Home / Romansa / BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI / BAB VII : BAD OR HAPPY ENDING ?

Share

BAB VII : BAD OR HAPPY ENDING ?

Author: sutan sati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV ZAINUDIN

"Uhuk.. uhukk.. di mana Saya?" tanyaku sambil coba duduk. Gila, sakit banget rasanya kepalaku. Tubuhku rasanya remuk redam akibat dikeroyok oleh para preman tadi.

"Ini diminum dulu, Mas!" ujar salah seorang security sambil memberikan segelas air minum padaku.

"Hmnn terima kasih, Mas." ucapku sambil meminum air pemberiannya. Hahhh baru agak sedikit lega rasanya.

"Teman Saya dimana, Mas?" tanyaku syok begitu sadar kalau Hayati tidak ada didekatku.

"Tenang Mas, sedang ditangani oleh pihak berwajib. Untung tadi ada Bang Midun ini. Kalau gak ? apa yang terjadi dengan Mas! Mbuhlah, Kita juga gak berani ikut campur soale." kata security yang memberiku minum tadi sambil menunjuk orang berpakaian bebas yang duduk di sampingnya.

"Urang Minang ang Yuang?" tanya Bang Midun padaku. (Kamu orang Minang ?)

Eh dia orang Padang kah?

"Iyo Da." Jawabku sambil meringis kes

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Edy Kurniawan
akhirnya bs sampe ending baca cerita ini. ditempat sebelah udh telat jd di hapus endingnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB I : JANJI

    Flashback : "Hayati, kamu nanti kalau sudah besar mau jadi apa ?" tanya Zain kecil pada sahabat satu–satunya itu. "Aku mau jadi Dokter, biar bisa ngobatin Kamu kalau lagi sakit." Jawab Hayati dengan gaya polosnya. "Tapi, Aku takut disuntik. Kata Kakakku, disuntik itu sakit." jawab Zain kecil sambil mengelembungkan pipinya. "Masa cowok takut sama suntik ? Nanti Hayati suntiknya dengan sayang deh!" kata Hayati lagi dengan senyum cantiknya yang gemesin. Zain kecil menatap Hayati kecil dengan senyum senang. "Iya deh, Zain janji gak akan takut kalau Hayati yang menyuntiknya." kata Zain sambil memegang tangan Hayati kecil. "Kalau Zain, sudah besar nanti mau jadi apa ?" tanya Hayati sambil mereka berpegangan tangan. "Zain mau jadi Arsitek, biar bisa bangunin rumah buat dokternya Zain." jawab Zain kecil dengan sangat yakin sambil menatap Hayati. "Beneran ?" tanya Hayati kecil sangat senang. Zain kecil mejawab d

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB II : PERTEMUAN

    POV Zainudin Siang yang sangat terik, dipadu dengan macetnya jalannya kota Yogyakarta menambah panasnya suhu siang itu. Belum lagi, hari ini Kami dapat tugas praktek lapangan untuk mata kuliah Arsitektur Kota, setiap mahasiswa ditugaskan untuk membuat sketsa bangunan perkotaan, dengan tema bebas. Kegiatan itupun dibebaskan tempatnya, kebetulan ini adalah mata kuliah terakhir di hari ini. Sehingga para Mahasiswa sudah pada berpencar, tidak terkecuali diriku. Entah kenapa kaki ini melangkah begitu saja ke Fakultas Kedokteran, Aku cuek saja membuka kertas gambarku lalu menggambar gedung utama fakultas kedokteran walau banyak yang menatap heran ke arahku, jarang-jarang lihat anak fakkultas teknik yang ganteng mengambil sketsa disini kali yah, hehehe. Untuk itu Aku mengambil posisi dekat tangga antara gedung 1 dan 2, tempatnya lumayan teduh, disamping ituviewuntuk ke gedung utama sangat pas. Krringg kriingg Belum lama Aku memu

