Share

Bertemu Aira

Author: Reistya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Siang ini, hari terakhir di Bali, dihabiskan dengan pertarungan terakhir antara Reres dan Saga. Lenguhan dari Saga terdengar, kemudian CEO Candramawa itu rebah di atas tubuh sahabatnya yang kini memejamkan mata dengan napas tak beraturan. Selama di Bali, Saga mengatur dengan baik jadwal keduanya. Sehari mereka saling adu ranjang, sehari mereka habiskan dengan istirahat atau jalan-jalan.

Malam nanti keduanya akan pulang dan ini akan jadi hari terakhir mereka di Bali. Dalam seminggu ini Reres bahkan telah menjadi pro karena didikan Saga dan teori yang mereka lihat dari video di ponsel Saga. Entah berapa banyak video yang ia simpan, bahkan video dirinya sendiri bersama Vinny, Lauren, Sarah, dan banyak lagi.

Saga kemudian bergerak ke samping Reres, ia memeluk gadis itu. "Kalau gue pingin lagi, gimana?"

Reres melirik kesal. "Ini udah dua kali, ya, Ga?!"

"Nanti kalau kita balik maksudnya."

"Enggak!"

"Hm, oke. Dalam dua bulan ini lo harus cek berkala, kalau enggak sukses kita ke Bunaken atau lo boleh pilih mau ke mana pun buat kita bulan madu." Saga kemudian tengkurap, menatap Reres yang mulai lelap. "Jangan tidur. Mandi dulu sana, kita mau balik."

"Sebentar, lima belas menit. Kan, kita balik malam."

"Ternyata main sama cewek gemuk enak juga."

Reres refleks mencubit bibir Saga. "Diam ya mulut Anda."

"Sebagai penutup, kiss me. Anggap aja ini sebagai rasa terima kasih lo buat gue. Jadi, lo yang cium gue." Saga meminta, ia kemudian memejamkan mata.

Gadis itu menatap ragu, tapi setidaknya ucapan terima kasih ini cukup mudah. Reres lalu bergerak memegang wajah Saga dan perlahan mencium bibir si pucat. Saga menuntut, membawa Reres dalam ciuman yang lebih dalam. Jauh dalam hati, ia ingin mengetahui apa ada cinta di hatinya untuk Reres. Setelahnya, Saga melepaskan tautan di antara mereka. Saga tersenyum singkat, rasanya tak ada perasaan lebih selain sahabat untuk Reres. Ya, karena jelas Reres bukan kriterianya.

***

Kembali ke rutinitas seperti biasa, kini Reres sedang berjalan menuju kantin, membeli beberapa kudapan juga minuman untuk Saga. Semua ia pilih sendiri sesuai dengan kesukaan atasannya itu. Setelahnya, ia kembali ke ruangan atasannya yang kini masih sibuk menatap laptop miliknya, memikirkan rencana kerja untuk pengembangan perusahaan.

Setelah kembali dari Bali dua hari yang lalu, semua kembali seperti biasa. Tak ada yang berubah dari keduanya hingga tak ada yang mencurigakan dan membuat sekeliling bertanya penasaran. Reres kemudian berjalan ke belakang sang atasan, mencopot beberapa note yang sengaja ditempel oleh Saga untuk mengingat rapat kerja atau kegiatan lain. Gadis itu kemudian membuang ke tempat sampah, karena ia tak membungkukkan tubuh membuat beberapa note berjatuhan. Saga dengan sigap mengambil tanpa mengatakan apa pun, membuang ke dalam tong sampah, lalu kembali menatap laptop miliknya, membaca perencanaan yang ia buat tahun lalu.

"Saya keluar, ya, Pak?" pertanyaan sopan terlontar. Ini jam kerja dan memang hal itu yang selalu Reres lakukan ketika mereka berada di jam kerja, dimulai jam 7 pagi sampai dengan jam 5 sore.

Saga menghela napas, lalu mengangguk sambil menggerakkan tangannya ke arah pintu. Belum sempat Reres melangkah, pintu diketuk membuat langkah Reres terhenti.

"Masuk." Saga mempersilakan.

