Share

GARIS DUA

Author: Alya Snitzky
last update Last Updated: 2022-11-01 12:20:02

"Jangan-jangan kamu mandul."

Rachel tidak percaya kata-kata Sheila beberapa hari yang lalu mampu mengusiknya hingga seperti ini.

Pagi ini, Rachel berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia baru saja membeli beberapa alat tes kehamilan. Ia memang tidak merasakan adanya gejala mual atau ngidam seperti perempuan hamil pada umumnya. Tetapi, ia sudah terlambat hampir dua bulan.

Hal ini sebenarnya biasa mengingat siklus bulanannya yang sering kali tidak teratur. Namun, tetap saja. Rachel terdorong untuk mengeceknya. Tidak tanggung, Rachel membeli beberapa alat tes dengan merek yang berbeda. Dan ia pun menunggu.

Satu.

Dua.

Tiga menit terlewat, sebelum akhirnya Rachel memutuskan untuk mengecek hasilnya.

Sepasang matanya membeliak ketika mendapati dua garis merah ada di salah satu alat tes--dan yang lainnya juga. Kebahagiaan membuncah di dada wanita itu hingga ia tidak memedulikan apa pun lagi dan langsung mencari suaminya.

"Aleeex!" seru Rachel dengan perasaan yang begitu gembira. 

Alex yang sedang duduk menikmati sarapan pagi bersama Sheila jelas kaget mendengar suara teriakan Rachel. Ia pun segera menghampiri istri keduanya itu. 

"Ada apa?" tanya Alex sambil mengerutkan dahinya dan menatap Rachel dengan bingung. 

"Aku baik-baik saja, tapi kamu akan segera menjadi seorang ayah," jawab Rachel dengan gembira sambil memperlihatkan testpack yang sudah memperlihatkan garis dua. Bukan hanya satu saja. Tapi, 7 alat dari 10 yang ia beli memperlihatkan hasill yang sama, positif. 

Alex terbelalak kaget saat melihat alat kehamilan itu. 

"Ini serius?" tanyanya dengan wajah datar dan ekspresi biasa.

Rachel tersenyum lebar dan mengangguk.

"Bawa saja dia ke dokter Risa. Lalu cek apakah dia memang hamil atau hanya berpura-pura," kata Sheila sedikit sinis. 

"Kamu benar." Alex setuju. Lalu pada istri keduanya, ia menambahkan, "Kamu bersiaplah, kita akan segera ke rumah sakit." 

Rachel dengan patuh menuruti kata-kata suaminya. Wanita cantik itu bergegas mengganti pakaiannya setelah Alex dan Sheila berlalu. Ia merasa tak sabar untuk mendengar hasil pemeriksaan dokter. 

Dan tiga puluh menit kemudian Rachel sudah duduk di samping Alex di dalam mobil. Mereka langsung menuju ke rumah sakit. Alex sudah menghubungi dokter kenalannnya untuk memeriksa Rachel nantinya. 

"Aku harap kamu benar-benar mengandung," kata Alex tanpa menoleh.

Sementara Rachel hanya mengangguk pasrah. "Semoga saja. Aku juga tidak sabar menggendong buah hati kita," jawabnya.

Sepanjang menunggu giliran masuk ke ruangan periksa Dokter Risa Tirani Sp.Og (K), Rachel tak henti meremas tangan Alex. Ia benar-benar merasa sangat gugup.

“Nyonya Rachel,” panggil perawat. Seketika degup jantung Rachel makin cepat.

Di dalam ruangan, Dokter Risa sudah menyambut mereka dengan senyuman.

“Kabar baik ya, Pak Alex?”

Alex hanya mengangguk, tersenyum tipis. Ekspresinya biasa saja, dingin. Memang begitulah seorang Alex.

