Fearless
.
.
Malam yang gelap dan pekat, menyelimuti kota last Town. Udara yang berhembus pada Bulan Mei begitu menusuk kulit. Memang pada siang hari cuaca begitu cerah dengan angin yang berhembus santai. Namun ketika malam menjemput, semuanya kembali kelam seperti pada malam-malam pada musim dingin.
Ketika malam tak lagi bersahabat, lantas hanya ada satu jalan untuk menaklukkannya, yakni menghadapinya dengan diri yang kosong. Mungkin itu adalah hal yang sama yang kini dilakukan seorang gadis berambut cepak dengan bayi yang ada didalam pelukkannya.
Mayya berjalan di sepanjang hutan yang gelap. Hembusan udara yang dingin membuatnya menyesal mengapa ia tak melakukannya disiang hari. ini bukan tentangnya, melainkan tentang anaknya. Jika itu dirinya, ia masih bisa menahan dinginnya angin malam, sedangnya Jackson hanyalah bayi biasa yang mungkin bisa terkena flu luar biasa karena angin malam.
Mata hazel Mayya melirik ke arah ana
Changed..“Harusnya kau bersikap seperti anak penurut selagi aku berbaik hati padamu.”Pasokan udara seolah mulai menipis, menyulitkan pria yang tengah berada dalam ambang batas kematian tak diijinkan lagi untuk hidup. Pria itu tak tahu apakah mungkin detik ini adalah ajalnya. Kematian kedua yang ia rasakan setelah sekian lama mengalami kematian abadi miliknya sendiri.Wanita didepannya, tetap mengencangkan tangan disekeliling lehernya. Mata merah pekatnya terasa seperti magnet yang mampu menyedot sispa saja. hal itu dirasakan oleh Shed ditengah kesakitannya. Mata semerah darah, bahkan lebih pekat itu hanya berjarak tak kurang dari dua pulu sentimeter. Membuat sendi-sendinya terasa mengambang dan hampa. Tak dirasakannya lagi perpiajakn antara kakinya dan juga tanah.“Kau merasakannya? Sebelum datang menjemput kematianmu, seharusnya kau tahu dengan siapa kau berhadapan.” Desis Mayya. Wanita itu melayangkan tatapan mematikan. Ia ingin
“Selamat tinggal, Mayya.” Aku mendengar bibirku sendiri mengucapkan tiga kalimat itu, bersamaan denganku yang keluar dari tempat persembunyianku. Aku tak tahu mengapa aku melakukan hal ini. Hanya saja instingku mengatakan bahwa aku harus bersembunyi. Dari sini, aku melihat matanya nanar menatap ke arah rumah. Aku tak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Meski aku bukanlah seorang peramal, aku tahu bahwa ia sedang merasakan gejolak dalam dirinya.Aku memandangi bayangan punggungnya yang mengecil dari pandanganku. Entah apakah itu, aku merasa bahwa aku salah melakukannya. Tak seharusnya aku membiarkannya sendiri. Aku terbiasa hidup di bawah alam sadarku yang penuh dengan teori logika masuk akal. Namun setiap kali bersamanya, aku selalu lupa akan hal itu.Mulai dari hal gila yang kuajukan. Aku merasa diriku tak benar. Berurusan dengan manusia, makhluk fana itu tentu bu
Kissing You..“Bukankah aku sudah bilang, aku akan melindungimu dan juga bayimu asalkan kau memberikan darahmu padaku.” Suara aberat itu mengalun begitu saja dari bibir pria itu.Mayya masih diam, bergeming ditempat. Matanya terus menatap pria yang ada didiepannya dengan bingung. Pikirannya ia tak melihat bahwa pria itu sejak tadi ada disini, didekatnya. Apakah pria itu juga melihat kejadian yang baru saja dialaminya?“Bagaimana bisa kau ada disini?”Pria itu memiringkan kepalanya kesamping. Sebuah senyuman simpul tercipta di bibir hatinya. Tentu bukan ekspresi yang sering Mayya temui. Pria yang sama berdiri dihadapannya namun dengan tatapan yang berbeda. Sungguh hal itu pun masih membuatnya merasa ketakutan saat berhadapan dengannya.“Aku kira pertanyaan itu tak ada hubungannya dengan masalah saat ini, Nona.” Ujarnya. Pria itu mengarahkan lehernya mendekati Mayya. Tanpa sengaja ia pun membawa tubuh mungil Mayya masuk ke
