"Urus bayi ini sebaik mungkin. Kalau tidak aku akan menceraikan kamu."
Sarah mengangkat wajahnya. Menatap Andra yang berdiri di dekat boks bayi. Pantas saja, Andra mau berbicara dengan dirinya. Alasannya hanya untuk memerintah untuk mengurus bayi dari istri keduanya."Kenapa harus aku mas. Aku tidak punya waktu.""Jangan membantah. Kamu lupa siapa kamu di rumah ini. Hah?.Satu tahun menikah. Selama itu juga. Andra mengabaikan dirinya. Bersikap tidak adil bahkan menganggap Sarah tidak ada. Bahkan, di saat Andra butuh tenaga untuk mengurus bayinya. Tanpa memikirkan perasaan isteri pertamanya. Andra bahkan meminta Sarah untuk mengurus bayinya. Sikapnya tetap sama. Memaksa dan mengancam.Apakah Sarah sanggup?. Jawabannya tentu saja Sarah tidak sanggup. Mempunyai madu saja, rasanya sudah seperti di neraka. Apalagi harus mengurus bayi dari suami dan madunya. Melihat bayi itu, sama saja dengan mengingat semua sikap buruk Andra dan Gita terhadap dirinya.Gita adalah istri kedua dari Andra. Wanita yang bersedia dinikahi siri berselang satu hari setelah Andra menikahi Sarah. Mereka hidup dalam satu atap. Satu suami dua istri. Yang bisa dikatakan jika suami istri yang sebenarnya adalah Andra dan Gita. Sedangkan Sarah sebagai istri sah hanya sebagai pelengkap. Bukan pelengkap kebahagiaan melainkan pelengkap sasaran penderitaan.Sarah menggelengkan kepalanya. Hatinya teramat sakit dengan ancaman suaminya itu. Tidak. Dia tidak akan mau mengurus bayi itu. Dirinya bukan pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan. Dirinya adalah seorang mahasiswa yang sedang berkutat untuk menyelesaikan skripsi. Dia tidak akan mau membuang waktu hanya akan mengurus bayi dari madunya. Gita yang berbahagia dengan kehamilannya. Dan merasa dirinya unggul karena dicintai dan akan memberikan keturunan kepada Andra. Biarkan saja, wanita itu yang mengurus bayinya sendiri.Sarah masih sangat jelas mengingat bagaimana sikap buruk Gita. Gita sengaja bermesraan di sembarang tempat untuk membuat dirinya cemburu."Kamu tidak bersedia hah?. Apa kamu tidak takut aku ceraikan?" tanya Andra murka.Cerai adalah satu kata yang ditunggu oleh Sarah selama ini. Tapi ancaman dari Andra akan mencabut pengobatan pak Burhan ayahnya Sarah membuat Sarah memendam keinginan itu. Saat ini, pak Burhan sedang berjuang dengan alat alat medis karena kecelakaan yang menimpa dirinya satu tahun yang lalu. Sarah yang belum ingin kehilangan sang ayah hanya bisa menahan luka dalam pernikahannya yang sama sekali tidak dianggap.Pernikahan Andra dan Sarah memang karena perjodohan. Bisa dikatakan, pernikahan ini adalah pernikahan yang simbiosis mutualisme. Pernikahan itu membawa keuntungan bagi Sarah karena akan mendapatkan biaya pengobatan dan bagi Andra, laki laki itu juga akan mendapatkan perusahaan setelah pernikahan mereka satu tahun. Itu artinya, Andra akan mendapatkan perusahaan itu tiga bulan lagi. Pernikahan itu hanya status diatas kertas."Lebih baik cerai daripada mengurus bayi dari sepasang suami istri yang tidak punya perasaan seperti kalian. Kamu punya uang. Mengapa tidak merekrut baby sitter saja. Mengapa harus aku. Apa kalian ingin menyiksa aku seperti ini. Aku akan begadang tiap malam sementara kalian yang punya bayi bisa terlelap sambil berpelukan?"Sarah merasakan seperti diremas. Wanita mana yang mau mengurus bayi dari wanita yang selalu menindas dan menghinanya."Kamu siap kehilangan ayah mu?" tanya Andra tajam. Wajahnya sengaja ditundukkan