Pintu terbuka, menunjukkan sosok Nindi dan seorang gadis cantik dengan postur tubuh mungil, wajah tirus, tatapan mata sendu, rambut panjang bergelombang, lalu bibir kecilnya dipoles dengan lip gloss berwarna peach. Nindi adalah ibu dari Saga, di usianya yang kini hampir 60 tahun, tubuhnya masih begitu tegap karena sampai saat ini beliau masih mengikuti senam dan yoga.

Reres membungkuk ketika kedua wanita itu masuk. Reres sekilas menatap gadis cantik itu dan ia ingat bahwa itu adalah Aira, anak dari salah satu rekanan perusahaan. Saga tak ingin menjadikan Aira kekasihnya karena dia merupakan gadis baik-baik, sementara seperti apa yang Saga katakan ia tak ingin merusak gadis baik-baik.

"Kamu masih mau berdiri di sana?" tanya Nindi pada Reres yang artinya si tambun itu harus menyingkir.

"Permisi." Reres kemudian berjalan keluar seperti rencananya tadi.

Nindi duduk di sofa, diikuti Aira yang duduk di sebelahnya. Setelahnya Saga mengikuti dan duduk di sofa lain yang berada di sisi kiri. Ia menatap tanpa senyum, urusan pengembangan perusahaan membuat kepalanya sakit karena hari ini ia sama sekali tak memiliki ide. Mungkin nanti ia akan meminta Haris menemaninya untuk mencari solusi. Aira melirik pria di sampingnya yang kini terlihat dingin dan cuek itu.

"Ngapain mami ke sini?" Saga buka suara, mengakhiri hening di antara ketiganya.

"Mami mau ngenalin kamu sama Aira," ucap Nindi, terlihat senang sekali dengan hal yang ingin ia lakukan.

Saga melirik, sama dengan Aira yang menatapnya. Aira mengangguk dan Saga malah mengalihkan tatapannya, menatap sang mami. "Udah kenal kok, ini Aira anak Pak Hartanto 'kan?"

"Oh, sudah kenal toh kalian?" tanya Nindi, diikuti anggukan Aira dan Saga. "Ini Aira penasaran sama resort kita yang di pulau seribu itu. Kan, kemarin kamu bilang mau diubah konsep?"

"Iya. Terus?" Saga bertanya ketus.

"Gini, Mas Saga. Kebetulan aku baru banget masuk ke bidang desain interior, dan kemarin kebetulan ketemu tante Nindi yang nawarin aku untuk coba tanya siapa tahu Mas Saga butuh jasa kami."

Saga melirik sang mami, jelas tujuan utamanya bukan ini. Saga kenal betul Nindi, ini adalah upaya untuk mendekatkan ia dengan Aira. Saga tak berminat pada gadis baik-baik dan Aira masuk dalam kategori itu, kategori gadis yang tak ia minati.

"Baru? Belum ada results berarti? Saya enggak berani main-main. Apalagi ini yang dipegang resort kesukaan saya. Kamu bisa mulai dari apartemen atau resto deh. Saya bisa kasih kamu infonya nanti ..." Saga terhenti, lalu menatap sang mami. "Lewat mami saya."

"Ga, kamu jangan gitu dong. Kasih kesempatan buat Aira. Dia itu kompeten banget lho, dia ini lulusan arsitektur kuliah di luar negeri." Nindi buka suara, kesal karena sikap dingin dan ketus anak semata wayangnya.

"Mau lulusan lokal atau international, semua harus memulai dari awal. Harus ada results supaya terlihat dia punya kredibilitas atau enggak. Jangan mengandalkan orang dalam. Saya yakin Aira juga paham itu. Ya, kan, Aira?" tanya Saga, lalu melirik ke arah gadis yang kini menundukkan kepalanya.

Aira sedikit mendongakkan wajah, menatap Saga dengan takut-takut. "Iya, aku ngerti."

Nindi melirik, lalu menginjak kaki Saga yang seolah tak mengetahui apa yang dilakukan sang mami. Tentu saja sang ibu jadi kesal karena kelakuan anak laki-lakinya itu membuat Aira jadi nyaris menangis karena kata-kata tajamnya barusan.

"Aira, saya bukan meremehkan. Ini justru masukan buat kamu. Semua mulai dari hal kecil saya bisa carikan kamu rekanan, tapi bukan di Candramawa." Saga menegaskan itu.