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB III : UNTUK ZAIN

    POV Zain Aku kembali kekamar Kosku, saat jam sudah diangka 4 sore.Waktu kulihat HP, banyak sekali notifikasi panggilan dan WA yang masuk. Astaga, ternyata dari teman-temanku yang menanyakan keberadaanku, bahkan mereka kekamarku siang tadi saat jam makan siang. Aku lupa mengabari sahabat-sahabatku kalau hari ini ada tugas lapangan. Namun ada sebuah WA yang membuatku hatiku berteriak senang, yaitu sebuah pesan WA dari Hayati. Ia baru membalasnya, setelah seminggu yang lalu Aku mengirimkan pesan WA padanya. Hayati : "Maaf baru balas pesannya Zul, Hayati kemaren-kemaren lagi sibuk praktek. Boleh! main aja ke kos Hayati, alamatnya : Jl. dilarang Toleh-Toleh no.xx. Kalau kesini jangan lupa kabari yah^^ see u" Aku yang barusan kelelahan karena banyak mengerjakan tugas lapangan, malah jadi semangat otomatis begitu membaca pesan WA-nya Hayati, sampai-sampai Aku meloncat kegirangan. Hehehe, soalnya Aku sangat khawatir kal

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB IV : HAYATI

    POV Hayati "Nak, segera berkemas ya! Hari ini juga Kita akan pindah ke Bandung." Ucap Papa padaku. "Loh kata Papa kemarin Kita gak jadi pindah ?" protesku yang merasa keberatan karena kepindahan Papa secara tiba-tiba. Setelah sebelumnya, belum ada kepastian dari Dinas Kesehatan tentang rencana pemindahan tugas Papa. "Iya Nak. Papa baru menerima suratnya pagi ini, dan besok Papa sudah mulai berdinas di tempat tugas yang baru. Jadi Kita harus pindah hari ini juga." ucap Papa lembut. "Tapi Pa.. Hayati gak mau pindah dari sini! nanti kalau pindah, Hayati gak akan bisa bertemu lagi dengan Zain." ujarku yang menolak untuk pindah. "Terus Hayati mau tinggal sama siapa disini ? hmnn! Mama kan harus ikut juga kemanapun Papa pergi Nak." Ucap Mama membantu meyakinkanku. "Tapi Mah... hikss. Zainudin gimanaa?" ucapku mulai menangis. Aku sangat berat hati untuk meninggalkan sahabatku satu-satunya itu. Satu-satunya orang terdekat sela

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB V : SIASAT

    "Beb, hari ini kita jalan yuk! Sejak kita dekat disini, malah belum pernah jalan-jalan, kemana kek gitu ?" Tanya Adam siang itu. "Adam,pleasejangan lagi panggil Aku begitu. Hayati gak suka." Ucapku kesal karena Ia masih saja memanngilku dengan panggilan itu, padahal Kami sama sekali tidak pacaran. "Tapi kan kita sudah dekat Beb. Orang tua Kita juga sudah setuju dan telah menjodohkan kita." jawab Adam bersikukuh dengan panggilannya. Hufftt, ini karena Papa dan Mama juga yang pakai acara jodoh-jodohan segala. Si Adamnya jadi ngelunjak dan berlaku seenaknya. "Iya, tapi bukan berarti Adam seenaknya manggil Hayati begitu. Hayati gak suka!" ucapku makin kesal. "Oke, oke. Tapi, baik sekarang ataupun nanti akan sama saja. Biar Kita jadi terbiasa saja." Ucapnya sambil tersenyum. "Hufftt.. kalau Adam masih begitu juga, Hayati gak mau dekat-dekat dengan Adam lagi." ujarku tambah kesal sambil berlalu pergi. Adam tidak

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB VI : PENCULIKAN

    POV Zainudin Gila, malu banget cok! Mau berlagak jadi superhero yang gagah dalam membela seorang perempuan, malah terkapar duluan hanya kena sebuah pukulan di hidung. Mau ditaroh dimana muka ganteng ini ? malah Hayati yang mengobati hidungku yang berdarah hari itu. Untungnya Hayati sangat pengertian dan tidak mengungkit sama sekali kejadian siang itu. Ia dengan telatennya menghentikan pendarahan dihidungku dan membersihkan darahnya hingga bersih. Sungguh dokter idaman banget nih, pujiku mengaguminya dalam hati. Berkat kejadian hari itu juga, hubungan Kami jadi semakin dekat tiap harinya. Hayati bahkan terang-terangan memintaku untuk mengantar-jemputnya kuliah. Aku sih senang-senang saja, bisa selalu bersama dengan wanita yang Kucintai. Walau Hayati taunya Aku adalah Zulfikar bukan Zainudin, karena memang Aku memperkenal diriku demikian. Namun anehnya, Hayati tidak lagi pernah menanyakan tentang Zainudin padaku. Apa Ia memang sudah lupa? Atau

Latest chapter

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB VII : BAD OR HAPPY ENDING ?