“Silakan duduk, Bu Rachel,” ujar Dokter Risa mempersilakan. Dokter yang berumur sekitar empat puluh tahun itu kemudian melihat ke arah Rachel yang nampak begitu tegang. “Lho, kok, justru bundanya yang tegang?” kata Risa sambil tersenyum. “Tenang saja, kita nanti periksa, ya.”

Bukan kali pertama melihat pasien datang ke ruang rawatnya dengan raut tegang. Dan Dokter Risa bisa paham apa yang dirasakan Rachel kali ini.

Mula-mula, dokter menanyakan sudah berapa lama telat datang bulan, berapa lama durasi menstruasi yang biasanya Rachel alami, dan kapan hari pertama Rachel mengalami haid terakhirnya. Rachel mencoba lebih rileks dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter Risa.

 “Sudah coba testpack?” tanya Dokter Risa lagi.

Rachel menjawab dengan anggukan. “Sudah, bahkan saya membeli beberapa merek.”

Dokter Risa tersenyum, lalu menyilakan Rachel untuk berbaring di ranjang periksa.

“Maaf ya, saya buka sedikit pakaiannya,” ujar Dokter Risa sopan sebelum meminta perawat mengolesi gel dingin di atas perut Rachel.

Dalam semua proses tersebut, Alex tak pernah meninggalkan Rachel barang sejenak. Saat Rachel berbaring pun, Alex dengan setia mendampingi, memegang tangan Rachel yang masih belum bisa lepas sepenuhnya dari rasa gugup.  Rachel sendiri  mengamati layar yang sekarang menunjukkan gambar seperti gelombang itu dengan ketegangan.

 “Kalau dilihat dari keterangan Bunda tadi, usia kandungannya sudah memasuki minggu ke tujuh.” Dokter Risa memutar-mutar alat USG di atas perut Rachel. “Ini, kantong janin sudah terbentuk. Ini janinnya masih kecil, Bunda," jelas Dokter Risa penuh kesabaran.

Rachel yang merasa rasa tegang, kini perlahan mencairkan. Air matanya bahkan menetes begitu saja di pipinya saat mendengar konfirmasi dari Dokter Risa perihal kehamilannya. Alex ikut mengembangkan senyumnya. Tak tahan, dia usapkan telapak tangannya ke atas kepala Rachel tanpa menghapus jejak air mata bahagia istrinya itu.

 “Jenis kelaminnya belum ketauan ya, Dok?” tanya Rachel yang disambut senyum oleh Dokter Risa.

Dengan sabar, Dokter Risa menjelaskan, kalau biasanya jenis kelamin baru bisa dikonfirmasi di awal trimester ketiga, paling cepat. Karena kehamilan Rachel baru tujuh minggu, masih awal trimester pertama. Janinnya pun masih sangat kecil sekali, bahkan belum terbentuk dengan sempurna.

Rachel mengangguk. Diberi kabar seperti ini saja sudah membuatnya sedikit lega. Masih ada banyak waktu untuknya melihat perkembangan sang janin, sambil tentunya dia memupuk dan memantaskan diri menjadi orang tua.

Usai pemeriksaan di ranjang, Rachel kembali diminta duduk di kursi pasien, sementara Dokter Risa menuliskan hasil pemeriksaannya.

“Nanti saya resepkan vitamin ya, Bunda. Jangan capek-capek dulu. Kalo bisa, jangan angkat berat, mikir berat juga jangan,” saran dokter yang diangguki oleh Rachel dan Alex.

“Udah pernah ngerasa mual belum, Bunda? Biasanya jika sudah memasuki enam atau tujuh minggu Bunda sudah merasakan yang namanya morning sickness,” tanya Dokter Risa lagi.

“Belum, Dok. Justru itu, saya nggak ngerasa mual, lemes atau gimana pun,” tukas Rachel menggeleng.

