Share

Hak

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-18 00:57:18

Aku tersenyum miris menatap pria yang berdiri di depanku itu. Pria yang sempat mengisi hatiku bertahun-tahun lamanya, selalu memujiku setinggi langit, namun juga menjatuhkannya dalam sekali waktu. Tak banyak yang berubah darinya, masih sama seperti dulu.

"Aku berjanji, Ra. Suatu saat nanti hubungan kita pasti akan direstui. Aku akan berjuang. Aku pasti akan menikahimu walaupun nyawa ini taruhannya," ucapnya waktu itu meyakinkanku.

Malam itu seperti biasa kami berdua diam-diam berjanji untuk bertemu di pinggiran taman kota. Aku ingin memberikan kejutan kecil untuknya, karena hari itu adalah hari ulang tahunnya.

Aku duduk sendirian di kursi taman yang amat sepi itu. Sudah lebih dari setengah jam aku menunggu, tapi dia tak kunjung datang. Tidak biasanya dia datang terlambat. Aku mencoba untuk menghubunginya berulang kali, namun nomornya tak kunjung aktif.

Aku mulai khawatir, takut terjadi sesuatu padanya. Namun aku masih terus menunggunya, meskipun waktu sudah lewat tengah malam. Kue yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Pengecut

    "Dia ... benar-benar Dara Larasati Atmajaya, Ma?" Nikita menatapku dengan pandangan gusar.Bu Sarah sepertinya tidak bisa lagi berkata-kata. Wajahnya terlihat bingung, dan mungkin juga merasa malu atas sikapnya tadi. Tentu saja, itu karena map yang mereka baca berisi keputusan Papa untuk membatalkan semua kerja sama dengan perusahaan keluarga Sadewa. "Baiklah, Bu. Sepertinya sudah cukup kita menghadiri acara ini," ucapku kemudian pada Ibu. "Ayo kita pulang, Bu.""Iya, Nduk," jawab Ibu. Sepertinya memang Ibu sudah tidak tahan dengan keributan itu, karena pada dasarnya hatinya begitu lemah lembut."Ayo pulang, Mas," ajakku lagi pada Mas Lana."Iya, Dek," jawabnya.Kami bertiga hendak beranjak, tapi Pak Firman seketika menghentikan kami."Tunggu. Tunggu sebentar, Nak Dara," ucapnya padaku. "Saya benar-benar minta maaf atas sikap istri dan putri saya. Tolong, ijinkan kami bicara baik-baik.""Sejak awal kami tidak mengajak ribut loh, Om," jawabku, menatap pria di depanku dengan tajam. "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Cinta?

    Rupanya Kyai Ahmad adalah ayah dari Syifa, wanita yang datang mencari Mas Lana waktu itu. Apa Syifa tidak mengatakan pada Ayahnya jika Mas Lana sudah menikah? Bisa-bisanya datang untuk melamar suami orang.Eh, kenapa hatiku merasa begitu tak terima?"Mohon maafkan saya atas permintaan mendadak ini, Bu Aisyah," ucap Kyai Ahmad lagi. "Sebenarnya putri saya Syifa itu sudah meminta saya untuk melamarkan Nak Lana sejak Lama. Syifa sudah menyukai Lana sejak mereka masih sama-sama remaja dulu."Oh, cinta monyet yang berubah jadi gorila? Sejak tadi entah kenapa hatiku kesal sekali mendengar ucapan Pak tua itu. Sesekali kulirik ekspresi wajah Mas Lana yang masih belum hilang dari keterkejutan."Tapi tunggu sebentar, Pak Kyai," jawab Ibu. "Maulana ini sudah menikah. Ini istrinya, Nduk Dara."Ibu memegang lenganku yang sejak tadi duduk di sampingnya."Iya, saya tahu Bu Aisyah. Syifa sudah mengatakannya pada saya," jawab Kyai Ahmad lagi."Jadi ... maksud Pak Kyai ....""Syifa bersedia menjadi ist

