Sudah aku siapkan makanan dan minuman di meja rapat. Setelah itu aku berdiri di dekat Lingga tanpa menghalangi layar proyektor. Membawa kertas - kertas berisi kajian yang akan di bahas dalam rapat.
Lingga memulai dengan bentuk vila yang akan di bangun. Setelah selesai dengan vila aku merubah gambar menjadi restaurant dan seterusnya begitu hingga selesai.
Pak Hendry sepertinya mengerti apa yang Lingga mau, kulihat dia sesekali mencoret - coret kertas dan sesekali bertanya.
"Bagaimana Pak? Apa ada yang perlu di koreksi dari arsitektur yang saya siapkan?" tanya Lingga.
"Tidak ada Pak Lingga, ini sungguh bagus, bagus vilanya di bangun seperti itu, tapi memang akan rumit membangun pusat listrik tenang air, untuk membangun itu akan sangat menghabiskan banyak biaya," jawab Pak Hendry.
"Kita sudah siap dengan biayanya, atur saja bangunanya selesai cepat dan kokoh, dan utamakan keselamatan pengunjung dan nanti siapkan alat save
Satu minggu kemudian. Peletakan batu pertama untuk pembangunan real estate akan di lakukan, jadi aku dan Lingga akan ke lembah untuk melakukan peletakan batu pertana. Kali ini Pak Pram ikut bersama kami, karena Pak Pram adalah orang kedua di KARTANEGARA GROUP sekaligus kerabat dekat Lingga jadi ia dan Lingga menjadi simbol dari keluarga Kertanagara dalam pembangunan real estate tersebut.Tin.. Tin.. Klakson mobil Lingga sudah berbunyi memanggil - manggilku untuk segera keluar dari rumah. Karena sebelumnya aku sudah pernah kesana dan tahu bahwa udara disana dingin, kunjungan kali ini aku memakai baju yang sedikit hangat. Celana kain berwarna hitam dengan blazer berwarna putih, kubiarkan rambutku tergerai agar udara dingin tidak langsung mengenai tengkuk leherku."Pagi Pak Lingga, Pagi Pak Pram!" sapaku semangat sambil membawa sekotak bekal yang sudah aku siapkan sebelumnya.Udara disana dingin, tidak ada makan di lembah kare
"Apa itu tadi ya? " pikir Azalea sembari berbaring di atas kasurnya yang empuk dan putih."Isshhh.. apa sebegitu sukanya aku sama Lingga, sampai - sampai muncul imajinasi aneh gitu di kepalaku, hahhh aku memang gila, suka pada orang yang begitu di luar jangkauan saja sudah gila apalagi ini ditambah suka pada orang yang memiliki gangguan kepribadian, apa coba yang aku pikirkan? Azaleaaaaa.. kenapa bisa? Kamu gila kamu gila!" gerutu Azalea pada dirinya sendiri."Sudahlah, sekarang tidur, besok kembali bekerja, perjalanan ke luar kota tadi sungguh melelahkan, belum lagi perubahan udara dari dingin ke panas, rasanya tubuhku pegal - pegal sampai ke tulang," gerutu Azalea sebelum akhirnya memejamkan matanya hingga terlelap.Di tempat lain, Lingga juga sedang memikirkan Azalea."Come on Lingga cepat tidur, besok akan ketemu Azalea lagi!" dalam pikiran Lingga."Haahhh.. kenapa setiap hari aku selalu ingin semakin dekat dengan Azalea? Lingga kam
Hari ini sangat tenang, tidak ada hal yang membuat jantungku berdetak kencang atau pun ketakutan. Sekarang sudah siang dan Lingga masih juga sibuk dengan pekerjaannya. Tidak berbicara denganku tidak pula melihatku."Pak, ini referensi vila yang Pak Lingga minta," ucapku pada Lingga."Oh ya taruh situ saja!" jawabnya singkat tanpa melihatku."Hmm.. Pak, ini sudah saatnya jam makan siang!" ingatku padanya."Ohh yaa??" jawabnya sambil melihat jam tangannya."Hmm.. aku akan pergi makan siang dengan Paman Pram, kamu bisa istirahat juga sampai aku kembali!" sambungnya kemudian pergi tanpa melihatku.Aku menatapnya aneh, ada apa dengan Lingga hari ini? Ada apa denganku hari ini? Aku berpikir seolah menunggu kapan Lingga menyentuhku. Haaisss.. bukan seperti itu, maksudnya tidak biasanya dia seperti ini. Apa aku melakukan kesalahan? Jika benar begitu pasti saat ini Lingga sudah menyiksaku, bukan membiarkanku tenang seperti ini.