untuk menatap wajah Sarah."Bukan kamu pemilik nyawa ayahku. Jika kamu menghentikan pengobatan ayahku maka kamu juga siap siap tidak mendapatkan perusahaan keluargamu. Dan siap siap saja pernikahan kamu dengan Gita diketahui oleh keluargamu."Sarah balik mengancam walau dalam hati ketakutan jika Andra nekat mencabut dana pengobatan ayahnya.Andra terdiam.Tapi tatapannya masih tajam. Dia membenarkan kata kata Sarah dalam hatinya. Dirinya akan gagal mendapatkan perusahaan jika pernikahannya dengan Sarah kurang dalam satu tahun. Posisinya belum aman.Lagi pula, untuk saat ini pernikahannya dengan Gita belum bisa terbongkar. Itu menjadi salah satu alasan Andra menyatukan Sarah dan Gita dalam satu rumah. Andra tidak mau jika Sarah mengadu kepada pak Hermawan jika dirinya jarang di rumah. Selain itu, posisi pak Hermawan dan istri yang berada di luar negeri akan selalu mencari keberadaan Sarah jika mereka melakukan panggilan video.Suara bayi membuyarkan tatapan tajam Andra dari Sarah. Laki laki itu cepat melangkah ke arah boks. Laki laki itu juga sangat cekatan mengambil bayi perempuan itu dari boks dan memberikan susu formula yang sejak tadi ada di tangannya.Bayi itu memang tidak berdosa. Tapi sedikit pun tidak ada niat Sarah untuk melihat bayi itu. Sarah benar benar tidak tertarik. Meskipun tidak begitu memperhatikan Andra, Sarah bisa merasakan jika Andra adalah ayah yang baik bagi putrinya. Suami yang baik bagi Gita. Sedangkan untuk dirinya, Andra seperti neraka dalam kehidupannya."Bibi Inah belum pulang. Suruh bi Inah yang mengurus bayimu selama Gita masih di rumah sakit."Bibi Inah adalah asisten rumah tangga yang bertugas khusus di rumah itu untuk melayani Andra dan Sarah. Sedangkan untuk Sarah sendiri. Sarah harus melakukan apapun sendiri untuk dirinya. Sarah seperti anak kost di rumah itu. Sebenarnya apa salahnya jika mbok Ina memasak sekalian untuk Sarah. Tapi Gita melarang dan Andra tidak mempermasalahkan larangan itu."Sa, aku mohon. Tolong, urus bayi ini. Gita masih koma."Sarah terkejut. Dia tidak tahu tentang kondisi Gita yang sebenarnya. Dia hanya tahu jika empat hari yang lalu. Gita sudah melahirkan bayi perempuan. Itupun dia tahu dari mbok Ina.Sarah memberanikan diri menatap Andra. Berbulan bulan menikah, baru kali ini Andra berbicara pelan dan memohon. Sarah juga bisa melihat kesedihan di wajah suaminya. Seandainya dirinya yang ada di posisi Gita saat ini. Apakah suaminya juga merasa sedih. Sarah bisa memastikan tidak akan sedih. Karena selama ini, Andra dan Gita tidak menginginkan dirinya. Kalau bukan karena warisan, Bisa dipastikan, Sarah sudah lama ditendang dari rumah itu.Meskipun selama ini selalu disakiti. Ada perasaan tidak tega melihat Andra memohon dan melihat wajah sendu laki laki itu. Rasa tak tega itu hanya sebentar, karena pikiran Sarah kini dipenuhi dengan sikap sikap Andra yang selalu menyakiti dirinya."Maaf mas. Aku tidak bisa. Bibi Inah lebih berpengalaman mengurus bayi dibandingkan aku. Untuk Gita, semoga dia cepat sembuh."Sarah melunak, mendengar Gita koma tidak langsung membuat wanita itu senang. Yang ada, Sarah menoleh kepada Andra yang sedang meletakkan bayi itu ke boks. Sarah berharap, Gita sembuh secepatnya supaya bisa bersama dengan bayinya. Dan lebih penting lagi, jika Gita sembuh Andra tidak akan meminta dirinya untuk mengurus bayi itu."Aku panggilkan Bibi Inah," kata Sarah bersamaan dengan suara ponsel milik Andra berdering. Apapun keadaan Gita