Related chapters

  • Baby Sitter Sang CEO    Dijodohkan

    Setelah pembicaraan yang tak membuahkan hasil, Aira kembali terlebih dahulu. Ia mengatakan ada urusan lain. Namun, Nindi jelas mengerti Aira sakit hati dengan apa yang dikatakan Saga tadi. Nindi masih berada di ruangan, menatap anak laki-lakinya yang tengah membaca beberapa laporan. "Kamu kok judes gitu sih?""Ya, terus aku harus gimana, Mi?" tanya Saga tanpa mengalihkan perhatian dan tetap fokus pada laporan di hadapannya."Apa salahnya sih kamu bikin Aira buat bantu kamu? Bisa aja kamu minta Aira memberi warna baru untuk resort itu."Saga masih membuka lembar demi lembar laporan, membiarkan sang mami mengoceh sejak tadi. "Hm, niat Mami sebenarnya apa?"Nindi kemudian berjalan mendekat, ia duduk di kursi yang berada di seberang meja Saga, keduanya kini duduk berhadapan. "Mami mau jodohin kamu sama Aira."Saga melirik Nindi, lalu berdecak kesal. "Ngapain sih, Mi? Dia itu bukan tipe aku.""Tipe kamu siapa? Lauren? Vinny? Sarah? Mereka itu udah ketahuan enggak bener, suka dugem, kelaku

  • Baby Sitter Sang CEO    Masih Aira

    Aira berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Perasaannya menjadi buruk setelah Saga menolaknya tadi. Aira anak tunggal dengan segala kemewahan yang diberikan oleh kedua orang taunya. Namun, meski semua klebutuhan terpenuhi ia tetap senang melakukan banyak hal sendiri. Termasuk tadi, ia lebih kesal karena saga yang menolak tawarannya dibandingkan sikap dingin saga padanya. Kini Tuan Hartanto tengah duduk di ruang tengah seraya membaca artikel dari ponsel miliknya. Saat itu Aira berjalan mendekat lalu duduk di sofa yang berada di samping sang ayah. Sang ayah memerhatikan anak gadisnya yang nampak kesal. Ia lalu meletakan kacamata dan ponsel miliknya di meja."Kenapa muka kamu gitu?" tanya Tuan Har pada anak gadisnya. "Hmm, lagi kesel Dad." Aira menjawab cepat lalu menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa."Iya kesal kenapa?""Aku tadi ke Candramawa sama Tante Nindi."Pria paruh baya itu menatap dengan serius pada gadis cantik bermata sendu di hadapannya

  • Baby Sitter Sang CEO    Ritual

    Pagi ini dimulai dengan kegiatan rutin Reres. Menyiapkan pakaian Saga, kemudian segala perlengkapan sang CEO Candramawa. Ia telah menyiapkan pakaian lengkap dengan dasi dan jas yang akan dikenakan pria berkulit putih itu. Setelahnya ia berjalan menuju ruangan lain yang ada di sisi lain kamar, di sana tertata rapi aneka aksesoris, jam, kacamata, tas, ikat pinggang dan sepatu dari berbagai merk ternama. Reres memilih jam tangan lalu tas dan sepatu yang cocok untuk dikenakan hari ini. Setelah memilih ia berjalan ke luar melihat Pria itu sudah berjalan keluar dari kamar mandi dan duduk di kursi dekat dengan meja rias. Reres meletakan outfit Saga Di dekat tempat tidur lalu berjalan mendekati Saga dan segera membantunya mengeringkan rambut. Tak banyak yang mereka bicarakan selama proses ini, Saga memang selalu dilayani Reres sejak lama sekali dan itu jadi kebiasaan sampai sekarang. Itu pula alasan Reres selalu dipanggil 'Baby Sitter' atau 'Baby Sitter-nya Saga'. Kalau dibilang malu, jelas