Pagi yang cerah, hari ini Azalea sangat semangat karena istirahat yang cukup banyak."Iyaakkk.. ahh.. enak sekali, tidur yang cukup memang menyegarkan badan!" ucap Azalea sambil melenturkan tubuhnya yang kaku karena tidur semalaman."Sepertinya hari ini akan lebih santai, proyek berjalan lancar, tidak banyak yang harus di cek oleh Lingga, semua yang berhubungan dengannya selalu lancar, sangat mendapat restu Ilahi sekali dia," ucapku berbicara sendiri."Sudahlah yukk.. mandi, mumpung masih pagi!" lalu Azalea pun bergegas untuk mandi.Beberapa saat kemudian. Masih memakai handuk kimono, Azalea mulai mempersiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Di awali dengan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, setelah itu Azalea mengganti bajunya. Dress berwarna peach yellow dengan model bahu yang terbuka menjadi pilihan bajunya hari ini. Setelah selesai mengganti baju, Azalea kembali duduk di depan meja riasnya."Coba make up sedikit lah mumpung masih pagi!"
"Proyek real estatenya berjalan lancar," info Pak Pram sambil duduk di sofa."Dan.., " Pak Pram menghentikan ucapannya."Dan apa Paman? " tanya Lingga."Raden Bisma Kartanagara akan kembali!"Lingga terkejut mendengar ucapan Pak Pram. Siapa Raden Bisma itu? Apakah salah satu keluarga mereka. Kenapa mereka mengatakan nama itu seolah sebuah petaka?"Oh yaa.. kapan? " tanya Lingga."Beberapa bulan ke depan," jawab Pak Pram."Baiklah, berarti kita harus segera selesaikan proyek real estate ini!" ucap Lingga yang awalnya tegang sekarang mulai tersenyum."Azalea telpon Pak Hendry untuk segera menyelesaikan proyek ini!" perintah Lingga kepadaku yang langsung aku kerjakan.Lingga dan Pak Pram saling bertatapan tapi tidak berbicara apapun. Seolah ada hal besar yang mereka pikirkan, siapa Raden Bisma itu? Baru kali ini aku melihat wajah Lingga dan Pak Pram tegang seperti itu."Sudah saya sampaikan pada Pak Hendr
atu minggu kemudian.Tinn!! Tinn!!Suara klakson mobil Lingga di pagi hari. Membuatku berlari gugup untuk segera menemuinya."Iyyyaaa.. sebentarrrr..!! " teriakku dari dalam."Pagi semuanya hah hah," aku masih mengatur nafasku setelah terburu - buru untuk keluar rumah."Saya siapkan makanan lagi!" sapaku sambil menunjukkan kotak bekal sama seperti sebelumnya."Terima kasih Azalea," ucap Pak Pram dengan senyum khasnya yang berkharisma."Sudah ayo cepat masuk!" sahut Lingga."Baikkk! " sahutku lalu segera masuk ke dalam mobil.Dua jam kemudian. "Hahhh.., " aku merentangkan tangan saat keluar dari mobil.Tempat ini begitu indah. Hanya saja sebagian tempat sudah mulai terdapat bangunan - bangunan bagian dari real estate yang baru setengah jadi. Walaupun baru beberapa kali kesini, rasanya tempat ini sudah tidak asing. Udara yang dingin dan segar serasa membuatku lebih hidup.