“Nggak apa-apa. Nggak semua ibu hamil ngalamin mual-muntah, kok. Kalo mual, nggak perlu paksain makan nasi ya, Bunda. Minta ayahnya aja pijetin, buatin teh pakai madu dan lemon. Susu, boleh minum susu apa aja, nggak mesti susu hamil. Bunda bekerja?”

“Nggak, Dok. Saya tidak bekerja,” jawab Rachel.

“Kalau begitu bagus, tapi kegiatan di rumah juga dipantau. Jangan sampai terlalu lelah ya.”

Dokter Risa berpesan panjang lebar. Alex menyerap semua pesan Dokter Risa dengan antusias. Di akhir kunjungan mereka, Dokter Risa berpesan untuk kembali jika ada keluhan kram perut, nyeri di bagian perut bawah, atau jika ada flek yang keluar. Ultimatum biasa yang selalu diwejangkan ke seluruh pasien, terlebih di kehamilan pertama mereka.

“Nanti kembali lagi tiga atau empat minggu dari sekarang, ya?” pesan Dokter Risa terakhir sebelum mereka keluar dari ruang pemeriksaan.

Alex menyempatkan mengucapkan banyak terima kasih pada Dokter Risa, salah satu dokter senior di bidangnya yang cukup kompeten di rumah sakit ini. Dokter Risa sebetulnya hanya menerima pasien yang sudah punya janji kepadanya. Tapi, karena Alex kebetulan adalah teman dekat dari pemilik rumah sakit ini, maka ia pun tidak bisa menolak.

"Selamat, Pak. Semoga istri Anda sehat selalu sampai waktu persalinan nanti. Jangan lupa untuk periksa setiap bulan dan dijaga baik-baik istrinya," kata dokter Risa lagi. 

Alex hanya mengangguk dan memberi isyarat kepada Rachel untuk segera pergi dari ruangan dokter Risa.

"Terima kasih," ucapnya. "Ingat pesan dokter tadi. Jaga baik-baik calon bayi kita ini." 

Rachel hanya mengangguk, hanya begitukah sikap suaminya? Padahal dia yang menginginkan bayi. Tapi, kenapa ia hanya bersikap biasa saja? Apakah dia tidak bahagia?

Related chapters

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   JANGAN GANGGU

    Alex dan Rachel pulang dengan perasaan campur aduk. Alex memang sangat menantikan hadirnya seorang anak di antara dirinya dan Rachel. Anak untuk meneruskan generasinya kelak, sesuai dengan tujuan utamanya menikahi Rachel--meskipun istri keduanya tersebut tidak tahu."Jadi, bagaimana hasilnya, Lex?" tanya Sheila yang ternyata sudah menunggu mereka di ruang keluarga."Usia kandungannya sudah tujuh minggu," jawab Alex singkat.Sheila terdiam ... rupanya wanita yang menjadi rivalnya ini sudah menang satu langkah di depannya sekarang."Selamat ya, Rachel. Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu," kata Sheila basa basi."Terima kasih banyak, Mbak. Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu," jawab Rachel.Melihat istri keduanya melangkah pergi, Alex pun ikut melangkah."Aku antar Rachel," ujarnya kepada Sheila.Hal itu jelas membuat Sheila merasa sangat kesal. Ia merasa posisinya saat ini sedikit terancam. Sementara itu, Alex mengantarkan Rachel menuju kamarnya."Kamu nggak ngidam? Mau ak

    Last Updated : 2022-11-02
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   CEMBURU