saat ini tidak akan bisa mengubah keputusan Sarah."Apa dokter?. Istri saya tidak bisa diselamatkan?.Masih beberapa langkah keluar dari kamar bayi. Sarah mendengar perkataan Andra. Wanita itu berbalik ke kamar bayi dan melihat Andra sudah menangis terduduk bersandar di boks bayi.Flash back on"Aku sudah menikahi Gita. Kami menikah siri. Kamu memang istri sah. Tapi bukan berarti posisi mu lebih tinggi dari dia. Gita adalah ratu di rumah ini dan ratu di hatiku. Sedangkan kamu. Istri hanya sebatas status demi apa yang kita inginkan. Jadi jangan pernah membantah perkataannya."Sarah terdiam. Menatap Andra sejenak. Tidak ada rasa bersalah di sorot matanya. Gita juga begitu. Wanita itu tersenyum seakan dirinya adalah pemenang. "Satu lagi, Rahasiakan ini dari semua orang terutama kedua orangtuaku." Andra berkata sambil menatap Gita dengan mesra. Terlihat mereka saling mencintai. Sarah menganggukkan kepalanya sambil menahan gemuruh di dadanya. Dia tidak boleh menangis di hadapan pengantin baru itu. Akan terlihat konyol nantinya. Sangat jelas mereka menikah karena di jodohkan. Berbeda dengan Andra dan Gita yang saling mencintai. Sakit hati. Tentu saja Sarah sakit hati dengan sikap suami dan madunya itu. Meskipun dirinya hanya istri diatas status tidak seharusnya me
"Kesehatan ayahmu semakin memburuk bahkan sejak tiga hari yang kesadarannya menurun."Sarah tidak kuasa menahan air matanya, mendengar kabar buruk tentang pak Burhan. Rasanya jantungnya hampir berhenti berdetak. Selama satu Minggu ini, Sarah memang tidak pernah mengunjungi sang ayah karena tidak mempunyai uang. Statusnya saja istri orang kaya. Sarah masih tetap orang miskin sama seperti sebelum menikah dengan Andra. Sarah menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dalam keadaan sedih seperti ini, Sarah tidak ingin menunjukkan kesedihan di depan laki laki yang membuat dirinya seperti di neraka. Bagaimana pun sikap Andra dan Gita selama ini. Sarah hanya bisa diam dan tidak menunjukkan dirinya lemah meskipun dirinya sebenarnya wanita yang lemah. "Terima kasih karena sudah memberitahu."Hanya itu jawaban Sarah dengan suara yang serak. Hatinya sangat hancur. Kemungkinan terburuk melintas di pikirannya membuat Sarah tidak bisa lagi menyembunyikan air matanya. Saat itu juga, Sarah merasa pe
Hari pertama memberikan perhatian pada bayi yang belum diketahui namanya itu. Sarah tidak merasakan benci sama sekali meskipun mengingat sikap Gita dahulu. Sarah dengan antusias mendengar apa yang dikatakan oleh Nia tentang takaran susu, cara mengganti diaper dan juga cara menggendong bayi dengan benar. "Mbak, aku takut."Sarah menarik tangannya yang sudah siap mengangkat bayi itu dari boks. Peringatan hati hati dari Nia ketika mengambil bayi dari boks, membuat Sarah belum berani mengangkat bayi itu. Mau tidak mau, Nia mempraktekkan sendiri bagaimana mengangkat bayi itu dari boks."Coba lagi Sarah. Kamu pasti bisa.""Aku takut mbak. Bagaimana kalau jatuh.""Kalau kamu fokus dan hati hati pasti tidak akan jatuh."Sarah menarik nafas panjang sebelum mengangkat bayi itu dari boks. Memberanikan diri dengan sangat hati hati akhirnya bayi itu berpindah juga ke tangannya. Sarah membawa bayi itu dan meletakkannya di ranjang khusus untuk baby sitter di kamar itu."Kamu cantik dek. Mirip papam
