"Mau kubuatkan sarapan?" Entah tidak mengerti keadaan atau karena terlalu peduli pada Reyna, bisa-bisanya Sicheng menanyakan pertanyaan seperti itu kepada gadis yang bahkan tidak sempat memakai kaus kaki karena ia kesiangan dan tidak sampai sepuluh menit lagi kereta tujuannya akan berangkat.
"Kau ini bodoh atau apa? Kau tidak lihat aku sedang buru-buru?" Seperti dugaan, respon Reyna akan seperti ini.
Gadis itu buru-buru keluar dari flatnya mengambil langkah secepat mungkin agar ia sampai di stasiun, Reyna harus di sana sebelum kereta berangkat. Gadis jtu akan merasa rugi jika ia harus merelakan uangnya untuk membayar taxi yang biayanya bisa berlipat kali lebih besar.
----
"Aku membawakan sarapan untukmu" Reyna tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi sekarang Sicheng sudah berdiri di sebelahnya. Pagi ini Reyna harus rela berdiri di kereta karena tidak ada lagi kursi kosong yang tersedia. Semua orang mengawali hari di jam seperti ini, jadi tidak heran kalau kereta ini dipenuhi orang-orang bermuka serius dengan setelan rapi khas orang sibuk."Kau?! Bagaimana bisa kau di sini?" Pekik Reyna yang membuat beberapa pasang mata mengarah kepada mereka berdua.
"Aku sedang menjalankan tugasku" Sicheng menunjukkan tas kecil yang berisi sarapan untuk Reyna "aku memasak Kartoffelsalat*, kau suka kan?"
"Baiklah, terserahmu saja"
Jarak dari flat Reyna ke tempatnya mengajar tidak terlalu jauh. Hanya 5 pemberhentian yang perlu dilewati. Namun saat ini ia merasa sangat tidak nyaman karena beberapa orang terlihat memperhatikan rambut merah jambu milik Sicheng. Benar apa yang apa Reyna pikirkan selama ini, rambut itu aneh.
----
"Sudah kubilang rambutmu itu aneh, kau lihat sendiri kan tadi orang-orang memperhatikanmu" gerutu Reyna sambil terus berjalan ke arah gerbang yayasan milik seorang petinggi kota yang beberapa puluh meter lagi ada di depan mereka."Mereka mungkin iri dengan rambutku. lagi pula aku menyukainya, ini terlihat cocok untukku" ternyata Sicheng sangat mencintai dirinya sendiri.
"Aku akan menunggumu di sini" Reyna sebenarnya heran kenapa Sicheng selalu menunggunya di tempat ini. Maksudnya dua hari yang lalu Sicheng-- ataupun bayangan sialannya itu juga selalu menunggunya di gazebo luar pagar utama yayasan tempat ia mengajar.
"Kenapa kau tidak ikut masuk?"
"Di dalam sana banyak anak-anak, mungkin beberapa dari mereka akan kaget atau bahkan takut ketika melihatku" Sicheng menjawab santai lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
"Tidak akan ada yang takut melihatmu dengan rambut anehmu itu, Mike" sekali lagi Reyna memanggil Sicheng dengan nama Inggrisnya.
"Bukan begitu Reyna. Wujud asliku ti--"
"Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan ocehanmu, aku pergi dulu" potong Reyna sebelum Sicheng menyelesaikan kalimatnya. Bersama dengan itu Sicheng mentap Reyna masuk ke pintu gerbang, tidak lupa wanita itu memberikan senyuman kepada Wachmann* yang berjaga di samping gerbang.
----Percayalah, selama menunggu Reyna mengajar Sicheng tidak pernah meninggalkan sedetikpun tempat itu. Jika ia bosan dengan ponselnya maka ia akan memainkan bebatuan kecil di sekitarnya atau kadang ia menjahili orang yang berlalulalang di depannya dengan kekuatan yang ia miliki. Pada dasarnya imp memang tidak jahat, mereka hanya suka usil dan ingin bermain-main dengan manusia."Rambutmu terlihat bagus tuan" Suara itu mengagetkan Sicheng karena ia tahu jelas siapa pemilik suara tersebut.
Sicheng langsung berdiri mengambil langkah menjauh sebisa mungkin dari pria bersetelan Overcoat yang dipadukan dengan jeans hitam itu.
"Tenang bung, aku tidak datang untuk menjemputmu, aku hanya ingin melihat keadaanmu" pria itu berbicara tenang.
"Kau terlihat baik-baik saja, aku hanya memastikan. Baiklah kalau begitu aku pergi" tidak banyak bicara, pria itu langsung pergi berjalan ke arah utara dan menghilang di persimpangan jalan begitu saja bahkan tanpa mendapatkan jawaban satu kata pun dari Sicheng.