    Rachel mengikuti langkah Alex menuju ruang tamu dan saat melihat siapa yang datang ia pun langsung memeluknya. “Kamu ke mana aja? Kenapa baru datang?” tanya Rachel, cemberut Elang tertawa kecil dan memeluk Rachel dengan erat. “Hei, jangan cengeng. Udah punya suami jangan gampang menangis, adik manis,” kata Elang sambil menepuk pundak Rachel dengan lembut dan penuh kasih sayang. Melihat pemandangan di hadapannya Alex hanya diam, entah mengapa ia merasa jika hubungan Rachel dan Elang bukanlah hubungan antara mereka bukanlah hubungan antara adik dan kakak. “Ehem!” Mendengar deheman Alex, Elang pun mengurai pelukan dan memandang Alex. “Ini suamiku, Alex,” ujar Rachel kepada Elang. “Ya, tadi kami sudah bertemu dan berkat dia juga aku bisa masuk. Tadi aku ditahan di pos security. Susah sekali untuk bisa menemuimu,” kata Elang sembari mengacak rambut adik angkatnya. Rachel hanya tertawa kecil. “Penampilanmu seperti ini, siapa juga yang akan mengizinkan kamu masuk,” kata Rachel El

    Last Updated : 2022-11-02
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   TUJUAN AWALNYA

    "Kenapa kamu diam? Aku hanya bertanya apa kamu mau menceraikan Rachel jika dia sudah melahirkan? Ingat, tujuanmu menikahi wanita itu hanya untuk anak!" kata Sheila dengan tegas.Alex menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. "Apakah harus aku pisahkan antara anak dengan ibunya?" "Kamu tidak perlu peduli dengan Rachel. Bukankah kamu tidak pernah mencintai dia? Soal anak, aku bisa mengurus anak itu nantinya," kata Sheila dengan tegas. "Kita lihat saja nanti, Sayang. Kamu jangan khawatir."Sheila mengerutkan dahinya, dengan mata memicing ia menatap Alex dengan kesal. "Bagaimana aku tidak khawatir? Sekarang saja kamu sudah memperhatikan perempuan itu. Apa lagi jika dia nanti sudah memberimu keturunan. Bukan tidak mungkin kamu akan mendepakku dari hatimu dan rumah ini," kata Sheila dengan tajam. "Apa selama ini aku tidak cukup mencintaimu? Sudahlah, Sheila ... aku tidak akan mungkin memilih dia dibandingkan kamu," jawab Alex sambil mencium kening Sheila dengan lembut. Me

    Last Updated : 2023-08-11
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   PERMINTAAN SHEILA

    Pagi itu, Alex dan Sheila bangun dengan wajah ceria. Walau dalam lubuk hatinya yang terdalam, Alex merasa bersalah karena seharusnya semalam ia tidur bersama dengan Rachel. Tetapi, istri pertamanya itu selalu membuatnya candu. "Bagaimana kalau kita melakukan perjalanan bulan madu kedua, Sayang?" kata Sheila tiba-tiba. "Bulan madu?" "Iya. Sudahl lama kita tidak bersama dan menikmati waktu. Anggap saja ini hadiah karena aku sudah mengizinkan kamu menikah lagi. Apalagi Rachel sekarang sedang hamil. Aku yakin nanti kamu akan lebih memperhatikannya selama masa kehamilan. Jadi, ayo kita honeymoon lagi," pinta Sheila dengan manja. "Baiklah, tapi sekarang kita sarapan pagi dulu," kata Alex. Sheila pun mengangguk dan keduanya pun segera keluar menuju meja makan.Suara Alex dan Sheila yang saling bersahutan membuat Rachel yang hendak sarapan mengurungkan niatnya. Dia paling malas jika berhadapan dengan istri pertama sang suami itu sebenarnya.Seandainya saja dia tidak terjebak dengan kebaik

    Last Updated : 2023-08-12
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   ADU DOMBA