"Tidak usah masak non. Aku sudah masak untuk non Sarah juga."Sarah membalikkan tubuhnya yang awalnya menghadap kompor. Tangannya yang siap merobek kemasan mie instant berhenti sebentar. Hanya beberapa detik. Sarah kemudian melanjutkan aktivitasnya memasak mie instant. Gerakannya terlihat terburu buru. Kalau tidak mengingat ada ujian mata kuliah pagi ini. Sarah tidak akan turun ke dapur secepat ini. Di jam segini, Andra belum sarapan dan beberapa menit lagi. Bisa dipastikan jika Andra akan turun dari lantai dua. "Jangan buat dirimu dalam bahaya Bu. Jika ketahuan, bisa bisa ibu mendapatkan pemotongan gaji. "Tidak akan ketahuan non. Lagipula, selama ini kan hanya non Gita yang melarang bibi memasak untuk non Sarah. Jadi....""Jangan mengubah keadaan karena Gita sudah tidak ada lagi Bu."Sarah tidak membiarkan bibi Inah melanjutkan perkataannya. Wanita itu memindahkan mie instant itu ke dalam wadah kemudian bersiap membawanya ke dalam kamar."Sampai kapan non Sarah makan makanan tidak
"Kenapa tidak naik?. Apa kamu ingin aku membukakan pintu untuk mu. Jangan harap!.Sarah membeku di samping mobil milik Andra. Ternyata kedatangan Andra di laundry itu untuk menjemput Sarah. Suatu kejadian langka di sepanjang pernikahan mereka. Baru kali ini, Andra menyempatkan diri menjemput Sarah. Yang menjadi pertanyaan di benak Sarah. Darimana Andra mengetahui jika dirinya bekerja di laundry itu. "Tunggu apa lagi, cepat naik," kata Andra lagi sambil membukakan pintu mobil untuk dirinya sendiri. Sarah meremas ujung bajunya. Sikap Andra masih saja tetap menyakiti dirinya. Dirinya tidak langsung naik ke dalam mobil bukan karena ingin dibukakan pintu oleh Andra. Sarah sadar siapa dirinya. Tidak mungkin Andra akan bersikap manis. Sarah tidak langsung masuk ke mobil karena bingung. Apakah dirinya duduk di depan atau di belakang. Sarah sulit untuk memutuskan dimana dirinya duduk. Mereka bukan suami istri yang normal. Kalau boleh memilih, Sarah sebenarnya ingin pulang sendiri tanpa naik
Menikah dengan laki laki yang tidak tepat sudah seperti neraka bagi Sarah. Laki laki egois yang tidak pernah memikirkan perasaannya. Tidak cukup dengan memberikan madu bagi Sarah. Kini, Sarah juga dituntut untuk mengakui telah melahirkan keturunan Andra. Sarah tidak habis pikir dengan pemikiran Andra. Setelah memaksa dirinya menjadi baby sitter kini dirinya juga dipaksa menjadi ibu dari bayi madunya. Semuanya itu untuk menutupi pernikahan kedua suaminya. Sarah merasa dirinya benar benar sebagai korban keegoisan Andra. "Egois," umpat Sarah dengan dada yang bergemuruh. Amarahnya semakin memuncak setelah melihat akte lahir dari bayi itu bertuliskan namanya sebagai ibu kandung. Andra tidak menanggapi amarah Sarah. Tidak ada cara lain untuk menutupi pernikahannya dengan Gita selain menjadikan Sarah sebagai ibu kandung dari bayinya. Andaikan Gita masih hidup. Andra pasti bisa menyembunyikan pernikahan keduanya. Kini, Gita sudah tiada. Akan menjadi tanda tanya bagi pak Herlambang tentang
Andra tersenyum senang melihat kebahagiaan di wajah pak Herlambang. Dia sangat yakin, jika pak Herlambang percaya bahwa bayi itu adalah hasil dari pernikahannya dengan Sarah. Andra benar merencanakan itu semua dengan matang. Sebelum pak Herlambang tiba di rumah itu. Andra sudah memerintahkan Bibi Inah dan baby sitter yang lain untuk tutup mulut. "Dia mirip kamu Andra. Cantik," puji pak Herlambang. Matanya tak lepas dari wajah bayi itu. "Benar pa. Dia mewarisi wajahku. Tapi matanya mirip dengan Sarah."UhukSarah terbatuk mendengar perkataan Andra. Darimana jalannya mata bayi itu mirip matanya. Dasar Andra pembohong ulung, bisa bisanya kebohongannya terencana dan sangat sempurna. Sarah tidak menanggapi perkataan mertua dan suaminya. Tenaganya seakan habis karena marah dan kecewa pada Andra. Ingin, rasanya Sarah berlalu dari tempat itu. Tapi demi menjaga kesopanan, Sarah masih tetap duduk di ruang tamu itu meskipun dirinya merasa tidak enak badan. Sejak tiba di rumah, Sarah sudah mer