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Perasaan yang terungkap

    "Ayo sarapan, Nduk. Ibu masak sayur asem kesukaan kamu." Ibu terlihat tersenyum ketika aku keluar dari kamar setelah selesai membersihkan diri.Aku berjalan ragu-ragu, masih menahan malu gara-gara kejadian tadi pagi. Aku lalu duduk di kursi kayu tempat biasa kami makan bersama."Lana harus berangkat pagi-pagi karena harus mengantar Papamu ke bandara," ucap Ibu lagi sambil menyendokkan nasi ke dalam piringku, lalu duduk berhadapan denganku.Aroma sayur asem dan sambal terasi yang menyeruak membuatku tak tahan lagi untuk segera memasukkannya ke dalam mulut. Aku begitu menikmati masakan ibu yang sederhana, namun nikmat luar biasa."Ibu kok gak makan? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanyaku ketika sadar sejak tadi Ibu menatap terus ke arahku sambil senyum-senyum."Ibu cuma bahagia sekali, Nduk," jawab Ibu.Wajahku seketika memanas. Ini pasti karena tadi pagi aku mandi keramas. Astaga, memalukan sekali rasanya waktu ketahuan Ibu."Ibu senang karena belakangan Nduk Dara sudah tidak berteriak l

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Dendam

    "Jadi kalian ini orang suruhan Bu Sarah?" Emosiku memuncak."Benar! Kalian tidak bisa membayar utang kalian pada Bu Sarah, jadi dia meminta kami untuk mengambil kembali rumah ini!" jawab pria bertampang garang itu.Kedua tanganku seketika mengepal. Bu Sarah pasti melakukan ini sebagai balas dendam karena sudah membuatnya malu kemarin. Dan juga karena kami memutuskan kerja sama dengan perusahaan suaminya."Bu Sarah itu bukannya istri sah dari pria yang digoda Aisyah, ya?" Tiba-tiba terdengar suara Bu Dewi menyeletuk."Sepertinya betul, Bu. Wajar kalau dia dendam sekali dengan Aisyah. Wong suaminya digoda wanita lain kok," sahut Bu Siti."Haduh, kalau kayak gini kan kita sebagai warga juga tidak bisa membantu. Wong sudah jelas siapa yang salah."Aku seketika menatap ke arah para tetangga yang ada di sana."Kalau tidak bisa membantu, setidaknya kalian diam!" teriakku.Mereka semua seketika menutup mulut. Aku kembali menatap ke arah para orang suruhan Bu Sarah itu."Lebih baik kalian semu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Perlawanan

    "Kurang ajar kamu ya, Lana!" Bu Sarah segera berhambur ke arah suaminya, membantunya berdiri.Pak Firman terlihat mengusap ujung bibirnya yang sedikit berdarah. Dia kemudian menatap ke arah putranya."Ada apa ini, Lana?" tanyanya kemudian."Jangan pura-pura tak tahu, Pa!" jawab Mas Lana. "Papa pasti tahu kan, kalau hari ini Bu Sarah mengirim orang untuk merusak rumah kami?""Apa?" Pak Firman membulatkan mata, sepertinya kaget mendengar ucapan Mas Lana."Apa benar yang Lana katakan, Ma?" Pak Firman akhirnya bertanya pada istrinya."Aku hanya minta tolong orang untuk memberitahukan agar mereka pindah, Pa," jawab Bu Sarah."Jangan berdusta, Bu!" sahut Mas Lana. "Gara-gara orang suruhan Bu Sarah, ibu saya terluka parah dan masuk ke dalam rumah sakit!""Aisyah masuk rumah sakit?" Pak Firman lagi-lagi terkejut. "Bagaimana kondisinya sekarang, Lana?""Apa-apaan sih kamu ini, Mas! Jangan percaya omongan mereka begitu saja. Bisa jadi mereka cuma mengarang cerita agar aku kelihatan salah di dep