    POV ZAINUDIN"Uhuk.. uhukk.. di mana Saya?" tanyaku sambil coba duduk. Gila, sakit banget rasanya kepalaku. Tubuhku rasanya remuk redam akibat dikeroyok oleh para preman tadi."Ini diminum dulu, Mas!" ujar salah seorangsecuritysambil memberikan segelas air minum padaku."Hmnn terima kasih, Mas." ucapku sambil meminum air pemberiannya. Hahhh baru agak sedikit lega rasanya."Teman Saya dimana, Mas?" tanyaku syok begitu sadar kalau Hayati tidak ada didekatku."Tenang Mas, sedang ditangani oleh pihak berwajib. Untung tadi ada Bang Midun ini. Kalau gak ? apa yang terjadi dengan Mas! Mbuhlah, Kita juga gak berani ikut campur soale." katasecurityyang memberiku minum tadi sambil menunjuk orang berpakaian bebas yang duduk di sampingnya."Urang Minang ang Yuang?" tanya Bang Midun padaku. (Kamu orang Minang ?)Eh dia orang Padang kah?"Iyo Da." Jawabku sambil meringis kes

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB VI : PENCULIKAN

    POV Zainudin Gila, malu banget cok! Mau berlagak jadi superhero yang gagah dalam membela seorang perempuan, malah terkapar duluan hanya kena sebuah pukulan di hidung. Mau ditaroh dimana muka ganteng ini ? malah Hayati yang mengobati hidungku yang berdarah hari itu. Untungnya Hayati sangat pengertian dan tidak mengungkit sama sekali kejadian siang itu. Ia dengan telatennya menghentikan pendarahan dihidungku dan membersihkan darahnya hingga bersih. Sungguh dokter idaman banget nih, pujiku mengaguminya dalam hati. Berkat kejadian hari itu juga, hubungan Kami jadi semakin dekat tiap harinya. Hayati bahkan terang-terangan memintaku untuk mengantar-jemputnya kuliah. Aku sih senang-senang saja, bisa selalu bersama dengan wanita yang Kucintai. Walau Hayati taunya Aku adalah Zulfikar bukan Zainudin, karena memang Aku memperkenal diriku demikian. Namun anehnya, Hayati tidak lagi pernah menanyakan tentang Zainudin padaku. Apa Ia memang sudah lupa? Atau

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB V : SIASAT

    "Beb, hari ini kita jalan yuk! Sejak kita dekat disini, malah belum pernah jalan-jalan, kemana kek gitu ?" Tanya Adam siang itu. "Adam,pleasejangan lagi panggil Aku begitu. Hayati gak suka." Ucapku kesal karena Ia masih saja memanngilku dengan panggilan itu, padahal Kami sama sekali tidak pacaran. "Tapi kan kita sudah dekat Beb. Orang tua Kita juga sudah setuju dan telah menjodohkan kita." jawab Adam bersikukuh dengan panggilannya. Hufftt, ini karena Papa dan Mama juga yang pakai acara jodoh-jodohan segala. Si Adamnya jadi ngelunjak dan berlaku seenaknya. "Iya, tapi bukan berarti Adam seenaknya manggil Hayati begitu. Hayati gak suka!" ucapku makin kesal. "Oke, oke. Tapi, baik sekarang ataupun nanti akan sama saja. Biar Kita jadi terbiasa saja." Ucapnya sambil tersenyum. "Hufftt.. kalau Adam masih begitu juga, Hayati gak mau dekat-dekat dengan Adam lagi." ujarku tambah kesal sambil berlalu pergi. Adam tidak

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB IV : HAYATI

    POV Hayati "Nak, segera berkemas ya! Hari ini juga Kita akan pindah ke Bandung." Ucap Papa padaku. "Loh kata Papa kemarin Kita gak jadi pindah ?" protesku yang merasa keberatan karena kepindahan Papa secara tiba-tiba. Setelah sebelumnya, belum ada kepastian dari Dinas Kesehatan tentang rencana pemindahan tugas Papa. "Iya Nak. Papa baru menerima suratnya pagi ini, dan besok Papa sudah mulai berdinas di tempat tugas yang baru. Jadi Kita harus pindah hari ini juga." ucap Papa lembut. "Tapi Pa.. Hayati gak mau pindah dari sini! nanti kalau pindah, Hayati gak akan bisa bertemu lagi dengan Zain." ujarku yang menolak untuk pindah. "Terus Hayati mau tinggal sama siapa disini ? hmnn! Mama kan harus ikut juga kemanapun Papa pergi Nak." Ucap Mama membantu meyakinkanku. "Tapi Mah... hikss. Zainudin gimanaa?" ucapku mulai menangis. Aku sangat berat hati untuk meninggalkan sahabatku satu-satunya itu. Satu-satunya orang terdekat sela