    Sheila masuk ke dalam kamar Rachel setelah berhasil membujuk Alex untuk meminjamkan kunci cadangan kamar Rachel sebentar padanya. Matanya menajam memperhatikan kamar luasnya tidak seberapa tapi tetap terasa nyaman bila ditempati.Melihat Rachel yang baru saja keluar dari kamar mandi membuat Sheila segera menutup pintunya agar tidak ada yang bisa melihatnya berada di sana. Rachel yang tidak tahu menahu motif Sheila datang ke kamarnya pun hanya bisa menatap wanita itu malas.Sheila duduk di depan meja rias Rachel, posisinya menghadap pada pemilik kamar. "Ada apa?" tanya Rachel ketika Sheila tak kunjung bicara padanya.Sheila menghela napasnya kasar, "Kenapa kamu menolak ajakan kami untuk ikut honeymoon? Suami aku 'kan suamimu juga, kamu tidak perlu takut jika Alex akan selalu bersamaku selama dua puluh empat jam.""Bukan masalah Alex akan ada atau tidak untukku, tapi aku cuma tidak mau jadi nyamuk di antara kalian. Toh, tujuan kalian ke sana buat bulan madu 'kan? Bukan untuk membuatku

    Last Updated : 2023-08-12
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   HANYA UNTUK KETURUNAN

    Sheila keluar dari kamar mandi dengan lingerie hitam melekat di tubuhnya. Menghampiri Alex yang berniat pergi ke kamar Rachel untuk tidur bersamanya malam ini. Namun, Sheila tak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia harus bisa menarik perhatian Alex agar bisa tidur bersamanya lagi.Sheila tidak bisa membiarkan Alex menjadi lebih perhatian kepada Rachel sekali pun wanita itu sudah mengandung anak dari Alex.Alex bangkit dari tempat tidurnya, belum menyadari kehadiran Sheila yang tengah berdiri di depan meja rias. Tepat ketika kepalanya mendongak, Alex akhirnya melihat tubuh seksi Sheila yang sontak membangunkan junior miliknya.Sheila menerbitkan senyumnya saat menyadari Alex terpesona dengan tubuhnya dari pantulan cermin. Spontan Sheila membalikkan badannya dan menghampiri Alex membuat empunya terkesiap pelan.Tangan Sheila mengalung di leher Alex dengan mata mengerling genit, tak lupa dia memainkan bibir bawahnya agar suaminya semakin goyah. Hal itu tentu saja membuat Alex tergoda mel

    Last Updated : 2023-08-14
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   KHAWATIR

    Rachel menatap pantulan wajahnya dari cermin. Mata sembap, bibir sedikit pucat, dan hidungnya yang sedikit merah akibat semalaman menangisi Alex yang sudah memberi janji palsu padanya. Rachel kira, Alex tidak akan mengecewakan dirinya hanya demi memuaskan gairahnya dengan Sheila.Mungkin memang benar Rachel tak bisa memberikan jatah sampai beberapa bulan ke depan pada Alex. Namun, dia tidak mengira Alex akan melakukan hal sejahat ini hanya untuk kepentingannya sendiri. Kalau saja Rachel tidak hamil, dia juga pasti akan memberikan kehangatan setiap malamnya pada Alex.“Aku akan membahagiakan kamu seperti aku juga membahagiakan Sheila. Dia tidak bisa memiliki keturunan karena sakit,” kata Alex saat dulu Rachel mempertanyakan alasan Alex untuk menikah lagi.Dan, Alex pun sudah melunasi hutang-hutang keluarga Rachel kepada rentenir. Sehingga Rachel mau tidak mau menerima pernikahan itu dan menjadi istri kedua.Pagi ini, Rachel memilih diam di kamar. Tak berniat keluar untuk membantu Mbok