Andra mematung memperhatikan Sarah. Dari cara makannya. Andra dapat menyimpulkan jika Sarah kelaparan. Kejadian tadi pagi terlintas di pikirannya dimana mie instant milik Sarah tercecer di lantai. "Mungkinkah dia kelaparan?.Pertanyaan itu terlintas di pikiran Andra. Seketika, Andra tersadar. Sepanjang pernikahan mereka. Sarah tidak pernah mendapatkan nafkah lahir dari dirinya.Andra keluar dari kamar Sarah. Dia kembali ke ruang tamu. Pak Herlambang masih di sana tanpa bayi di pangkuannya."Seharusnya sebagai suami. Kamu bisa memberikan pengertian pada Sarah untuk menjaga kesehatannya.""Ya pa."Andra sengaja menjawab singkat. Karena kebohongannya. Andra merasa tidak nyaman dengan kehadiran pak Herlambang. Andra takut jika gerak geriknya di rumah itu menimbulkan kecurigaan. Apalagi dirinya dan Sarah menempati kamar yang berbeda. Pak Herlambang menghela nafas panjang. Dan Andra dapat melihat jika ada sesuatu yang mengganjal di hati papanya. "Seharusnya kamu tak membuat surprise sepe
Sebagai wanita sekaligus sebagai istri. Sarah paham apa yang harus dia lakukan. Termasuk kapan dirinya meninggalkan rumah itu. Untuk saat ini. Sarah menahan diri. Karena perceraian itu masih rencana dan usul dari pak Herlambang. Andaikan Andra, mengucapkan kata talak. Maka Sarah akan keluar dari rumah itu. Dan Sarah menunggu kata talak itu. Sarah sudah siap pergi. Meskipun tidak tahu apa yang terjadi nanti. Tapi Sarah percaya. Pak Burhan akan bisa sembuh dan dirinya juga bisa menyelesaikan pendidikannya tepat waktu. Setelah makan bersama dengan bibi Inah. Sarah menghubungi Alex. Dia ingin kembali bekerja di laundry milik laki laki itu. Ternyata, keberuntungan berpihak pada Sarah. Dengan senang hati, Alex menerima dirinya kembali bekerja di laundry itu. Bahkan Alex menaikkan gajinya.Rasanya Sarah menjadi manusia yang paling beruntung. Kebaikan Alex membuat Sarah melupakan penderitaannya selama ini. Solusi untuk dirinya bisa menyelesaikan pendidikan sudah didapat. Kini, Sarah memiki
Tak sadar, Andra menggelengkan kepalanya. Dia menikahi Sarah karena terpaksa. Menyiksa batinnya kemudian berencana menceraikan setelah mendapatkan perusahaan sang kakek. Kini sudah jelas, jika Andra tidak lagi mempunyai harapan untuk mewarisi perusahaan kakeknya. Ditambah dengan perintah pak Herlambang untuk menceraikan Sarah. "Papa selalu bertindak sesuka hati. Papa menginginkan Sarah menjadi menantu kalian kan?. Sudah aku turuti. Tapi pernahkah kalian berpikir jika aku tersiksa berpisah dari wanita yang aku cinta?.Andra membela diri. Dia tidak ingin pak Herlambang menilai jika pernikahannya dengan Gita adalah kesalahan. Apalagi wanita itu sudah tidak ada lagi. Bugh bughPak Herlambang kembali mendaratkan tinjunya di tubuh Andra. "Asal kamu tahu, Andra. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak anaknya. Kami tidak memberikan restu pada Gita. Karena bukan dia yang terbaik untukmu.""Asal papa tahu. Gita meninggal karena tekanan batin juga. Dia merasa menantu yang tidak
