"Mau makan dulu?" tanya Azka kala mereka baru saja keluar dari jalan tol."Gak usah. Pengen cepat sampai di tujuan aja," ucap Clara yang sejak pergi hingga sekarang masih mengenakan kacamata hitamnya. Ia baru bicara saat Azka mengajaknya bicara. Itu juga kalau pertanyaan yang Azka lontarkan Clara rasa penting."Yakin, kamu gak lapar? Aku kayak dengar suara dari perut kamu," kata Azka mendelik.'Pake acara bunyi lagi ini perut' kesal Clara dalam hati.Azka memasang lampu signnya dan berbelok masuk ke salah satu supermarket."Mau ikut masuk?""Gak, aku tunggu di mobil aja," ucap Clara. Apa jadinya kalau ia turun berdua dengan Azka, yang ada bakal langsung banyak mata yang mengawasi dan mengirimkan foto ke akun gosip. Ia melepas kacamatanya."Ini gak ada tisu apa?" Clara meraba sekitarnya mencoba mencari tisu. Ia melepas sabuk pengaman dan berbalik menghadap belakang."Kamu cari apa, Cla?" tanya Azka membuka pintu membawa satu plastik makanan dan minuman."Ngapain sih tisu ditaruh di bel
Sudah dua belas hari mereka lalui bersama untuk syuting film ini. Sejak pagi Clara, Azka, dan yang lain sibuk dengan adegan masing-masing. Menjelang pukul empat sore, konsumsi untuk mereka datang. Suara Mas Bramana yang menyuruh untuk break sejenak disambut bahagia oleh semua pemain dan juga kru."Mau apa? Biar aku ambilin, Cla," kata Lisa saat Clara mendekat."Terserah kamu aja, Lis. Tapi aku minta teh hangat ya. Kayaknya aku gak enak badan," kata Clara duduk dan bersandar di sofa. Ia mengambil minyak kayu putih dan mengoleskannya di kening.Dari jauh Azka melihat apa yang Clara lakukan, lalu ia mendekati Lisa."Clara sakit ya, Lis?" tanya Azka."Kok tau? Dia bilang sama kamu ya?" tanya Lisa bingung."Nggak. Barusan aku lihat dia pakai minyak kayu putih," sahut Azka."Oh. Kirain dia bilang sama kamu. Karena setahu aku dia gak suka sama kamu," ucap Lisa sambil tertawa."Ia. Aku juga bingung. Aku ada salah apa sama dia sampai dia gak suka sama aku. Bawaannya bete aja sama aku," ucap Az
Mengambil setting di rumah sakit, ini adalah syuting adegan-adegan terakhir sebelum proses produksi film selesai."Gimana udah siap lahiran kan?" goda Azka sambil mengelus perut buncit bohongan Clara."Siapa banget lah. Ini kan adegan-adegan terakhir. Artinya aku gak bakal ketemu-ketemu lagi," sahut Clara."Kita pasti masih ketemu lagi. Nanti kan kita ada agenda roadshow beberapa kota," kata Azka tak mau kalah.Clara melirik Azka tajam. Tak ingin terlibat pembicaraan lagi, Clara meraih kertas yang ia letakkan di sampingnya kemudian membaca skrip untuk adegan yang akan ia perankan.'Hah perasaan ini gak ada kemarin. Kenapa adegan ini tiba-tiba ada' gumam Clara dalam hati. Ia berulang kali membaca skrip yang ia pegang dan masih sama. Adegan itu harus ia lakukan di scene terakhir."Cla, siap-siap ya," kata Mas Bramana memberitahu."Iya, Mas," sahut Clara.Ia dan Azka lalu masuk ke dalam set. Sebuah kamar rawat inap lengkap dengan keranjang bayi dan bayi di dalamnya. Adegan kali ini adal
Menggeliatkan tubuhnya, Clara terbangun di pukul empat pagi. Ia melirik infus di tangannya yang terasa perih dan ternyata berdarah. Ia lalu menekan tombol bel dan beberapa menit kemudian seorang perawat datang ke kamarnya."Bisa diperbaiki?" tanya Clara menunjukkan tangan kirinya."Tunggu sebentar, saya ambilkan dulu yang baru," kata perawat itu sembari keluar dari kamar Clara lalu datang lagi dengan membawa peralatan di tangannya.Clara menempelkan jari telunjuk di bibir. Memberikan isyarat pada perawat itu supaya tidak berisik agar Azka tak terbangun."Makasih ya," ucap Clara saat perawat itu selesai mengganti jarum infus.Dari atas tempat tidur, Clara menatap Azka. Ia masih bingung dengan sikap baik dan perhatian Azka padanya. Ucapan sayang yang Azka lontarkan kemarin masih belum bisa ia terima sepenuhnya. Ia benar-benar ragu dengan Azka. Takut Azka hanya mempermainkannya saja. Takut apa yang Azka katakan itu hanya emosi sesaat karena intensitas kebersamaan mereka selama syuting fi