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Kecurigaan

    "Tunggu dulu, Mas," ucapku kemudian ketika sudah selesai membereskan pakaian milik Ibu. Aku masih membuka-buka album milik Ibu, dan seketika ingat sesuatu."Kenapa, Dek?" tanya Mas Lana, menatapku dengan kening berkerut."Mas Lana dan Nikita ... umurnya cuma berjarak beberapa bulan saja?""Iya kah, Dek? Mas justru tidak tahu," jawab Mas Lana."Ish, Mas Lana ini. Masa sama adek sendiri gak tahu kapan lahirnya?" sahutku, seketika cemberut."Habisnya kami kan hampir tidak pernah bertemu, Dek. Seingat Mas, umur kami beda tahun, kok," jawab Mas Lana lagi. "Adek dari mana tahu hal itu?""Mas Lana kan lahir tanggal 12 Desember tahun 2000, kan? Nikita lahir 17 Februari 2021. Aku tahu karena dia mencantumkan tanggal lahir di banner pernikahannya," ucapku kemudian."Terus, Dek?" Mas Lana sepertinya masih belum mengerti ucapanku."Itu artinya, Ibu dan Bu Sarah melahirkan hampir bersamaan, yang artinya mereka hamil hampir bersamaan juga," jawabku.Kening Mas Lana semakin berkerut, membuat wajahny

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Pengakuan

    "Mas Rafka!"Aku kaget dan seketika mendorong tubuh Rafka sekuat tenaga, sehingga hampir membuatnya terjatuh. Tapi sepertinya Rafka tidak peduli pada kedatangan Nikita."Tolong, Dara. Aku ingin bicara. Aku ingin minta maaf. Kamu tidak tahu aku sudah seperti orang gila beberapa tahun ini," ucapnya dengan pandangan memelas padaku.Aku tak menjawab ucapannya. Minta maaf? Karena sudah meninggalkanku dalam kondisi terpuruk? Atau karena alasan lain?"Apa-apaan ini, Mas?!" Nikita menarik tangan Rafka menjauh dariku, lalu menatap ke arahku dan Rafka bergantian dengan amat gusar."Maaf, silakan kalian selesaikan ini berdua. Aku harus pulang. Aku tidak mau ikut campur," ucapku, sambil membalikkan badan."Jangan kabur, Kak!" Nikita menghalangiku saat bersiap membuka pintu mobil. "Kak Dara rupanya mau menjadi duri dalam rumah tanggaku? Mau merayu suamiku?"Aku menoleh ke arah Nikita, menatapnya dengan berani."Ayolah, Nikita. Najis sekali aku merayu pria penge--cut seperti suamimu itu," sahutku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • BUKAN MENANTU MISKIN   Ancaman

    POV Author"Ada apa ini, Niki, Rafka?" Bu Sarah keluar dari dalam rumahnya ketika mendengar suara keributan di luar rumahnya.Nikita seketika berhambur ke arah Mamanya, mengadu apa yang baru saja dia ketahui."Mas Rafka itu ternyata mantannya Kak Dara, Ma!" ucapnya."Apa?" Bu Sarah seketika melotot ke arah Rafka. "Apa benar itu, Rafka?"Rafka tak menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Dia hanya memijit keningnya yang mendadak pening."Itu benar, Ma! Dia bahkan mengaku jika dulu mereka saling mencintai!" ucap Nikita lagi, lagi-lagi merengek seperti anak kecil.Bu Sarah membuang napas kesal, lalu menatap putrinya."Itu kan cuma masa lalu, Nikita! Lagipula, Rafka sekarang itu sekarang sudah menjadi suamimu. Jadi tidak perlu mempermasalahkan hal itu lagi," ucapnya kemudian."Tapi, Ma ....""Sudah, diam kamu!" hardik Bu Sarah lagi, lalu berjalan mendekat ke arah Rafka."Maafkan Nikita, Rafka. Dia itu kadang memang suka kekanak-kanakan. Mama tidak akan mempermasalahkan masa lalumu. Cuma mantan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18