Tidak terasa sudah delapan bulan aku bekerja disini. Dengan caraku yang sudah terbiasa melakukan hal yang Lingga inginkan, dia tidak lagi bersikap kejam padaku, hingga rasanya kontrak itu tidak pernah ada walaupun kenyataannya butuh waktu seumur hidup untuk menyelesaikannya.Besok adalah tanggal 2 Agustus, hari dimana umurku akan genap berusia dua puluh empat tahun. Harapku tidaklah banyak, semoga untuk ke depan hidupku akan semakin baik.Walaupun aku terikat kontrak dengan Lingga, kupikir hidupku tidak terlalu buruk juga. Entah karena selama ini aku selalu menuruti keinginannya jadi dia tidak bersikap kejam padaku atau karena aku dekat dengannya hidupku sedikit membaik.Jika kupikirkan lagi, sejak kenal dengan Lingga aku tidak pernah lagi merasa sendirian. Yang biasanya aku malas untuk bersama dengan orang lain, bersama Lingga dan Pak Pram aku merasa nyaman. Mungkin itu karena Pak Pram adalah orang tua bijak yang selalu tersenyum dan menyapaku, sedangkan Lingga
Lingga mendekat satu langkah di depan Azalea. Menghampiri leher Azalea yang tampak indah dan menciumnya disana, melumatnya dengan lembut tanpa meninggalkan bekas merah. Kali ini Lingga tidak ingin membuat leher yang indah itu bernoda. Azalea memejamkan matanya, ia menarik nafas panjang merasakan lumatan yang Lingga lakukan."Hahh.. Hahh..," nafas Lingga dan Azalea beradu. Walaupun hanya sentuhan kecil itu cukup membuat keduanya sesaat hilang dalam kendali kenikmatan."Ayo kita pergi makan, karena hari ini hari ulang tahunmu maka hari ini aku akan membuatmu bahagia!" ucap Lingga setelah melepaskan lumatannya. Aku masih belum lepas dari pengaruh sentuhan itu di tubuhku."Iyaa!" kujawab ucapan Lingga dengan pelan karena aku masih mengatur nafas dan detakan jantung di dadaku.Kemudian Lingga menarik tanganku lalu melangkah menuju mobilnya, membukakan pintu untukku dan mendudukkanku disana. Setelah itu ia juga masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil yan
Saat pagi bersinar dengan begitu cerahnya. Lingga masih tertidur pulas setelah semalaman berjuang dengan pergulatan cinta yang tidak pernah membuatnya bosan.Srengg.. srengg.. srengg.. Suara Azalea sedang memasak makanan untuk sarapan. Aroma harum menyebar di seluruh ruangan hingga membangunkan Lingga dari tidur pulasnya.Lingga membuka matanya, meraba tempat di sebelah dengan tangannya. Tidak ada Azalea disana. Dari luar terdengar begitu berisik suara orang sedang beraktifitas. Lingga keluar untuk melihat apa yang sedang di lakukan Istrinya tersebut.Lingga berdiri bersandar di tembok melihat Istrinya sedang memasak sesuatu untuk mereka. Begitu berisik dan rumit. Namun ternyata itu hanyalah nasi goreng, tapi karena koki yang membuat itu adalah Azalea, maka bagi Lingga nasi goreng itu adalah nasi goreng paling special di dunia."Rajin banget sihh Istriku," ucap Lingga mengagetkan Azalea yang tengah fokus memasak."Ehhh.. sayang,&n
"Sabar Pak Bos!" kata Azalea."Sudah bukan Pak Bos lagi, aku kan sudah jadi orang biasa, mulai sekarang panggil aku SAYANG, harus!" sahut Lingga."Waahhh.. bukan Pak Bos tapi tetap memerintah.""Gak peduli, gak dengar," balas Lingga memalingkan wajah berpura - pura tidak mengerti. Azalea tertawa melihat tingkah Lingga yang lucu itu. Tidak lama setelah itu pelayan membawa makanan yang telah mereka pesan."Yeaahhh.. akhirnya datang. Mas lama banget sih, aku ini mau buru - buru menyelesaikan tugas penting," ucap Lingga kepada pelayan. Azalea mencubit tangan Lingga."Maaf Pak, pesanannya masih antri dimasak," jawab Pelayan itu sopan."Gak apa - apa Mas, jangan di dengerin!" sahut Azalea dengan tersenyum.Setelah itu, pelayan itu pun pergi. Lingga memakan makanannya dengan sangat lahap dan terus senyum - senyum sendiri sambil melihat Azalea."Apaaa sih?" Azalea menatap heran."Hmm.. cepat makan makananmu terus kita pulang!" j
Di dalam rumah Azalea yang sederhana. Azalea sedang membersihkan sisa - sisa make up di wajahnya. Ia menaruh bunga melati hiasan dari sanggulnya itu di salah satu sudut meja riasnya sehingga aroma bunga itu menyebar mengharumkan seisi ruangan menjadikan kamar itu layaknya khas kamar pengantin baru. Lingga sudah beberapa kali melirik Azalea dengan senyum mesumnya yang khas. Ia melepas dasi kemudian jaz dan mengganti pakaiannya dengan kaos polos berwarna putih dan celana kain yang nyaman saat dipakai untuk bersantai. Lingga sedang duduk di belakang Azalea saat Azalea selesai menghapus riasan wajahnya dan akan mengganti bajunya. Azalea mengambil baju di lemarinya kemudian berjalan menuju kamar mandi."Azalea, kamu mau kemana?" tanya Lingga."Ganti baju lah, gak nyaman terus memakai baju ini Lingga," jawab Azalea dengan sederhana."Ganti baju dimana?" tanya Lingga lagi."Di kamar mandi lahh... kan ada kamu," jawab Azalea terus masuk ke dalam kamar mandi.
