyak diluar sana vampir yang hidup menggelandang. Didaratan Amerika, mereka sulit menjamin kehidupan yang mapan. Mayya meraih tangan Ramona kembali. Ia membawa tangan wanita berambut merah itu ke arah perutnya. “Kau juga ibu mereka.” Ucap Mayya.
“Jadi?” “Celeste yang kemudian jatuh cinta memilih untuk menjadi manusia saat itu. Arion membawaku dengan keadaan murka. Pria itu sama sekali tak menyetujui keputusan Celeste menanggalkan semua apa yang ia punya dan menjadi manusia biasa. Arion menganggap bahwa pria itu hanya akan mencampakkan Celeste saja.” “Dan ternyata benar bukan?” Tebak Tatiana. Max mengangguk pasti. “Ya, begitulah. Cinta tak bisa hanya berlandaskan pada sebuah perasaan ingin memiki, tapi perasaan itu harus dilandasi pula dengan rasa kepercayaan. Kisah antara Celeste dan Maximus menjadi sebuah contoh yang patut dipelajari.” “Tunggu.. Maximus?” Tanya Tatiana memastikan. Ia tak mungkins salah mendengar jika Max baru saja mengatakan ‘Maximus’.
Rumah Rowman. Mungkinkah rumah itu yang menjadi tempat persembunyian pria itu saat ini. Lantas mengapa Rowman berusaha menghindarinya seharian ini. Apakah ia sudah berbuat hal yang salah padanya. “Mayya..” Marlon memegangi sebelah pundak Mayya hingga membuat wanita itu tersadar. “Kau bisa datang padaku jika kau merasa sakit. Aku akan menyembuhkannya dan kita akan pergi sejauh mungkin dari tempat ini.” Semula tak mengerti dengan perkataan yang diarahkan untuknya. Namun melihat kesungguhan yang ditunjukkan oleh Marlon membuatnya sadar bahwa saat ini lelaki itu berucap tak main-main. Apa yang baru saja dikatakan Marlon merupakan sebuah petuah dari keburukan yang mungkin nantinya akan ia alami. “Mayya..” Mayya kembal
“Aku bersedia..” “Apa?” nadanya setengah tak percaya, namun aku paham dia hanya ingin memastikan apa yang didengarnya dengan baik untuk sekali lagi. “Aku akan ikut bersamamu. Bawalah aku pergi menjauh. Dimanapun itu, asal tak kembali kesini.” Dengan satu tarikan napas aku berhasil mengatakannya. Aku membulatkan tekadku. Aku pergi. “Mayya... kembalilah. Biarkan aku masuk. Aku akan membuat pria itu menerima ganjaran atas perbuatannya. Biarkan aku masuk.” Suara aneh itu kembali berdengung ditelingaku. Aku tetap berusaha berjalan dengan benar meski aku merasa pandanganku mulai merabun. Aku tak mau pingsan disini. aku harus bertahan. Aku tidak lemah.  
Tatiana berlari dengan seluruh kekuatan yang ia punyai menuju sebuah kamar yang ditempati oleh Mayya. Napasnya terdenga memburu tajam saat menapaki setiap langkahnya berlari menuju tempat itu. setelah mendengar kabar yang mengejutkannya, Tatiana tak hentinya merapalkan doa agar Mayya baik-baik saja. Max berkata bahwa saat Marlon membawanya ke kastil, Mayya sudah terkulai tak sadarkan diri. Marlon pun tak tahu apa yang terjadi pada Mayya karena ia meninggalkan Rowman berbicara empat mata dengan Mayya. Setelahnya Mayya yang setuju untuk pulang bersamanya tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Begitu sampai didepan pintu, Tatiana tanpa permisi langsung mendobrak daun pintu kayu itu. Dilihatnya disana, Arion dan yang lainnya sudah berkumpul mengelilingi kasur yang biasa ditiduri oleh Mayya. Dengan langka