Setelah dua hari tanpa kegiatan, hari ini Clara dijadwalkan untuk pemotretan guna kepentingan promosi film. Dengan ditemani Lisa, mereka berdua pergi ke dalam salah satu studio foto milik fotografer handal."Masih gak enak badan, Cla? Dari tadi diam aja," ucap Lisa."Dua hari gak ketemu sama dia aku rasanya damai-damai aja. Hari ini harus ketemu lagi sama dia. Pemotretan."Lisa terkekeh. "Kamu lo hampir dua minggu lebih akting sama dia, tetap aja belum klop di luar syuting.""Ngapain harus klop sama dia? Ogah ah," tolak Clara tegas."Coba sekali-kali kamu berdamai sama rasa gak suka kamu ke dia. Hati-hati lo, bisa aja suatu saat gak suka kamu ke dia berubah jadi suka," goda Lisa."Jangan sampai, Lis. Semua pria itu sama aja. Cuma mau mempermainkan wanita," cetus Clara."Gak semuanya, Cla." Lisa bersuara.'Salah satunya Azka, Cla. Dia suka kamu dari dulu. Dulu sampai sekarang rasa suka dia gak berubah sama kamu' gumam Lisa dalam hati. Zaman sekolah dulu, Lisa pernah menyimpan perasaan
Sedang berjalan di mall sendirian, Clara masuk ke salah satu toko parfum. Berjalan menyusuri etalase, ia mendengar beberapa orang berbisik-bisik membicarakan filmnya yang masih beberapa hari lagi akan tayang."Trailernya aja sudah lucu. Romantis gini. Yang main Azka lagi, cocok ya sama Naomi Clara. Aktingnya keren juga.""Naomi Clara ini yang sering main FTV kan?""Iya. Aku kalau dirumah gak ada kerjaan, suka nonton FTV dia.""Aku udah lama follow sosmed dia."Clara senyum-senyum sendiri mendengarkan percakapan orang itu. Rupanya ia cukup dikenal di masyarakat."Selamat siang, Kak Clara," sapa staf toko parfum itu."Siang," sahut Clara.Beberapa orang yang tadi asik membicarakan Clara, langsung menengok. Rupanya mereka adalah staf toko parfum itu juga. Tanpa pikir panjang, mereka langsung meminta foto bersama."Makasih ya Kak buat fotonya," ucap mereka bergantian."Sama-sama," sahut Clara kemudian meminta tolong dicarikan parfum yang biasa ia pakai.Setelah membayar parfum itu di kasi
Hari yang begitu dinantikan oleh Mas Bramana dan seluruh pemain serta kru akhirnya tiba juga. Hari ini film yang Clara dan Azka mainkan akan diputar serentak di seluruh bioskop Indonesia. Clara, Lisa, Papa, Bu Iin dan juga Bi Asih telah berada di bioskop."Bu Iin duduk di sini ya. Di samping Azka," ucap Clara mengantarkan Bu Iin duduk di samping Azka. Tempat duduk yang seharusnya ia tempati. "Yang bener, Mbak?" Bu Iin tak percaya."Bener, Bu. Dia juga pasti gak keberatan. Bu Iin ka fans dia," ucap Clara melirik Azka."Silahkan, Bu. Dengan senang hati," sambut Azka.Clara lalu naik satu anak tangga, duduk tepat di belakang Azka bersama Lisa, Papa, dan Bi Asih.Menikmati film dengan durasi satu setengah jam itu, Clara di buat bahagia dengan komentar dan ekspresi dari semua pengunjung bioskop. Film dengan genre romantis itu berhasil membuat pengunjung baper."Selamat ya, Cla." Papa merangkul dan mencium kening putri semata wayangnya itu."Makasih, Pa.""Papa bangga sama kamu, Cla."Clar
Duduk dengan yang lain di ruang tunggu, Clara menikmati bekal roti yang dibikinkan oleh Bu Iin."Makan sendiri aja," sapa Azka duduk di samping Clara."Memangnya kamu mau makan bekas gigitan aku?" tanya Clara menyodorkan roti yang telah ia gigit."Kalau kamu mau, ya aku mau," ucap Azka santai.Terdengar suara pemberitahuan dari speaker. Untuk penumpang tujuan Yogyakarta agar masuk ke dalam pesawat."Sini aku bawain," kata Azka membawakan tas milik Clara yang masih asyik makan."Yuk," ajak yang lain.Masuk satu per satu ke dalam pesawat Clara mendapatkan nomor kursi di deretan depan."Aku di samping kamu. Kamu mau duduk dimana? Dekat jendela?""Jangan bercanda? Masih banyak kursi lain kan?" protes Clara."Kalian berdua ini ada apa sih? Cepet duduk, penumpang yang lain juga mau masuk," ucap Anisa yang masih berdiri menunggu Azka duduk baru ia bisa menuju kursinya.Dengan sangat terpaksa Clara duduk di dekat jendela, tentunya dengan Azka di sampingnya."Ini lo tiketnya, nomor kursinya ini
Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga
Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka
Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu
Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata
Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera
Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita
Bima stand by di bandara untuk menjemput Azka. Setelah kesana kemari mencari tiket keberangkatan pesawat di hari yang sama, Azka akhirnya tiba juga di Bandara. Mengenakan sweater hitam serta topi lengkap dengan kacamata, ia berhasil keluar dari bandara tanpa ketahuan siapa-siapa."Makasih ya, Bim," ucap Azka begitu masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan kursi, mencari posisi terenaknya.Bima hanya mengangguk."Kita langsung ke rumah Clara ya," lanjut Azka.Sama seperti tadi, Bima hanya mengangguk."Lagi sakit, Bim? Gak ada bunyi dari tadi." Azka merasa Bima tak seperti biasanya."Maaf, Mas," lirih Bima. "Buat apa minta maaf, Bim?""Maaf, Mas. Aku ngasih nomor ponsel Clara sama Ibunya Mas Azka," tukas Bima dengan nada penuh penyesalan."Huft. Ibu dapat nomor Clara dari kamu rupanya, Bim. Pantesan Ibu bisa nelpon Clara.""Maaf banget, Mas. Aku gak ada pilihan lain. Usaha orangtua dan sekolah adikku jadi taruhannya. Kalau Bude sampai marah, Mas Azka pasti tau apa akibatnya," lirih Bima pas
Dengan perasaan yang penuh emosi, Ibu duduk di ruang tamu dan meraih ponselnya. Ia membuka pesan Bima yang telah mengirimkan nomor ponsel Clara."Liat apa yang Ibu lakukan," gerutu Ibu menempelkan ponsel di telinganya setelah menekan gambar gagang telepon di ponselnya. Nomor ponsel yang ia tuju tak langsung terhubung. Namun di percobaan kedua, suara Clara telah ia dengar di ujung telepon."Maaf, dengan siapa saya bicara?" tanya Clara kala tak mendengar suara dari panggilan masuk itu."Halo, selamat pagi," ucap Clara lagi."Rupanya telepon saya waktu itu gak ada pengaruhnya buat kamu ya," ucap Ibu begitu ketus."Maaf ini dengan siapa? Mungkin salah sambung," sahut Clara tak berpikir aneh-aneh."Saya Ibunya Azka. Kamu tahu? Saya Ibunya Azka," ucap Ibu berulang kali penuh penekanan."Oh maaf saya gak tahu, Tante. Tante apa kabar? Sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Clara berusaha ramah."Jangan tanya-tanya soal itu! Saya minta kamu jauhi anak saya, karena dia sudah saya jodohkan dengan
Sedang santai di menonton film, Bima dikejutkan dengan panggilan masuk dari Ibunya Azka."Hah, tumben Bude telepon? Bukannya Bude lagi di rumah sakit," gumam Bima. Awalnya ia sedikit ragu untuk mengangkat, tapi ponselnya terus menerus berdering. Berpikir ada hal yang penting, Bima akhirnya menerima panggilan itu."Selamat pagi, Bude," ucap Bima."Pagi, Bim.""Ada apa ya, Bude? Bude sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Bima."Bude masih di rumah sakit. Bude mau minta tolong sama kamu," ucap Ibu."Minta tolong apa ya, Bude?" tanya Bima dengan perasaan yang kurang enak. Takut Bude nya itu akan minta tolong yang aneh-aneh."Bude minta nomor ponsel pacarnya Azka. Sekarang kamu kirim sama Bude," ucap Ibu. Dari nada suara yang Bima dengar, ia bisa membayangkan wajah Bude nya itu pasti sedang melotot.'Aduh, ini pasti ada yang gak beres' gumam Bima dalam hati."Bima gak punya nomor ponsel Clara, Bude," sahut Bima berbohong. Padahal pada kenyataannya ia menyimpan nomor ponsel Clara."Gak mung