Di dalam sebuah ruangan yang terang, seorang gadis nampak berjalan sendiri dengan raut kebingungan. ia tak mengenal tempat yang sekarang ia singgahi itu. Entah apa yang membuatnya bisa sampai di tempat ini. Semuanya begitu terasa tak nyata baginya.Ruangan putih yang terlihat kosong itu terasa sangat hampa. Ia bahkan merasakan angin dingin yang menyentak bulu kuduknya. Benar-benar menyakitkan mengalami suasana seperti ini. Ia tak ingin berada di sini. Begitu menyesakkan dadanya. “Khamila..”Langkah gadis itu terhenti. Sebuah suara yang entah memanggil siapa berhasil menyentaknya. Ia pun menoleh ke sana ke mari untuk mencari suara itu, namun hanya kekosongan yang ia lihat di tempat ini.Aku di sini.” suara itu kembali terdengar seolah dapat melihat gadis yang mencar
Seorang wanita berdiri dengan seorang anak laki-laki di depan sebuah box yang berisikan dua orang bayi mungil yang tengah terbaring. Di sana, kedua bayi itu tidak tertidur. Salah seorangnya masih membuka matanya, mata berwarna hazel terang. “Siapa dia?” Tanya sosok laki-laki itu dengan mata merah polosnya. Ia memandang sang nenek yang mengajaknya ke tempat asing ini.Dibelainya surai gelap rambut cucunya yang lebih tinggi darinya itu. Ia tersenyum samar melihat ada rasa keingintahuan di balik sepasang mata merah itu. “Kau akan bertemu dengannya sesegera mungkin. Dialah belahan jiwamu yang sesungguhnya.”Laki-laki itu kembali memandang bayi itu. Kini tatapan merahnya bertemu pandang dengan bayi yang kini ikut menatapnya sepasang mata hazel itu nampak memandangnya riang.&nb
Berubah..Mimpinya terhenti.Gadis itu merasa terusik dari tidur panjangnya. Meski ia akui terasa sangat asing, namun kehangatan yang melingkupi tubuhnya benar-benar membuat tidurnya nyenyak. Ada sebuah selimut, begitu pikirnya. Benda ini tak memiliki bulu hangat seperti selimut pada umumnya, malah cenderung keras dan berat. Akan tetapi Mayya merasa ini lebih menghangatkan dari pada selimut mana pun yang pernah ia gunakan.Selimir angin hangat terasa berhembus saat ia mencoba untuk semakin mendekatkan dirinya ke dalam selimut itu. Tentu saja perasaan itu sedikit menggelitiknya. Apalagi tak lama ia merasakan sebuah sapuan hangat dan menggelitik pada puncak kepalanya.Apa yang sebenarnya ada disampingnya?Bukankah itu sebuah selimut?Mayya, gadis itu membuka matanya perlahan. Ia menerjabkan matanya dengan cahaya yang mengintip dari kelopak matanya. Ketika matanya sudah terbuka lebar, jajaran pohon dan juga beber