Bab terbaru

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Akhir ( END )

    Mereka semua benar-benar terkejut, karena ternyata yang berdiri di depan mereka rupanya adalah Pak Firman. Penampilannya telah berubah 180 derajat dari sebelumnya. Dia tampak lebih kurus, dengan setelah baju koko yang dia kenakan."Aisyah ...." Kata pertama yang keluar dari bibirnya, diiringi oleh kedua matanya yang berkaca. Tampak sekali dia merindukan sosok mantan istrinya itu."Ya Allah, Mas. Mas Firman menghilang begitu saja, dan ternyata ... di sini?" ucap Bu Aisyah, belum mampu mengungkapkan perasaannya ketika akhirnya bertemu kembali dengan sang mantan suami.Pak Firman tak langsung menjawab. Dia menatap satu-persatu orang-orang yang amat dia kenal itu. Wajah mereka masih diliputi perasaan kaget, juga penuh tanda tanya. Kemudian pandangannya kembali jatuh pada mantan istrinya itu."Alhamdulillah, aku menemukan kedamaian di tempat ini, Aisyah," jawab Pak Firman kemudian seraya tersenyum simpul."Masyaa Allah, Mas." Bu Aisyah tak bisa menahan rasa haru, melihat Pak Firman yang se

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Pada akhirnya

    "Astaghfirullah, apa yang terjadi?" Dara ikut khawatir melihat keadaan Bu Sarah."Suster! Tolong, Suster!" Lana akhirnya memanggil Suster dengan panik.Tak berapa lama kemudian, beberapa orang petugas rumah sakit akhirnya datang, dan langsung melakukan pertolongan pada Bu Sarah."Ya Allah, semoga semuanya baik-baik saja," ucap Bu Aisyah kemudian."Pasti berat bagi Bu Sarah melihat kondisi putrinya seperti itu," ucap Lana seraya mengelus pundak ibunya. "Apalagi secara tidak langsung, Bu Sarah sudah memaksakan jalan yang salah pada Nikita.""Semoga setelah ini Mbak Sarah menyadari semua kesalahannya," ucap Bu Aisyah lagi, turut membayangkan apa yang Bu Sarah rasakan."Mereka terlalu menganggap enteng keluarga Heryawan," sahut Bu Laila. "Dan rupanya mereka memang dalang di balik apa yang dialami Dara tiga tahun yang lalu. Tidak bisa dimaafkan!"Dara hanya bisa terdiam. Memang semua yang telah terjadi tidak bisa dikembalikan lagi. Namun setidaknya, Rafka sudah dengan berani membongkar kej

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Pengorbanan

    "Siapa, Dek?" tanya Lana ketika melihat ekspresi wajah istrinya yang begitu kaget."Ini ... Rafka, Mas," jawab Dara dengan suara bergetar."Rafka?" Bu Sarah seketika menyahut dalam tangisnya. "Dia pasti tahu sesuatu! Tapi dia tidak mau mengatakannya padaku! Dia pasti bersekongkol dengan Papanya!""Tenanglah, Mbak. Nikita pasti baik-baik saja," ucap Bu Aisyah, berusaha menenangkan Bu Sarah yang dari tadi histeris."Aku tidak bisa tenang, Aisyah. Tolong, aku tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi." Badan Bu Aisyah ambruk, dia duduk berlutut dengan kedua tangan menangkup di dada."Jangan seperti ini, Mbak. Kita akan berusaha membantu." Bu Aisyah membantu Bu Sarah berdiri.Dara seketika mengetik balasan pada Rafka, memintanya untuk memberitahunya di mana lokasinya saat ini."Ayo, Mas, kita pergi sekarang juga," ucap Dara kemudian pada Lana."Ibu ikut ya, Nduk?" sahut Bu Aisyah."Jangan, Bu. Ibu di rumah saja bersama Bu Sarah. Tunggu saja kalau kami sudah mendapatkan kabar baik," ja