  • Baby Sitter Sang CEO    Sekte

    Haris kini bersama Reres di ruang kerja sang sekretaris, sementara Saga kini berada di ruangannya masih berbicara dengan beberapa direksi setelah rapat tadi. Haris tengah menyiapkan jadwal, ia mengetik di laptop miliknya lalu Reres mencatat jadwal di notes miliknya. haris melirik menatap dengan senyum gadis yang terlihat serius menulis itu."Aku bisa print ini Res buat kamu. Jadi kamu enggak usah nulis. Lebih gampang kan?" Reres menggeleng. "Kalau aku tulis, aku bisa ingat ini semua Mas. Kalau aku harus baca, kadang suka lupa." Haris mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh gadis di sampingnya. "Hmm, sebenarnya aku penasaran apa yang selalu kamu lakukan sama Pak Saga setiap kali akan ada pertemuan?" Reres menatap haris yang jelas sudah penasaran sejak lama sekali tetapi ia baru bisa bertanya tentang rasa penasarannya hari ini. Reres terdiam sejenak memikirkan apa yang akan ia katakan pada haris. Sesungguhnya ia harus merahasiakan masalah ini. Kesehatan mental Saga bisa menjadi ba

  • Baby Sitter Sang CEO    Pertemuan Keluarga

    Saga mengangguk. "Thanks mau apa?" tanyanya menawarkan pada Reres mungkin mau sesuatu setelah membuatnya melakukan rapat dengan baik. "Mau hari ini lo pulang cepat dan lo harus makan malam sama Pak Hartanto." Saga berdecak kesal, "Nyokap gue telepon lo ya?""Lo harus datang Saga. Gue enggak mau kena marah Bu Nindi ya.""Iya, iya gue dateng. Gue serius lo mau apa? es krim BnR?" Reres duduk di tempat duduk yang berseberangan dengan Saga. "Enggak mau apa-apa gue, lo bisa lancar di rapat kaya tadi gue udah seneng kok."Saga kemudian memainkan ponsel miliknya, ia lalu melirik ke arah Reres yang membuka ponsel setelah mendapatkan notifikasi pesan. Ia menatap Saga, dengan tatapan terbelalak. Reres lalu bangkit, berjalan mendekat dan memukul Saga."Kok lo gila sih Ga?!" kesalnya setelah ia melihat foto dirinya yang tertidur. Meski berbalut selimut tentu saja Reres malu. "Hapus enggak?!""Hahahaha, Gue suka foto lawan bobo gue kalau tidur," jawab Saga."Hapus!" kesal Reres. "Permintaan gue

  • Baby Sitter Sang CEO    Perhatian Haris

    Manusia memang mempunyai kecenderungan untuk menyukai keindahan. Termasuk dalam melihat wanita atau laki-laki. Dunia mulai mengkotak-kotakkan si cantik, tampan, seksi dan Reres sering berpikir, apa ia masuk dalam salah. Atau kategorinya? Di usia ke 24 tahun, memiliki berat badan lebih dari 80 kilogram, dengan tinggi hanya 158 cm. Tak cantik, tak seksi, bukan pilihan laki-laki, hal biasa untuknya ketika sekitar mengatakan gendut dan tak menarik atau berbagai julukan lain .., sialan memang pikirnya. Gendut itu memang fakta, yang sering membuat ia kesal adalah ketika kata-kata itu ditujukan untuk mencemooh. Itu yang dulu sering kali buat Reres sakit hati. Ya tapi, ia kini coba terima saja nasib terlahir sebagai si semok dan montok. ***Makan malam hari ini berlangsung dengan sangat baik dan lancar. Meskipun sejak tadi Saga sama sekali tak ada senyum. Namun, sikap dinginnya itu malah membuat Aira semakin penasaran. Gadis itu sesekali melirik pada Saga yang duduk tepat di hadapannya. Saga

  • Baby Sitter Sang CEO    Vinny bukan Lauren

    Hari ini seperti jadwal, Saga akan ke Bali untuk menemui rekanan juga menikmati waktu bersama Vinny. "Haris udah di hotel 'kan?" tanya Saga buat lamunan Reres buyar. Reres sejak tadi menatap jalan, perjalanan udara cukup buat ia menjadi pusing. "Udah," jawabnya singkat. "Vinny?" tanya Saga lagi."Lauren?" Reres balik bertanya.Saga menatap dengan kesal, ia bahkan berdecak beberapa kali. "Gue bilang Vinny.""Gue dengernya Lauren." Reres menyahut.Vinny atau Lauren yang pasti salah satunya akan ia ajak saat harus pergi ke suatu tempat. Itu yang dilakukan Saga sebagai penikmat kegiatan ranjang. Kemanapun ia pergi tak pernah ketinggalan seorang gadis yang akan ia ajak untuk memuaskan dirinya. "Res, Vinny sama Lauren itu jauh ya. Gue bilang Vinny gue kan mau minta maaf sama dia." Saga makin kesal. Reres kini menatap jam di tangan waktu menunjukkan pukul lima sore sementara perjalanan keduanya masih sekitar 10 menit lagi. "Yaudah maaf, lagian 'kan sama aja lo cuma mau bobo cantik."Sa