    Last Updated : 2023-08-14
  • BUKAN RAHIM SEWAAN   AKU TIDAK APA-APA

    Di dalam kamar, Rachel hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Semalam, Rachel meminta Pak Maman- security di rumah mereka untuk membuatkan penghalang pintu. Hal itu dia lakukan agar Alex atau siapa pun itu tak bisa masuk ke dalam kamar kecuali atas izinnya.Rachel juga tidak bisa keluar dalam keadaan berantakan seperti saat ini. Dia memang sudah mandi dan mengganti pakaiannya, tapi wajah pucat yang tak terpoles make up sedikit pun membuatnya terlihat seperti mayat hidup."Rachel, buka pintunya, please."Jauh dari lubuk hati Rachel, dia ingin sekali membuka pintunya dan memeluk Alex untuk meluapkan kekesalan serta kekecewaan yang dia pendam sejak kemarin malam. Namun, bisa Rachel tebak jika di luar kamarnya bukan hanya ada Alex. Melainkan Sheila yang pastinya tidak akan membiarkan suaminya terus membujuk dirinya.Alex terdiam sejenak, lalu tanpa pikir panjang dia berlari sekencang mungkin menuju ruangan yang ada di samping kamar istrinya. Dia baru i

    Last Updated : 2023-08-14

Latest chapter

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   BUKAN SEPERTI ITU CARANYA, DADDY

    Rachel masih membelalak lebar mendengar ucapan Alex. "Dasar kurang ajar! Berani sekali kamu memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!"Namun alih-alih melepaskan, Alex malah menyatukan kedua tangan Rachel di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti ini. Lagipula aku sangat yakin kamu pasti cemburu karena aku mengajak perempuan lain ke rumah ini, kan? Kamu tidak bisa mengelak kalau kamu masih sangat mencintaiku.""Kamu sangat tidak sopan, Alex! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tau kalau kamu sedang berusaha melecehkan istrimu sendiri!""Oh, aku takut sekali mendengarnya, Rachel!"Mereka pun masih saling bertatapan dengan tajam saat suara pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar.Brak!"Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget.Alex dan Rachel pun langsung menoleh bersamaan menatap pria tua itu.Rachel langsung terdiam menatap Mahendra, ia m

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   KAMU MASIH ISTRI SAHKU

    “Kalau Daddy mau tau perasaan mama kepada Daddy, buat saja Mama cemburu,” kata Alexa kepada Alex.Lelaki itu baru saja bercerita kepada sang anak jika dia ingin sekali kembali membuat Rachel mencintainya seperti dulu. Dan diluar dugaan Alexa malah mengusulkan saran seperti itu.“Apa kamu yakin?”“Coba saja kalau tidak percaya.”Maka, malam ini Alex merencanakan semuanya dengan matang. Ia sengaja bersandiwara dengan seorang gadis yang bekerja di sebuah club malam."Shit! Ayo, cepatlah! Aku sudah hampir sampai!" kata Alex dengan keras."Ah, Alex..." desah wanita di bawahnya makin keras.Brak!Dan wanita muda dengan segala keangkuhannya itu masuk ke sana."Apa kamu pikir rumah ini tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram wanita itu dengan tatapan tajam yang berapi-api.Rachel tidak bisa menahan dirinya mengetahui kalau Alex sudah mulai berulah dengan membawa para wanita nakal ke rumahnya.Apalagi karena ada anak-anak di rumah itu.“Kamu memintaku dan anak-anak tinggal di sini hanya

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   MENJADI SALAH SEORANG PEMILIK

    Mahendra merasa sangat senang karena ia baru saja menerima pesan jika saat ini Alex sedang bersama dengan anak istrinya di rumah sakit. Meski merasa khawatir kepada Alexa, tetapi Mahendra senang pada akhirnya Alex mengetahui keberadaan Alexa dan Rachel.“Papi berharap jika kamu dan anak-anakmu mau tinggal bersama lagi di rumah papi,” kata Mahendra kepada Rachel.“Kamu tidak harus tidur dalam satu kamar bersamaku. Tapi, yang paling penting kita bisa satu atap demi anak-anak,” kata Alex kepada Rachel.Rachel menarik napas panjang. Sungguh rasanya sangat berat untuk mengiyakan permintaan Mahendra. Tetapi, ayah mertuanya itu tampak begitu berharap. Mungkin karena ia juga ingin berkumpul dengan cucunya.“Dalam hal ini aku tidak bisa menjawab. Semuanya terserah kepada Alexa,” jawab Rachel lirih.Rachel berharap jika Alexa akan menolak, tetapi ternyata gadis itu menerima permintaan Alex dan Mahendra.“Aku mau tinggal bersama Daddy dan Grandpa,”jawab gadis kecil itu dengan tegas.Dan akhirny