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Lancang

    "Minumlah, Nduk."Bu Aisyah mengulurkan secangkir teh hangat untuk Dara. Sejak bertemu dengan dengan Rafka dan Nikita di rumah sakit, menantunya itu lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Semua itu membuatnya cemas saja."Terima kasih, Bu." Dara menerima cangkir teh itu, lalu menyeruputnya. Rasa hangat seketika mengalir ke arah tenggorokannya."Nduk Dara baik-baik saja, kan?" tanya Bu Aisyah lagi, seraya menatap menantunya itu dengan tatapan sedih."Aku baik-baik saja, Bu," jawab Dara seraya mencoba tersenyum.Memang dia tak bisa berbohong, jika hatinya tengah kalut, mungkin juga terlalu sakit hati. Bahkan mungkin dia seharusnya merutuki kebo--dohannya sendiri. Dulu dia terlalu naif, menjalin hubungan dengan pria yang jelas-jelas berasal dari keluarga yang menjadi musuh besar keluarganya. Berharap jika suatu saat mereka bisa menyatukan kedua keluarga itu."Dek ...." Lana memegang pundak Dara, membuyarkannya dari lamunan. "Apa tidak sebaiknya kita bicara pada Mama dan Papa mengenai

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Para Penjahat

    "Katakan padaku, Rafka!" Dara mengulangi ucapannya.Rafka menatap ke arah Dara. Bibirnya bergetar, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak punya keberanian. Dia kemudian menepis tangan Dara, kemudian membuang muka."Aku tidak tahu apapun!" ucapnya kemudian."Kejadian tiga tahun yang lalu?" Lana ikut menatap Rafka tajam. "Apa benar semua itu ulah keluarga Heriyawan?""Jangan ikut campur kamu, Lana! Sudah kubilang aku tidak tahu apapun!" jawab Rafka lagi."Sudah pasti saya harus ikut campur! Dara istri saya, dan apa yang terjadi padanya adalah tanggung jawab saya juga," sahut Lana kemudian."Keluargaku tidak ada kaitannya dengan kejadian apapun! Harus berapa kali aku menjelaskan?" Rafka tetap menyangkal.Dara menggertakkan rahang. Dia tahu Rafka berbohong. Dia pasti menyembunyikan sesuatu. Dara ingat dengan benar, malam itu Rafka yang sedang punya janji dengannya, dan dia tidak datang tanpa alasan. Tanpa kabar. Dara yang berusaha melupakan kejadian mengerikan itu, kini mulai in

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Iman

    "Astaghfirullah, Bu. Jangan seperti ini," ucap Lana kemudian sambil membantu Hajah Saidah berdiri."Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan pada Syifa, Lana. Tolong, Lana. Cuma kamu yang bisa menolong anak saya," ucap Hajah Saidah lagi."Istighfar, Bu Hajah. Pasti ada jalan keluar yang lebih baik. Serahkan sepenuhnya pada Allah, Bu," sahut Bu Aisyah, turut merasa sedih melihat Hajah Binti.Hajah Saidah tidak mempedulikan ucapan Bu Aisyah. Dia justru beralih menatap ke arah Dara."Saya tahu kamu adalah istrinya Lana, tapi kamu juga perempuan. Anak saya sudah mencintai Lana lebih dulu. Jadi tidak bisakah kamu membagi cinta Lana dengan putri saya?" ucapnya, yang langsung membuat Dara membulatkan mata."Astaghfirullah, Bu. Tolong jangan mengajukan permintaan yang tidak mungkin pada istri saya," sahut Lana. "Saya akan bicara dengan Syifa. Saya akan menjelaskan semuanya, agar dia bisa segera melupakan perasaannya pada saya.""Itu benar, Bu Hajah." Bu Aisyah menimpali. "Pasti Syifa