  • Baby Sitter Sang CEO    Haris Vs Saga

    Sore telah berganti malam saat ini waktu sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Saga dan Vinny masih berada di kamar mereka keduanya terbaring dan memejamkan mata. Tadi Saga dan Vinny sempat ke luar kamar untuk menikmati makan malam sebelum akhirnya tidur setelah kelelahan setelah aktivitas ranjang mereka. Saga terbangun, ia lalu duduk dan hela napasnya, ia merasa Vinny mulai membosankan. Lalu apa seharusnya ia mengajak Lauren hari ini? Apa yang salah sehingga ia bahkan merasa kurang puas setelah kegiatan mereka di tempat tidur. Atau ia butuh sensasi baru? Pengalaman baru? Menggunakan alat-alat khusus atau sebagainya? Saga gelengkan kepala, tak seharusnya ia memikirkan hal semacam itu saat ini. Sang CEO menoleh menatap Vinny yang tertidur, ia belai rambut wanitanya. Buat Vinny terbangun dan tersenyum, lalu bergerak mencium pria yang telah membuat ia merasa begitu puas. Ciuman yang menggoda, selalu saja Vinny bisa melakukannya lalu Saga melepaskan tautan mereka. "Kamu puas?"

Latest chapter

  • Baby Sitter Sang CEO    pilihan Reres END

    "Mas Haris?" Reres kemudian berjalan mendekat. "Katanya mau ke sini kemarin?""Masih ada beberapa yang harus diurus. Kamu tahu kan kalau semua itu nggak segampang itu." Haris berujar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Reres.Kemudian reres mengajak Haris untuk berjalan-jalan di depan rumah. Lokasi yang dipilih Reres memang cukup asri. Keluar dari rumah itu langsung dihadapkan dengan sawah dan juga bangunan-bangunan rumah yang masih terkesan begitu tradisional. Nuansa etik begitu kental, namun di bagian belakang rumah yang menjadi toko brownies, memiliki penampilan yang lebih modern. Itulah alasan mengapa Reres memilih tinggal di lokasi itu.Keduanya berjalan keluar bersama si kembar. Haris mendorong stroller yang digunakan oleh Uca dan Una. Kebetulan juga keduanya begitu senang ketika diajak berjalan keluar rumah. Sejak tadi keduanya juga terlihat senang berinteraksi dengan Haris. Mereka sampai di sebuah taman, biasanya Reres memang suka duduk di sana bersama Brian menikmati sor

  • Baby Sitter Sang CEO    Kencan dan perpisahan

    Reres dan juga Saga kini berada di dalam bioskop. Sengaja Reres memesan film horor karena tau Saga pasti akan merasa ketakutan. Saga sejak tadi sudah hela napasnya berkali-kali, padahal lampu dalam ruangan saja belum dimatikan. Reres melirik dan tersenyum jahil."Takut pasti kamu kan?" tanya Reres."Jangan aneh-aneh kamu, mana ada aku takut nonton ginian doang." Saga protes karena tak mau merasa diremehkan. "Kamu tuh enggak ada apa-apanya sama Mas Ha--" Ucapan reres terputus, belum sempat ia selesai mengatakan nama Haris, Saga udah membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya. Saga menatap dengan serius, lalu menghapus bibir Reres yang basah karena ulahnya."Setiap kamu sebut nama Haris aku cium kamu." Saga mengancam. Lalu dengan cepat Reres menutup bibirnya dengan tangan sambil terus menyebutkan nama Haris. "Saga kalah sama Mas Haris, Saga cemen," ledek Reres sambil terus menutup mulutnya. Saga jadi kesal karena dia jelas tak bisa melwan dalam situasi seperti ini. Saga masih menat