"Apa kamu bersedia hidup dengan sederhana bersamaku?" tanya Lingga."Aku tidak apa - apa hidup sederhana, aku terbiasa dengan itu tapi kamu kan tidak" jawab Azelea."Maaf karena aku tidak bisa memberimu hidup yang mewah tapi aku berjanji akan memberimu hidup yang baik dan aku sangat mencintaimu, karena itu hanya dengan bersamamu saja hidupku sudah indah, aku tidak membutuhkan apapun lagi," Lingga berkata dengan senyum bahagia.Semua yang ada disana mendengarkan pembicaraan Lingga dan Azalea. Bisma dan Arum terkejut dengan keputusan yang dipilih oleh Lingga. Bisma akhirnya mengerti kenapa Raden Arya dan Utari memilih jatuh ke jurang bersama - sama. Karena mereka tidak bisa hidup jika mereka terpisah. Cinta dalam hati mereka begitu kuat dan penuh. Hingga tidak ada yang lebih penting selain bersama dengan orang yang dicintainya.Wajah Raden Wisnu begitu datar mendengar percakapan Lingga dan Azalea, ia sudah membaca kisah antara Raden Arya dan Utari. Te
"Lakukan apapun yang membuat hatimu lega namun jangan pernah meninggalkan keluargamu, kamu tahu kan bahwa tidak baik meninggalkan keluarga sendiri, seburuk apapun mereka, mereka tetaplah keluarga," ingat Azalea."Aku tidak meninggalkan mereka, aku hanya tidak ingin bersama dengan mereka," jawab Lingga.Tringgg.. tringg.. tringg..Suara handphone Lingga berbunyi. Sebuah panggilan dari Raden Wisnu."Halo, Romo," Lingga berkata dengan nada yang begitu datar."Halo Lingga anakku, aku tahu engkau tengah bersedih tapi bisakah kamu datang untuk makan bersama nanti malam," ucap Raden Wisnu dalam telponnya."Aku tidak ingin Romo," jawab Lingga."Ini sebuah perintah, bukan permintaan, jadi nanti malam datanglah kerumah untuk makan malam bersama" balas Raden Wisnu memerintah."Jika begitu maka aku akan mengajak Azalea bersamaku," Lingga berkata dengan tegas."Terserah padamu, yang penting datanglah nanti malam!" Raden Wisnu lalu menu
Setelah kepergian Paman Pram, keluarga Kartanagara menjadi dingin. Tidak ada mulut yang bersuara, Lingga tidak kembali ke rumahnya setelah acara pemakaman Paman Pram selesai. Selama beberapa hari ia berada di rumah Azalea. Lingga berpesan pada Romonya bahwa ia ingin menenangkan diri, ia begitu sedih dengan kepergian Paman Pram. Begitu juga dengan Raden Wisnu, adik satu - satunya yang selalu ia perintah dengan seenaknya, adik yang tidak pernah diperhatikan keadaannya. Yang Raden Wisnu tahu hanyalah bisnis keluarga berjalan lancar. Nama keluarga Kartanagara begitu tersohor. Ia tidak pernah berpikir bagaimana adiknya menjalani hidup, bagaimana anaknya menjalani hidup? Raden Wisnu yang mentitipkan Lingga kepada Raden Pramoedya dengan alasan agar Raden Praoedya tidak merasa kesepian karena tidak memiliki istri dan tidak memiliki anak.Kini semua kasih sayang Lingga tertuju pada Raden Pramoedya. Untuk Raden Wisnu hanyalah bentuk rasa hormat antara anak kepada Ayahandanya.Ra