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Rahasia

    "Apa yang kamu lakukan di sini, Niki?!"Nikita seketika menoleh, dan mendapati Rafka sudah berdiri di sana dengan wajah gusar. Dia cepat-cepat menarik tangan Nikita keluar ruangan, mematikan lampu ruangan itu, lalu menutupnya kembali dengan rapat. Setelah itu, dia kembali menatap tajam ke arah istrinya itu."Kamu tidak mendapat peringatan dari Bik Rubi?" ucap Rafka kemudian."M-maaf ... Mas. Aku ... aku tadi cuma ...." Tubuh Nikita belum berhenti gemetar. Dia sungguh-sungguh ketakutan melihat apa yang ada dalam ruangan tadi.Rafka kembali menarik tangan Nikita dengan kasar, membawanya kembali masuk ke dalam kamarnya."Dengar ya, Niki! Kalau kamu masih mau bernapas besok, lebih baik diam dan bersikap tidak tahu apa-apa di rumah ini! Apalagi nanti ketika Mamamu ikut tinggal di sini! Pastikan kalian berdua tidak sedikitpun membuat keributan!" ucap Rafka lagi.Nikita mengangguk pelan, masih berusaha untuk menghilangkan rasa ketakutannya. Rafka kemudian membanting pintu, membiarkan dia sen

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Terungkap

    "Mama!" Nikita terus menggoncang tubuh Mamanya yang tak juga sadarkan diri."Astaghfirullah, Bu Sarah baik-baik saja?" Bu Aisyah ikut berdiri, lalu mendekat ke arah mereka.Begitu pun dengan Dara dan Lana, ikut khawatir juga melihat Bu Sarah sampai pingsan seperti itu."Jangan mendekat kalian!" Teriak Nikita sambil menatap mereka tajam. "Ini pasti rencana kalian, kan? Kalian sengaja mau membuat kami malu! Sengaja menghasut Papa untuk membuat kami kehilangan semuanya!""Jangan bicara sembarangan, Niki," jawab Lana. "Kami semua benar-benar tidak tahu apa-apa tentang hal ini.""Bohong kalian! Sekarang kalian sudah puas, kan? Pergi dari tempat ini sekarang juga!" teriak Nikita lagi."Maaf, Nona Nikita," sahut Pak Notaris. "Tapi perusahaan ini sekarang susah sepenuhnya jadi milik Pak Lana. Jadi yang seharusnya meninggalkan tempat ini adalah Nona Nikita dan Bu Sarah."Wajah Nikita seketika merah padam mendengar ucapan Notaris itu. Dia kemudian mengambil ponselnya, lalu menghubungi Rafka sua

  • BUKAN MENANTU MISKIN   Wasiat

    "Sekarang katakan, di mana suami saya, Aisyah!" ucap Bu Sarah lagi."Dia tidak ada di sini, Bu! Lagipula Bu Sarah kan istrinya. Masa suaminya pergi ke mana tidak tahu, sih?" jawab Dara."Sudah jelas dia datang ke sini beberapa hari yang lalu, kan? Pasti kamu menghasutnya untuk kembali padamu kan, Aisyah!""Astaghfirullah, Bu. Istighfar," sahut Bu Aisyah. "Kalau saya mau melakukan hal itu, pasti sudah sejak dulu saya lakukan.""Halah, kamu tidak pernah berubah, Aisyah! Tetap sok suci seperti dulu!" Bu Sarah semakin menggebu-gebu."Sudahlah, Bu Sarah. Kami sudah bilang Pak Firman tidak ada di sini. Sebaiknya Bu Sarah pulang saja. Jangan membuat keributan di rumah kami," ucap Dara kemudian."Punya hak apa kamu mengusir saya? Dengar, ya? Kalau bukan karena kebaikan hati saya, rumah ini tidak akan pernah menjadi milik kalian!" Bu Sarah menunjuk ke arah Dara."Rumah ini adalah hak Mas Lana sebagai pewaris sah keluarga Sadewa. Jadi Bu Sarah juga tidak punya hak untuk mengungkit masalah itu l

DMCA.com Protection Status