  • Baby Sitter Sang CEO    Ketemu Tante Lauren

    Reres mendadak jadi pusing sekali karena kelakuan nenen Ayu dan Aira tadi. Bahkan Aira mengatakan akan membiarkan Reres kembali setelah memberikan salah satu buah hatinya dan jelas Reres tak akan melakukan itu. Baginya si kembar adalah hal yang paling ia sayangi melebihi dari dirinya sendiri. Dan tentu saja Reres tak akan memberikannya. Ia merebahkan diri dan merencanakan sesuatu. Harus bisa keluar dari rumah ini apapun caranya. Saat itu ponselnya berdering. Reres segera menerimanya. "Halo, Mbak Lauren?""Hai, Res, nomor kamu akhirnya aktif ya? Long time no see. Ketemuan yuk, mau lihat anaknya Saga aku. Saga bilang anaknya cantik-cantik. Mumpung lagi di Indo aku.""Loh memang Mbak Lauren di mana sekarang?""Sekarang di Indo, aku harus balik ke Singapore. Ikut kerja suami. BTW, apa kabar?""Sehat Mbak, Kamu gimana mbak?""Sehat juga, makanya mau ketemu sama kamu. Siapa tau ketularan terus aku punya baby juga. Gimana? Aku jemput deh.""Boleh Mbak,tapi aku ngajak temen ya, karena engg

  • Baby Sitter Sang CEO    Aira dan nenek Ayu

    Reres tengah menyuapi si kembar saat pagi ini Saga melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar gadis itu. Reres menatap tanpa senyum, sementara Saga berusaha tersenyum dan melupakan kekesalannya kemarin. Ia berjalam mendkeat lalu duduk di samping Rere. Yang ia lakukan adalah segera menyapa kedua putri kecilnya. Dan mencoba menyuapi Una sementara Uca dibiarkan makan sendiri karena lebih siap untuk metode itu. "Uca memang makan sendiri ya Love?" tanya Saga.Reres anggukan kepala, "Udah lebih siap dan lebih lahap kalau makan sendiri." Reres menjawab seraya memerhatikan Saga yang menyuapi Una. Keduanya benar-benar mirip dan memang acap kali menatap Una reres selalu teringat Saga. Bahkan sama-sama sulit tersenyum. Saga menoleh menatap Reres yang tak mengalihkan tatapannya. Saga mengusap wajah Reres, "Capek ya kamu?"Reres gelengkan kepala, lalu kembali menatap pada Uca. Saga tau Reres masih marah dan ia akan terima itu karena memang ia sudah memutuskan akan membatasi ruang temu Reres dan H

  • Baby Sitter Sang CEO    Ayo kita cerai

    Reres berada di kamar bersama Brian, setelah tadi adu diam bersama Saga. Saga ada di kamar, tapi ia hanay sibuk dengan si kembar. Bermain bersama kedua buah hatinya itu. Saga memilih untuk mengacuhkan Reres. Karena merasa kesal, Reres memilih untuk keluar bersama dengan Haris. Keduanya sama -sama keras kepala, batu dan bat yang saking diadu kemudian akan hancur. Dan Reres sadar sekali hal itu, mereka terlalu keras kepala dengan keinginan masing-masing dan pada akhirnya akan menyakiti satu sama lain. Brian mengerti itu, melihat Reres selama ini sudah keras kepala sekali, kemudian ia bertemu dengan Saga yang ternyata sama saja. Meskipun ia menyayangi Reres dan bahkan sudah bersama Reres sejak lama sekali. Saga tetap tak bisa menekan rasa egoisnya. Intinya keduanya sama saja. Sama-sama keras dan buat orang -orang yang ada di sekitar mereka jadi pusing sendiri. "Gue capek di sini, sama semua tekanan yang Saga kasih Bri," ucap Reres.'Terus lo mau gimana?""Kita pindah, gue ada rencana s

  • Baby Sitter Sang CEO    Kemarahan Saga

    Saga baru saja kembali dari rumah sakit. Yang menjadi tujuan utamanya adalah Reres dan si kembar. Dokter mengatakan kalau kondisinya sudah lebih baik. Dan dikatakan juga kalau ia sudah bisa melakukan rutinitas seperti biasanya. Hanya saja, masih belum bisa mengangkat benda-benda berat. Kehadiran wanita yang ia cintai dan juga kedua buah hatinya agaknya menjadi salah satu penyembuh bagi Saga.Si pucat melanggarkan kakinya masuk ke dalam rumah bersama Aira. Sementara akhirnya memilih berjalan menuju kamar karena ingin beristirahat pria itu memilih untuk segera menghampiri Reres dan juga kedua putrinya. Saga kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Reres. Ia cukup terkejut, hanya menemukan Brian yang kini tengah merebahkan tubuhnya sambil membaca artikel dari ponsel. Saga kemudian berjalan mendekat dan duduk di samping Brian. "Reres sama si kembar?" Pria itu bertanya pada Brian."Tadi pergi sama Haris, mau ke rumahnya Haris ketemu sama ibunya." Brian menjawab dengan cuek. Ia tak terla