Merenung..“Akh..!”Suara rintihan kesakitan menggema di lorong sebuah kastil tua. Beberapa orang berjubah hitam nampak berdiri didepan pintu, begitu ingin mengetahui keadaan orang yang bagi mereka penting disana. Sudah sejak semalaman pria itu terus merintih kesakitan.Malam tadi, seluruh penghuni kastil dikejutkan dengan peamdangan yang tak biasa. Tuan mereka sedang membawa salah seorang bawahannya yang tengah dalam keadaan terluka. Dari apa yang terlihat, leher pria itu terluka seperti sebuah cekikkan yang sangat parah.“Apakah Shed akan baik-baik saja?” tanya salah seorang pria berjubah hitam yang berdiri didepan pintu pada teman serekanannya.Pria disampingnya menggeleng tak tahu. “Aku tak mengerti. Dari lukanya, pasti yang melakukannya adalah orang yang sangat kuat.”“Dan pasti dia bukanlah manusia.” Cetusnya lagi.Tanpa mereka sadari sepasang mata merah pekat tengah mendengarkan pembic
Tak seharusnya..“Celeste.. dia mengandung Mayya dan Mikhaela saat keluar dari rumah ini. Dan mereka adalah....”Maximus menunggu. Napasnya seketika berubah menjadi seuah sesakkan. Ia mencoba untuk menarik napasnya dengan pelan namun hasilnya nihil. Ia tetap merasa sesak.“...Mereka adalah anak anda, Tuan.”Suara debuman kencang terdengar, berasal dari salah satu kamar terbesar yang ada di dalam kastil itu. Seorang Pria yang tersungkur diatas lantai beton dingin itu terengah-engah, saat tubuhnya terlempar begitu jauh dari tempatnya berdiri, hingga akhirnya ia berakhir dengan punggung yang menabrak pintu.“Apa kau bercanda?” pria bermata hazel itu berekspresi seolah pria yang baru saja ia hempaskan itu tengah bercanda. Setengah senyuman menyeramkan miliknya membuat siapa saja tergidik ketakutan, termasuk pria itu.Marlon, tubuhnya terasa seperti retak saat ia melayang melewati angin disekitarnya. Tak pernah ter
"Jadi kau sudah melihat semuanya ?"Maria hanya bisa menganggukan kepalanya pelan. Ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kehidupannya sebagai Mayya dulu. Sosok dirinya yang dulu pernah hidup sebagai seroang smei vampir dan meninggal setelah melahirkan kedua anak kembarnya. Ia juga tahu siapa sosok Rowman yang merupakan belahan jiwanya. Namun, ada hal yang masih mengganjal di dalam benaknya."Apakah setelah semua ini, aku tidak akan bisa mengingat kembali kehidupanku sebgaai Maria ?" Tanyanya Lirih. Entah mengapa ia merasa begitu sedih mengingat bahwa setelah semua ini mungkin saja ia tidak akan bisa lagi mengingat siapa sosok MAria dalam hidupnya. Setelah ini ia akan hidup sebagai Mayya.Celeste hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa semua ini tentu akan berat bagi Maria. Namun, sejak awal kedua orang tua wanita itu sudah memohon agar sang anak bisa hidup kembali meskipun hanya sebagai sebuah cangkang. Sejak awal dalam hembusan napas terak
Rowman masih setia menunggui wanita yang enggan menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terbangun. Beberapa jam sudah terlewati namun pria itu msih saja enggan meninggalka wanita yang bernama Maria itu seorang diri. Ada sebuah rasa ketakutan ketika membayangkan bahwa sekali lagi ia akan kehilangan wanita ini, seandainya ia lengah sediit saja.Dulu saat Mayya masih hidup, ia bisa mempertimbangkan segala kondisi dan mudahnya mengatakan untuk mengakhiri hubungan mereka. Sewaktu itu ia masih memikirkan situasi yang bisa saja gaduh sejak berita hubungannya dengan Mayya terhendus oleh Shed dan kawanannya. Rowman masih mempertimbangkan keselamatan klannya. Namun, sekarang ia sudah tidak peduli lagi. Baginya kehilangan wanita itu juga merupakan kematian baginya. Harinya yang dulu penuh penantian yang tak pasti nyaris membuatnya gila Hanya demi anak-anaknya saja Rowman masih bisa menjaga kewarasannya. Kalau tidak ada Tia, Jackson, Iris dan Ares, Mungkin saja Rowman sudah menggila