Sinar matahari yang masuk lewat ventilasi menyilaukan mata Andra. Perlahan, laki laki itu mengucek matanya. Jarum jam yang menunjuk ke angka delapan tidak membuat dia langsung bergerak. Hari ini, adalah hari Minggu. Sejenak dia bisa bersantai dari rutinitas kerja dan juga dari masalah yang saat ini.Ya, Andra bisa sedikit lega meskipun dirinya merasa jahat untuk itu. Mama Mayang yang tiba tiga hari yang lalu tidak bisa langsung bertemu dengan Sita. Tiba di bandara, mama Mayang langsung dilarikan ke rumah sakit. Mendadak penyakit mamanya itu kambuh entah apa penyebabnya. Andra sudah bertemu dengan sang mama. Tapi tidak dengan Sarah. Tentu saja karena alasan pura pura. Andra menjelaskan jika Sarah terlalu berisiko keluar rumah mengingat belum genap empat puluh hari selepas bersalin. Mama Mayang percaya. Andra menarik nafas sangat dalam kemudian mengembuskan secara perlahan. Kini dia duduk di tepi ranjang. Andra menyadari, jika pernikahan diam diam yang dia lakukan dengan Gita mengantar
"Nak, jadilah istri dan menantu yang baik. Berbakti lah kepada suamimu. Ayah masih hidup karena kebaikan suamimu. Adik adik mu juga bisa sekolah karena kebaikan suamimu. Lakukan kewajibanmu sebagai istri dengan baik."Di dalam mobil, Sarah selalu teringat dengan nasehat ayahnya. Nasehat ayahnya mengingatkan Sarah bahwa dirinya bukan istri yang baik. Bukan tidak ingin. Tapi Andra yang tidak memberikan kesempatan sama sekali. Sekarang, Andra sudah mengajak dirinya berteman. Akankah Sarah memanfaatkan tiga bulan menjadi istri yang baik?. Sedangkan yang diinginkan Andra dari dirinya adalah kerjasama untuk membohongi kedua mertuanya terkait Sita dan kehidupan rumah tangga mereka. Berkali kali, Sarah menghela nafas panjang. Dan setiap itu terjadi. Andra akan menoleh kepada dirinya. Sejak keluar dari ruang perawatan pak Burhan. Andra dan Sarah tidak terlibat pembicaraan apapun. Keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sarah baru mengetahui jika ternyata Andra bukan hanya menanggung
Ajakan berteman dari Andra membuat Sarah berpikir keras. Bisa saja, dirinya langsung mengiyakan atau menolak. Sarah memikirkan dampak dari keputusan yang akan dia buat. Jika menolak tentu saja akan membuat interaksi diantara mereka semakin kaku. Dan jika itu terjadi, pernikahan mereka yang tak normal akan cepat tercium oleh mama Mayang. Entah apa yang terjadi dengan Andra atau pak Burhan jika kenyataan yang sesungguhnya diketahui oleh kedua mertuanya. Sarah bisa saja langsung mengiyakan ajak pertemanan itu. Itu artinya, Sarah sudah siap menjalankan sandiwara seperti yang diinginkan oleh Andra. Yang menjadi beban di hati Sarah. Apakah dirinya siap berinteraksi dengan Andra layaknya sebagai teman sementara sikap sikap Andra masih membekas di hatinya. "Aku tahu aku salah, Sarah. Aku menyadarinya. Kamu pasti sulit memaafkan aku apalagi berteman. Aku tidak meminta lama. Cukup tiga bulan ini saja sebelum kita bercerai nantinya. Jika perceraian itu tiba aku akan memberikan hak hak kamu nan
"Arghh."Andra menyugar rambutnya frustasi. Ternyata rencana yang bersarang di otaknya tidak sesuai dengan kenyataan. Dia berpikir jika dengan uang semuanya menjadi mudah. Ternyata tidak seperti itu. Sarah tidak bisa disogok dengan kartu ATM. Entah bagaimana jika mama Mayang tiba di rumah itu nanti. Pasti, mama Mayang curiga jika Sarah tidak dinafkahi secara layak. Sarah terlalu sederhana menjadi istri calon pewaris perusahaan seperti dirinya. Pakaiannya tidak ada yang modis. Wajahnya juga tidak pernah tersentuh skincare. Andra baru sadar, ternyata menikah diam diam itu sangat rumit. Andaikan dirinya bisa menahan diri. Mungkin pikirannya tidak serumit saat ini. Dan bisa saja, Gita masih hidup. Andra berpikir keras supaya bisa terhindar dari masalah rumit itu. Seketika dia tersadar akan sikap arogan terhadap Sarah. Andra juga mengingat satu persatu sikap buruknya selama pernikahan ini. Andra menarik nafas, sudut hatinya merasa sedikit bersalah. Akankah dia minta maaf?.Pikiran itu
