Pagi ini Reres sudah terbangun. Ia sudah bersiap pagi-pagi sekali karena memang ia berniat melarikan diri dari Saga. Tak akan bisa pergi jika ia meminta ijin terlebih dulu pada sahabatnya itu. Malam tadi ia juga sudah memberitahu agar Yuni yang membangunkan Saga. Karena memang sudah aturan rumah, meskipun Saga tak bekerja ia tetap harus bangun pagi untuk sarapan bersama meskipun akhirnya ingin tidur lagi setelah sarapan. Setelah bersiap, Reres segera berjalan ke luar rumah menghampiri Haris yang sudah menunggu. Keduanya memang telah berjanji untuk sarapan bersama. Reres juga menyempatkan diri untuk berpamitan pada Nindi. Ia ingin mengingatkan sang nyonya agar tak lupa untuk mengundang Aira. Tentu saja Nindi sudah mengingat dengan sangat baik rencana yang sudah ia buat. Setelah Reres pergi, Yuni segera menuju kamar Saga untuk melakukan tugasnya. Ia mengetuk pintu kamar sang tuan."Den Saga? Bangun Den!" seru Yuni dari lua kamar. Yuni tak bisa masuk ke dalam. Karena selama ini hanya
Sejak tadi Reres kesal dengan tingkah Saga yang terus melarangnya ini dan itu. Hal itu membuat Reres merasa tak enak pada Haris dan Aira. Rasanya malu sekali dan ingin menangis karena tingkah dan polah Saga yang makin diluar nalar. Sejujurnya, Reres jadi agak menyesal karena membantu Bu Nindi dalam usahanya mendekatkan Aira dan juga Saga. Berkali-kali ia meminta maaf pada Haris dan juga meminta agar Aira tak salah paham. Sementara Saga dengan sengaja menunjukan semua perhatian pada Reres, Aira dan Haris agar keduanya jaga jarak. Kini mereka berempat telah menonton, Saga memerhatikan Reres yang sibuk gigiti ujung kukunya. Reres tahan kesal dan ia jelas sedang sedih, Saga sedikit merasa bersalah dan ia tak ingin melakukan hal seperti ini pada Reres, sebenarnya. Hanya saja, ia juga tak bisa mengontrol emosinya sendiri. Haris juga sesekali menoleh, mendapati Reres yang gigiti ujung jarinya dan ia juga bisa melihat Saga memerhatikan. Haris menggenggam tangan Reres, meletakkan pada sisi k
Aira dan Saga terus berjalan tanpa tau kalau sudah tak ada Haris dan Reres di belakang mereka. Sampai akhirnya menoleh ke belakang dan tak menemukan Haris dan juga Reres di belakangnya. Itu lalu mencolek bahu Saga. "Reres sama Haris kok nggak ada ya?" tanya Aira. Tentu saja mendapat pertanyaan seperti itu membuat Saga segera menoleh ke belakang. Tak ada Haris dan juga Reres. Pria itu kemudian segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi keduanya sama-sama tak bisa dihubungi. Tentu saja hal ini membuat saya menjadi kesal dan marah. "Kamu mau cari mereka ya?" tanya Aira. Saga menggelengkan kepalanya. "Aku paling males cari orang yang kabur dari aku. Kalau gitu kita pulang aja." Saga mencoba menahan emosinya dan mengajak Aira untuk segera pulang. Keduanya kemudian berjalan menuju tempat parkir. Meski sebenarnya kesal dan ingin murka tapi Saga benar-benar mencoba menahan diri untuk tak marah. Sejak tadinya coba berkali-kali juga menatap pada lari ponsel berharap ada pesan yang
Sebuah kamar hotel yang berantakan, saat pagi telah menyapa dan cahaya matahari masuk diantara sela-sela jendela kamar. Dua sosok terlelap di bawah selimut yang sama. Siapa lagi kalau buka Saga dan Juga Aira. Gadis itu terjerat dalam pesona Saga lalu larut dalam afeksi yang dibuat pria itu. Malam mereka menjadi hangat dan menggebu. Meski awalnya malu-malu, lal menjadi menggebu seolah jadi ahli dalam waktu singkat. Saga tak peduli, ia marah dan kesal harus dipuaskan, tak mau tau. Ia pikir Aira akan menolaknya terus-menerus, tapi akhirnya sama saja seperti yang lain. Vinny, Lauren dan yang lain. Setelah keduanya terbangun segera saja memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Saga mengantarkan Aira tak sempat masuk ke dalam rumah. Saga ingin segera pulang, kangen Reres. Agak tau tau diri memang, setelah menghabiskan malam panas ia kini memikirkan Reres. Saga berjalan masuk ke rumah, Indi melihat sekilas Saga baru kembali. Dalam hatinya berseru dan berpikir kalau rencana perjod