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB III : UNTUK ZAIN

    POV Zain Aku kembali kekamar Kosku, saat jam sudah diangka 4 sore.Waktu kulihat HP, banyak sekali notifikasi panggilan dan WA yang masuk. Astaga, ternyata dari teman-temanku yang menanyakan keberadaanku, bahkan mereka kekamarku siang tadi saat jam makan siang. Aku lupa mengabari sahabat-sahabatku kalau hari ini ada tugas lapangan. Namun ada sebuah WA yang membuatku hatiku berteriak senang, yaitu sebuah pesan WA dari Hayati. Ia baru membalasnya, setelah seminggu yang lalu Aku mengirimkan pesan WA padanya. Hayati : "Maaf baru balas pesannya Zul, Hayati kemaren-kemaren lagi sibuk praktek. Boleh! main aja ke kos Hayati, alamatnya : Jl. dilarang Toleh-Toleh no.xx. Kalau kesini jangan lupa kabari yah^^ see u" Aku yang barusan kelelahan karena banyak mengerjakan tugas lapangan, malah jadi semangat otomatis begitu membaca pesan WA-nya Hayati, sampai-sampai Aku meloncat kegirangan. Hehehe, soalnya Aku sangat khawatir kal

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB II : PERTEMUAN

    POV Zainudin Siang yang sangat terik, dipadu dengan macetnya jalannya kota Yogyakarta menambah panasnya suhu siang itu. Belum lagi, hari ini Kami dapat tugas praktek lapangan untuk mata kuliah Arsitektur Kota, setiap mahasiswa ditugaskan untuk membuat sketsa bangunan perkotaan, dengan tema bebas. Kegiatan itupun dibebaskan tempatnya, kebetulan ini adalah mata kuliah terakhir di hari ini. Sehingga para Mahasiswa sudah pada berpencar, tidak terkecuali diriku. Entah kenapa kaki ini melangkah begitu saja ke Fakultas Kedokteran, Aku cuek saja membuka kertas gambarku lalu menggambar gedung utama fakultas kedokteran walau banyak yang menatap heran ke arahku, jarang-jarang lihat anak fakkultas teknik yang ganteng mengambil sketsa disini kali yah, hehehe. Untuk itu Aku mengambil posisi dekat tangga antara gedung 1 dan 2, tempatnya lumayan teduh, disamping ituviewuntuk ke gedung utama sangat pas. Krringg kriingg Belum lama Aku memu

  • BUKAN ZAINUDIN DAN HAYATI   BAB I : JANJI

    Flashback : "Hayati, kamu nanti kalau sudah besar mau jadi apa ?" tanya Zain kecil pada sahabat satu–satunya itu. "Aku mau jadi Dokter, biar bisa ngobatin Kamu kalau lagi sakit." Jawab Hayati dengan gaya polosnya. "Tapi, Aku takut disuntik. Kata Kakakku, disuntik itu sakit." jawab Zain kecil sambil mengelembungkan pipinya. "Masa cowok takut sama suntik ? Nanti Hayati suntiknya dengan sayang deh!" kata Hayati lagi dengan senyum cantiknya yang gemesin. Zain kecil menatap Hayati kecil dengan senyum senang. "Iya deh, Zain janji gak akan takut kalau Hayati yang menyuntiknya." kata Zain sambil memegang tangan Hayati kecil. "Kalau Zain, sudah besar nanti mau jadi apa ?" tanya Hayati sambil mereka berpegangan tangan. "Zain mau jadi Arsitek, biar bisa bangunin rumah buat dokternya Zain." jawab Zain kecil dengan sangat yakin sambil menatap Hayati. "Beneran ?" tanya Hayati kecil sangat senang. Zain kecil mejawab d

DMCA.com Protection Status