Maria berhenti menatap kilasan masa lalu Mayya, yang merupakan kehidupannya terdahulu. Hidupnya yang merupakan Myya di masa lalu telah membuatnya tahu mengapa ia dipilih sebagai bentuk reinkarnasi dari Mayya. Ia telah terlahir kembali setelah kecelakaan yang seharusnya membuatnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.Doa ayah dan ibunya, kedua orang yang telah berjasa melahirkannya ke dunia ini telah meminta para dewa untuk memberikannya sekali lagi kesempatan untuk hidup. Sebagai Maria, yang tentunya ia tetap akan kembali pada keluarga kecilnya di kehidupannya sebelumnya.Dirinya adalah Mayya, seorang semi vampir yang mengasuh Jackson, anak kakak kembarnya dan juga sebelum kematiannya dirinya yang dulu juga telah melahirkan sepasang aak kembar dari rahimnya sendiri. Bersama Rowman, ia telah menjadi belahan jiwa lelaki itu.Mungkinkah ia menerima semua mimpi-mimpinya dulu karena ia harus mengingat dulu semua kisah hidupnya di masa lalu sebelum ber
Seorang lelaki nampak berdiri didepan sosok wanita yang masih setia memejamkan kedua matanya. Ini sudah hari keempat dimana wanita itu tak urung sadarkan diri dari tidurnya. Banyak yang mengatakan bahwa wanita itu hanya sekedar tertidur. Namun dilihat dari jangka waktu kedua mata itu tertutup, ia sangsi jika ini hanyalah sebuah tidur semata. “Mayya, kapan aku akan membuka matamu? Ada sesuatu hal yang harus aku sampaikan padamu.” Ucap lelaki itu. Ia sengaja tak menempatkan dirinya untuk menduduki pinggir tempat tidur. Ia cukup sadar posisinya yang tak pantas untuk berdekatan secara lancang dengan wanita itu. sesuai janjinya dulu, ia akan menjaga wanita itu beserta keturunannya. Dan Mayya, akan menjadi pembayaran sumpahnya dulu. “Maaf karena aku datang terlambat Mayya. Maafkan aku juga
Maria menggelengkan kepalanya. Penyesalah yang diperlihatkan wanita berambut pirang itu sangat kentara dan ia harus mengataka bahwa wanita itu telah membayar semuanya. Celeste, sudah membayar semua kesalahannya dengan mengabulkan doa kedua orang tuanya dan memberikan kesempatan kepadanya dan Mayya untuk hidup sekali lagi."Lantas, bagaimana Mayya bisa meninggal dunia padahal dia adalah vampir ? apakah dia juga telah melakukan pengorbanan ?"Celeste menganggukkan kepalanya. Mayya memang melakukannya. Demi melindungi anak-anaknya, Mayya rela menjadi tameng agar bisa mengalahkan perang yang diciptakan ayahnya dan juga pria yang menjadi ayah dari keponakannya. Semua itu agar ia bisa pergi dengan tenang dan tanpa ada gangguan yang menghampiri keluarga kecilnya."Ya, dia melakukannya agar bisa melindungi orang-orang yang ia cintai."**“Kenapa? Kau terkejut melihat kedatanganku, Ayah?” tan