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   RINDU TERPENDAM

    Entah berapa lama Alexa kehilangan kesadaran karena matanya terasa begitu berat. Saat ia terbangun, tubuhnya terasa basah. Hal itu disebabkan karena keringat yang keluar. Ia menoleh ke sampingnya, tampak Rachel memegang tangannya. Sementara kepalanya berada di atas ranjang. Ibunya tertidur dalam posisi duduk. Dan ketika ia melihat ke arah sofa ... ternyata Alex sedang duduk di sana sambil menatap layar laptopnya.“Mama ....”Alex yang mendengar suara Alexa segera menyingkirkan laptopnya dan menghampiri gadis kecil itu.“Kamu sudah bangun, Sayang? Mau minum?”Mendengar suara Alex yang terasa dekat, Rachel membuka matanya. Dan wanita itu tersenyum saat melihat Alexa sudah terbangun. "Kamu mau apa? Bajumu basah, Sayang. Mau mama bantu untuk menggantinya?" tanya Rachel. Alexa duduk di tempat tidurnya, memandangi ibunya dengan tatapan penuh kesedihan. Rachel, mencoba meyakinkan Alexa untuk mengganti pakaian yang kotor dengan yang segar. Namun, gadis kecil itu menolak dengan tegas."Ma

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   MAAF

    Mendengar suara Celine, Rachel pun bergegas masuk ke dalam. Dan saking paniknya ia sampai tidak menyadari jika Alex pun ikut masuk dan berjalan di belakangnya. Saat mereka masuk, tubuh Alexa sudah ada di atas lantai yang dingin. Sementara Celine duduk bersimpuh di dekat Alexa sambil menangis."Ya ampun, Alexa!” Rachel membantu Alexa bangun, lalu terkejut dengan betapa panasnya tubuh putrinya itu. “Suhu tubuhmu semakin parah!"“Ayo, kita bawa saja dia ke rumah sakit!” kata Alex dengan tegas.Pandangan Alexa buram, kepalanya menjadi pusing tapi suara panik Rachel terdengar jelas. Samar ia juga melihat kehadiran Alex bersama sang ibu. Apa lelaki yang mengaku ayahnya ini juga tengah mengkhawatirkannya?Entah berapa lama Rachel dan Alex membawa tubuh Alexa ke mobil. Akan tetapi, semakin lama Alexa semakin kesulitan membandingkan antara mimpi dan bukan.Gadis kecil itu merasa tubuhnya seperti melayang. Dan semuanya pun menja

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   DIA PUTRIKU

    Setelah mengantarkan Leo ke sekolah, Rachel pun segera menuju ke butik dan memberikan pesan ini dan itu kepada Jane- asistennya.“Tolong kamu tangani dulu semua pekerjaan hari ini. Terutama awasi pembuatan baju seragam pengiring pengantin yang dipesan ibu walikota. Besok sore semua sudah harus siap. Alexa sakit dan aku harus menemaninya di rumah,” kata Rachel kepada Jane.“Nyonya, sebaiknya Anda fokus dulu dengan kesehatan Alexa. Masalah butik dan pesanan untuk besok percayakan saja kepada saya,” kata Jane sambil tersenyum.“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu,” ujar Rachel.Wanita itu pun bergegas pulang, dan tepat 30 menit setelah Rachel pulang, Alex tiba di butik itu.“Nyonya Rachel sedang tidak di sini, Tuan. Anaknya sakit,” kata Jane saat melihat Alex masuk.Alex memicingkan mata dan menatap asisten pribadi Rachel itu.“Anaknya yang mana?”“Alexa.”Tanpa berpikir panjang lagi, Alex pun segera keluar dari butik itu dan langsung masuk ke dalam mobilnya menuju ke rumah Rachel.Saa