Hari demi hari berlangsung dan terasa begitu cepat. Hubungan Reres dan juga Saga satu bulan ini terus saja diliputi pertengkaran. Pria itu coba tak menahan keinginan Reres untuk berkegiatan seperti biasa, termasuk dengan menemui dan berbicara dengan Haris yang jelas akan membuatnya cemburu. Saga mencoba bersikap sesabar mungkin, mau ikuti sifat Haris yang sabar dan dewasa meski sulit setengah mati.Menjelang akhir tahun seperti biasanya, perusahaan selalu saja sibuk dengan laporan dan persiapan ulang tahun perusahaan. Biasanya Saga akan mengajak para karyawan untuk liburan menginap disuatu tempat selama akhir pekan. Sama seperti tahun ini. Lokasinya juga tak jauh, yang terpenting adalah bagaimana par karyawan bisa menghabiskan waktu bersama.Beberapa hari ini Reres tak enak badan, karena pekerjaan yang padat. Ia bahkan harus begadang hanya untuk mengerjakan jadwal Saga selama empat bulan ke depan. Kini ia duduk di depan bersama Haris seraya merebahkan kepalanya ke atas meja. "Oke Res
Mobil yang dikendarai Reres terhenti di sebuah apotek. Reres segera turun dari mobil kemudian berjalan masuk ke dalam. Tujuannya bukan hanya untuk membeli obat demam tetapi juga untuk membeli testpack. Di dalam hatinya, kini tengah berpikir bagaimana caranya untuk meminta kepada kasir agar ia bisa membeli testpack. Karena jujur saja ini adalah pertama kalinya dan Reres malu sekali. Sebelumnya ia memesan beberapa tespek secara online. Tapi sudah habis ia gunakan untuk mengetes kehamilannya sendiri setelah ia kembali dari Bali. Namun saat itu hasilnya negatif. Setelahnya ia tak pernah berpikir lagi untuk membeli karena merasa hasilnya pasti sama saja. Sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam, Reres mengambil ponsel dari dalam tas kemudian ia berpura-pura menghubungi seseorang saat ia kini berada di depan kasir. "Jadi lo mau beli apaan nih?" Reres pura-pura bertanya seolah berbicara pada seseorang dari balik ponsel. Padahal ponselnya sama sekali tak aktif, tidak ada satupun panggil
Pagi datang seperti biasanya, hari ini Reres tengah sibuk melakukan rutinitas pekerjaan paginya. Menyiapkan Saga untuk berangkat bekerja. Saat ini ia tengah mengancingkan kemeja milik Saga. Saga menatap dengan senyum pada Reres. Senang sekali kemarin Reres meminta untuk dipeluk. Bahkan bahagianya masih terasa sampai saat ini. Reres mana tau rasanya jadi Saga? Sejak memeluk Reres kemarin dadanya terus saja berdebar, sisi-sisi bibirnya tertarik ke samping, jadi gemas sendiri semalaman. Mau sama Reres lagi, mau dipeluk Reres lagi, tapi Saga tak mau memaksa lagi. Ia merasa justru Res jadi seperti itu karena i tak memaksa."Res?" panggil Saga lembut sekali.Reres menoleh. "Hmm?"Saga gelengkan kepala lalu tersenyum. Jadi malu sendiri karena Reres yang menatapnya . Aneh memang jika dipikirkan. Apalagi ini adalah pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Biasanya ya biasa saja, cuma tau kalau napsunya naik segera hubungi kekasihnya. Kali ini afeksinya berbeda, seratus persen berbeda. Sa
Mood Saga hari ini cukup baik meski pembicaraan dengan Haris membuat dirinya sedikit kesal. Sore ini ia sudah dalam perjalanan pulang bersama dengan Aira. Seperti biasa gadis itu selalu rajin menjemput Saga setiap sore. Dan itu adalah hal yang memang diminta oleh Nindi dengan tujuan untuk mendekatkan keduanya.Sejak tadi Aira melirik ke arah Saga sesekali. Gadis itu merasa bahagia karena melihat senyum Saga yang sejak tadi terulas di bibir tipisnya. "Ga, kalau hari ini, kamu mau mampir untuk makan sesuatu dulu nggak?" tanya Aira. Saga berpikir, ia ingat saat ini Reres sedang dalam keadaan tak sehat. Dan sepertinya akan membuat Reres senang jika ia membelikan sushi makanan kesukaan sahabatnya itu. "Boleh aku mau makan sushi," jawab Saga. Tentu saja mendengar jawaban dari Saga membuat Aira merasa senang. Ia berpikir bahwa akan banyak kesempatan untuk mereka berdua dan juga mengobrol satu sama lain. Tanpa ia ketahui bahwa yang membuat Saga mau melakukan itu adalah bukan dirinya, tap