  • Baby Sitter Sang CEO    Bertemu Ibu Ais

    Pagi ini si kembar sudah berpakaian dengan tema rabbit. Keduanya berpakaian seperti itu karena Brian yang baru saja membeli pakaian itu untuk keponakan kembarnya. Saat pertemuan dengan teman-temannya kemarin sengaja mampir ke sebuah toko pakaian anak dan Brian membeli untuk si kembar.Hari ini akan datang ke rumah Haris seperti janji yang sudah Reres katakan kepada pria itu. Hari ini ia berdandan dengan rapi. Karena sudah cukup lama tidak bepergian, sedikit canggung saat kembali harus merias diri. Saat sedang memoleskan make up, Brian berjalan masuk ke dalam kamar. Pria itu menatap kepada Reres dan ia benar-benar baru kali ini melihat sahabatnya itu merias diri. Biasanya di Bali, sama sekali tak pernah memoles wajahnya. Ia biarkan dirinya natural mungkin dengan kata lain sebenarnya Reres malas untuk melakukan itu."Waduh, Ibu make up nih. Kalau di Bali, muka dibiarin kucel en dekil. Kalau di Jakarta bentar-bentar tancap bedak." Brian meledek reres. Kemudian Ia mendapatkan sebuah hadia

  • Baby Sitter Sang CEO    Petuah Brian

    Reres malam ini bersama Brian di kamar menjaga si kembar. Seperti malam-malam biasanya mereka sering sekali bercerita dan bertukar pikiran. Reres ingin memberitahukan kepada Brian perihal tentang Haris yang mengajaknya untuk menemui sang ibu. Reres sebenarnya sedikit takut untuk besok bertemu dengan Ais. Sejujurnya dia bisa merasakan kalau Haris masih menyimpan perasaan padanya. Dan itu membuat Reres takut, dirinya takut kalau Haris masih berharap padanya. Reres tak ingin memberi harapan kepada Haris dan Ia juga tak bisa memberi harapan kepada Saga. Karena sejujurnya sampai saat ini belum ada seorangpun yang menempati hatinya lagi."Dan besok gua udah setuju untuk datang ke rumahnya Mas Haris bawa si kembar." Brian menganggukan kepalanya mengerti. Rasanya sulit juga bagi Reres untuk menolak, karena dulu ia sudah sempat berjanji untuk menemui Ibu dari Haris. "Kalau menurut gue sih, nggak ada salahnya Lo ketemu. Ya ketemu aja, anggap aja lagi silaturahmi sama keluarganya teman. Anggap

  • Baby Sitter Sang CEO    Aira dan rahasianya

    Aira melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. senyuman tersungging di bibirnya akibat merasa bahagia, arena pagi tadi Saga begitu baik padanya. Dan memperlakukannya dengan hangat. Meski dalam dirinya sadar betul kalau apa yang dilakukan Saga saat itu adalah karena kehadiran Reres, dan karena ia yang mau memanggilku Reres untuk bisa datang ke rumah. Di ruang tengah sang ayah kini tengah membaca artikel dari ponsel. Akhirnya berjalan mendekat kemudian duduk di samping Hartanto. Wanita itu kemudian memeluk dan mencium sang ayah."Kamu sehat kan di sana nak?" Hartanto bertanya tentang kondisi anaknya selama berada di rumah sang suami.Aira menganggukkan kepalan sambil tangannya merangkul leher sang ayah. Ia memang terkenal sangat manja pada Hartanto. Tentu saja itu karena Aira merupakan anak satu-satunya dari keluarga itu. Dan sang ayah juga selalu memanjakan putrinya. "Aku sehat, Saga juga perlahan pulih." Aira menjawab pertanyaan sang ayah. "Mami ke mana Pi?" "Ka

DMCA.com Protection Status