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   ALEXA SAKIT

    Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Alexa belum juga keluar dari kamar. Biasanya gadis kecil itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum Rachel berangkat ke kantor sambil mengantarkan Leo sekolah. Tapi tidak biasanya Alexa terlambat bangun."Ma, di mana Alexa dan Celine?" tanya Leo karena memang saat Leo bangun, kedua adiknya sudah duduk menghadap segelas susu hangat di meja makan."Leo makan dulu ya, Mama akan melihat apa yang kedua adikmu lakukan." ucapnya, Leo mengangguk.Rachel melepaskan apron sebelum menuju kamar Alexa dan Celine. Tidak biasanya Alexa masih tidur jam segini. Dan benar saja gadis kecil itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. Sementara Celine tampak berdiri di dekat ranjang Alexa dengan wajah pucat.“Aku baru saja mau keluar dan memberitahu Mama kalau Lexa sakit,” cicit Celine ketakutan.Rachel menganggukkan kepala lalu mengusap rambut Celine.“Tidak apa-apa. Kamu pergilah sarapan bersama Leo. Biar Alexa mama saja yang urus,” kata R

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   RASA YANG TERTINGGAL

    “Siapa, Leo? Kenapa kamu bilang mama mengenalnya?” tanya Rachel.“Dia paman Alex,” jawab Leo.Rachel mengembuskan napas dengan keras. Sebenarnya apa mau Alex dengan mendekati anak angkatnya? Rachel sangat yakin jika Alex pasti sengaja datang ke sekolah Leo untuk bertemu dengan anak itu.“Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?” tanya Rachel.Leo menggelengkan kepalanya,”Baiklah, kalau begitu kita pulang sekarang. Lukamu harus dirawat.”Rachel pun segera berpamitam untul membawa Leo pulang kepada kepala sekolah. Dan setelah dia mengantar anaknya itu pulang, ia memastikan jika Leo baik-baik saja. Kemudian ia pun segera pergi lagi. Kali ini untuk menemui Alex.BRAK!Alex baru saja selesai dengan meeting jarak jauhnya saat Rachel dengan kasar membuka pintu ruangannya.“Katakan apa maksudmu mendekati anak-anakku? Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Aku yakin jika kamu sengaja datang ke sekolah Leo bukan? Kamu mau mengorek keterangan apa dari anakku?”“Wah ... wah, memangnya salah kalau aku ber

  • BUKAN RAHIM SEWAAN   JANGAN GANGGU

    "Jadi begitu saja! Apa ada yang mau ditanyakan?" tanya Rachel saat menyudahi rapatnya. Rachel masih menatap para peserta rapat saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Saat ini butik miliknya sudah sangat maju dan beberapa kliennya tentu saja berasal dari kalangan artis dan juga istri pejabat. Rachel pun melirik nama di ponselnya dan sedikit membelalak melihat nama kepala sekolah di sana. "Ah, maaf, kalau ada pertanyaan, silahkan ke Jane dulu, aku permisi untuk mengangkat teleponku!" Dengan jantung yang berdebar kencang, Rachel pun keluar untuk mengangkat teleponnya. Kepala sekolah hampir tidak pernah meneleponnya kalau semuanya baik-baik saja, wanita itu baru akan menelepon kalau Leo mengalami sesuatu di sekolah atau telat dijemput oleh supir. "Halo, Bu, ada apa?" tanya Rachel segera setelah ia mengangkat teleponnya. "Bu Rachel, maaf, aku mengganggumu, ini tentang Leo!" "Ada apa dengan Leo, Bu? Dia baik-baik saja kan?" Rachel sudah mulai cemas. "Dia baik-baik saja, hanya saja dia t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status