Andra menatap Sarah dengan tatapan yang sulit diartikan. Andra semakin tidak bisa menebak jalan pikiran Sarah. Dia berpikir jika Sarah akan senang hati menerima apa yang dia tawarkan. Perkiraannya salah. Tanpa keraguan, Sarah menolak. "Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi. Aku pamit," kata Sarah. Sarah hendak beranjak dari duduknya tapi tangan Andra menjangkau tangan Sarah. "Duduk dulu Sarah. Saya belum selesai berbicara."Sarah kembali duduk. Sekarang, Sarah yang menatap Andra yang terlihat sedikit gelisah. "Ini pegang. Pakai untuk kebutuhan mu. Nomor sandinya tanggal pernikahanku dengan Gita."Sarah hanya melirik ke arah kartu tipis yang disodorkan oleh Andra ke hadapannya. Kartu ATM itu hanya dipandang sekilas oleh Sarah. Kemudian wanita itu mengulurkan tangannya menggeser kartu itu ke hadapan Andra."Baby sitter tidak difasilitasi dengan kartu ATM pak. Tidak perlu seperti ini. Cukup berikan gaji sebagai baby sitter.""Sarah, aku memberikan ini karena kamu istriku bukan karena
"Cup, cup. Tuan putrinya sudah wangi."Sarah mencium wajah bayi yang baru mandi itu. Wangi khas bayi tercium di ruangan itu. Pagi ini, giliran Sarah yang menjaga bayi itu. Tadi malam, rekannya Nia yang berjaga semalaman."Saatnya minum susu."Sarah berkata seakan akan bayi itu sudah mengerti. Di tangannya sudah ada dot bayi. Meletakkan dot itu di nakas kemudian Sarah mengambil bayi itu dari boks bayi. Gerakannya sudah agak lincah. Tidak Kaku lagi saat pertama kali belajar mengurus bayi."Ayo minum, biar cepat besar."Lagi lagi Sarah mengajak bayi itu berbicara. Botol susu yang tadinya ada di nakas kini sudah berpindah ke mulut sang bayi. Mungkin karena kelaparan, bayi itu terlihat sangat lahap minum susu.Gita, Sita. Sarah menyebut nama bayi itu dan ibu kandungnya dalam hati. Nama yang sangat mirip hanya huruf awalnya yang berbeda. Tapi kini, keluarga Andra mengetahui jika bayi itu adalah bayinya. Mengingat akte lahir Sita. Sarah merasakan amarahnya kembali muncul. Bisa bisanya, Andra
Andra mematung memperhatikan Sarah. Dari cara makannya. Andra dapat menyimpulkan jika Sarah kelaparan. Kejadian tadi pagi terlintas di pikirannya dimana mie instant milik Sarah tercecer di lantai. "Mungkinkah dia kelaparan?.Pertanyaan itu terlintas di pikiran Andra. Seketika, Andra tersadar. Sepanjang pernikahan mereka. Sarah tidak pernah mendapatkan nafkah lahir dari dirinya.Andra keluar dari kamar Sarah. Dia kembali ke ruang tamu. Pak Herlambang masih di sana tanpa bayi di pangkuannya."Seharusnya sebagai suami. Kamu bisa memberikan pengertian pada Sarah untuk menjaga kesehatannya.""Ya pa."Andra sengaja menjawab singkat. Karena kebohongannya. Andra merasa tidak nyaman dengan kehadiran pak Herlambang. Andra takut jika gerak geriknya di rumah itu menimbulkan kecurigaan. Apalagi dirinya dan Sarah menempati kamar yang berbeda. Pak Herlambang menghela nafas panjang. Dan Andra dapat melihat jika ada sesuatu yang mengganjal di hati papanya. "Seharusnya kamu tak membuat surprise sepe