"Mayya, semi vampir ?"Maria berbisik pada dirinya sendiri begitu kegelapan kembali menemani kesendiriannya. Ia seperti mendapatkan penjelasan mengapa dirinya bisa sampai ke tempat ini. Jika dirinya merupakan reinkarnasi dari wanita itu, maka sudah sewajarnya takdir membawanya ke dalam wilayah ini. Tempat di mana seharusnya ia berada sebelumnya, tapi sampai detik ini ia masih tidak bisa mengingat satu pun kenangan di masa lalunya."Kau pasti bingung ?"Maria pun mendongakkan kepalanya dan melihat sosok wanita berambut emas yang sebelumnya ia temui, dan wanita itu mengaku sebagai ibu dari sosok Mayya, yang bereinkarnasi menjadi dirinya."Ada banyak kata yang harus kau dengarkan jika kau mau terdiam sebentar dan tidak menolak satu pun fakta yang keluar dari mulutku."Wanita itu menunduk dan menimbang. Ia sendiri selama ini hidup dalam ketidak ingatan akan hidupnya sebagai Maria sebelum ia mengalami amnesia, tapi sejak ia terbagun dari kom
“Kau..”Mayya dengan reflek langsung memutar tubuhnya. Namun mata hazelnya langsung di perlihatkan dengan dada bidang milik pria itu. perlahan Mayya menaikkan pandangannya ke atas. Dilihatnya mata merah itu menatapnya dengan tatapan datar.Seketika Mayya merasakan bahwa mata itu begitu mengintimidasinya. Mata merah itu nampak memiliki arti sendiri saat bersitatap dengannya. Mungkin setelah berjam-jam ia berada disini, satu hal yang belum disadarinya. Rowman memiliki mata sipit yang berbentuk seperti musang. Mata pria itu memang memiliki ciri khas bentuk seperti orang asia.“Kau..” Rowman kembali bersuara. Suara berat miliknya menggema diruangan dapur dengan tajam dan menusuk.Mayya berulang kali mencoba meneguk air liurnya sendiri. namun mata itu kembali seperti sedang memenjarakannya. Ia hanya bergeming, mematung ditempatnya. Selalu seperti ini. Saat pertama pertemuan
Seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit maskulin, nampak berdiri didepan jendela besar yang ada di kamar yang ia tempati dengan pandangan kosong. Jauh didalam pikirannya, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sampai pada tempat ini. Dirinya tahu kalau ia sudah menjajakkan dirinya untuk berada dalam pusaran maut. Bersama dengan makhluk yang ia pikir nyaris tak pernah ada dimuka bumi ini dan hanya terdengar dari cerita tua, Kini Mahkluk itu berada didepan matanya.Mayya, ia sudah hidup sejak kelahirannya di kota ini. Sejak saat dimana pertama kali ia membuka matanya, Mayya sudah mengenal seluk beluk kota ini dari warga desa yang sering berpergian ke hutan mencari kayu. Namun tak banyak, karena setelah ia beranjak usia 10 tahun, seluruh warga memilih untuk bertransmigrasi ke kota yang lebih makmur, seperti Seattle atau New York. Mungkin Mikhaela adalah salah satu contoh dari mereka. Kakak kembarnya lebih memilih mengadu nasib di kota besar dan mencari
“Halo! Bisakah kami menumpang dirumahmu?” ditangannya terdapat bungkusan berwarna merah muda yang terlihat aneh di mata Tatiana. Ia bisa mengendus bau wanita ini, namun tidak dengan bayinya. Tatiana berjalan maju membelakangi ayahnya. Tubuhnya yang tinggi membuatnya bisa dengan mudah melihat apa yang berada dibalik kain merah muda itu.“Bayi?” tanyanya dengan alis terangkat.Wanita itu kembali tersenyum dan mata hazelnya memancarkan sesuatu yang tak Rowman mengerti. Beruntung tubuh putrinya sedang menutup wajahnya. Kalau tidak mungkin ia akan melihat lebih lagi dari wanita itu.“Halo. Aku Mayya. Bisakah kau memberikan tumpangan untukku dan anakku?”Rowman tertegun. Bau ini begitu memikatnya. Gadis muda mungil itu nampak sangat kecil dimatanya. Ia yang bertubuh besar terlihat seperti seorang raksasa ketika berhadapan dengan gadis muda yang bernama Mayya itu.