"Kalau aku lepaskan kesitu, Azalea jatuh Kakak. Kakak cepatlah kesini, kau harus melihatku saat bersama dengan cintamu ini," Bisma berkata dengan tertawa. Azalea terlihat menangis. Bisma menutup mulut Azalea dengan lakban."Kakak, aku berada di salah satu gedung milik kita, kau bisa lihat kan aku berada dimana?" Bisma memperlihatkan sekelilingnya agar Lingga tahu tempat dia berada.Lingga langsung mengetahui keberadaan Bisma. Lingga segera menelpon Paman Pramoedya untuk memberitahu keberadaan Bisma."Haloo, Paman Pram, Bisma ada di atap gedung C milik kita, sekarang aku sedang menuju kesana." ucap Lingga lalu menutup telponnya dan segera mengendarai mobil dengan cepat. Lingga begitu khawatir karena Bisma membawa Azalea di tempat ketinggian. Lingga sungguh khawatir bahwa Bisma akan menjatuhkan Azalea ke bawah seperti pada Utari.Tidak lama Lingga menyetir ia sudah sampai di gedung C, segera ia berlari menuju atap. Tidak lama juga setelah itu Paman Pram jug
"Bagaimana mungkin itu terjadi? " gumam Azalea. Dan jika itu benar maka kita...?" ucap Azalea berhenti kemudian ia menangis.Lingga mengecup bibir Azalea sekilas."Tidak, itu tidak akan terjadi, aku akan melindungimu, aku memintamu untuk berani kali ini, jika ada sesuatu terjadi langsung carilah aku atau Paman Pram!" pinta Lingga."Sudah, sekarang kita harus berangkat kerja, tenanglah, semua akan baik - baik saja," ucap Lingga lagi lalu mereka berdua berangkat ke kantor. Setelah sampai di kantor, rupanya Paman Pram sudah berada disana lebih dulu."Selamat pagi Paman Pram," sapa Azalea dengan senyum yang sendu."Selamat pagi Azalea, apa kamu baik - baik saja?" tanya Paman Pram."Ya Paman, aku baik - baik saja," jawab Azalea dengan pelan."Dengar Azalea anakku, jangan takut! Paman akan menjagamu dan juga Lingga," ucap Paman Pram dengan senyum yang lembut.Azalea tersenyum dan mengangguk."Jika begitu apa yang perlu aku khawati
"Utari, maafkan aku, aku tidak bisa melindungi cinta kita, aku berjanji padamu di kesempatan lain aku akan lebih berani, aku akan menjadi keras dan melindungi cinta kita, aku mencintaimu Utari," ucap Raden Arya tersenyum dan meneteskan air matanya. Wajahnya begitu sendu dan sedih. "Aku juga mencintaimu Raden Arya," jawab Utari dengan tersenyum sendu. "Aku tidak mengertii.. akkuuu.. tidak mengerti...," gumam Raden Admaja kemudian pegangan tangannya terlepas dan Raden Arya bersama dengan Utari jatuh ke dalam jurang. Raden Admaja terus melihat Kakang Masnya yang jatuh bersama dengan cintanya. Raden Arya juga melihat wajah adiknya yang menangis melihat ia jatuh. "Haaahhhh... hahhh.. haahhh.." Lingga bangun dari mimpinya ia begitu terkejut mengingat mimpi yang seolah nyata itu. Jantungnya berdetak tidak beraturan. Lingga mengambil air minum yang ada di mejanya. Ia sudah tahu bahwa itu adalah akhir dari Raden Arya dan Utari, itu tertulis di buku yang ia bac