Sicheng menenangkan diri setelah pria itu tidak terlihat lagi. Pasalnya pria itu adalah seorang pastor di salah satu gereja tua di tepi kota. Sejak lama ia ingin menangkap Sicheng namun makhluk itu selalu mampu kabur ataupun melawan para pastor itu. Sudah ia katakan, bahwa terkurung di dalam botol sialan itu sangat tidak nyaman.
Tidak lama setelahnya Reyna berjalan keluar dari pintu gerbang ke arah Sicheng. Namun hari ini terlihat sedikit berbeda, Ada seorang anak kecil yang menggandeng tangannya.
"Hei, kau sudah selesai? Siapa jagoan kecil ini?" Sicheng menyapa Reyna juga memperhatikan sekilas anak kecil itu.
Wajah anak itu terlihat sedikit ketakutan dan mengeratkan tangannya di genggaman Reyna. Ini yang Sicheng takutkan, beberapa anak kecil ataupun orang dewasa yang mempunyai kemampuan khusus bisa melihatnya dengan penampilan yang berbeda.
"Ini Felix, hari ini ibunya tidak sempat menjemputnya. Jadi aku yang akan mengantarnya pulang" jelas Reyna singkat.
"Halo Felix, hari ini paman dan ibu guru cantik ini yang akan mengantarmu pulang. Kau tidak keberatan kan jika paman ikut?" Tanya Sicheng kepada anak itu.
"Apakah paman memang mempunyai tanduk dan juga sayap seperti itu? Itu sedikit menakutkan paman" melenceng dari pertanyaan Sicheng tadi, Felix malah mengatakan sesuatu yang membuat Reyna membelakkan mata.
"Apa yang kau katakan Felix? Tanduk dan sayap seperti apa?" Reyna langsung menanyakannya kepada Felix, karena sungguh menurut Reyna satu satunya yang terlihat aneh pada Sicheng hanyalah rambut merah jambunya, bukan sayap ataupun tanduk.
"Felix, sudah tante katakan jangan terlalu sering menonton kartun-kartun aneh itu. Lebih baik ulangi pelajaran yang kita pelajari tadi di rumah" lanjut Reyna kepada Felix yang masih menatap Sicheng dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
"Felix, kau takut pada paman?" Sicheng berjongkok di depan Felix menanyakan pertanyaan itu seolah tidak mendengar omelan Reyna barusan.
"Tidak. Tadi aku hanya sedikit terkejut. Tapi tanduk dan sayapmu itu asli kan paman?" Sicheng hanya mengangguk dengan senyuman kepada Felix. Lihatlah, Reyna semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.
----Gerbong kereta terlihat agak sepi, ini baru jam 1 siang dan Reyna sudah selesai dengan pekerjaannya. Mereka bertiga bisa duduk dengan nyaman tanpa berdesak-desakan, bahkan sekarang Felix sedang tertidur dengan menyandarkan tubuhnya ke Reyna."Felix bisa melihatku" ujar Sicheng.
"Maksudmu? Aku juga bisa melihatmu"
"Dia bisa melihatku dengan wujud lain yang tidak bisa kau lihat. Itulah mengapa aku tidak mau ikut masuk ke dalam tempat bekerjamu, di sana banyak anak-anak dan pasti ada beberapa dari mereka yang bisa melihatku. Aku hanya tidak ingin mereka ketakutan dan menangis sepanjang hari. Tapi untungnya Felix tidak takut padaku" tidak semua yang dijelaskan Sicheng mampu dicerna oleh akal sehat Reyna, Tapi ia diam saja karena gadis dengan setelan biru muda itu sedang tidak ingin mengeluarkan umpatan hari ini.
"Jadi, kenapa kau yang mengantar anak ini?" Tanya Sicheng lagi.
"Kupikir kau mengetahui semua tentangku bahkan warna dalaman yang kupakai sehari-hari" Reyna benar-benar mengira Sicheng mengetahui semua itu.
"Hei, apa yang kau katakan? Aku tidak mesum seperti itu. Juga, aku hanya mengetahui sebagian kecil tentangmu, seperti kau menolak dijodohkan dengan teman masa kecilmu, benar?" sungguh, Sicheng tidak tahu banyak tentang Reyna. Di kertas yang kemarin ia baca hanya ada beberapa info mengenai wanita ini.
Reyna mengangguk pelan mendengarnya, sedikit kaget juga karena Sicheng tahu tentang perjodohan gagal itu. Tapi Reyna tidak ambil pusing dengan itu, karena mungkin ia sudah sedikit percaya kalau makhluk aneh ini bukanlah manusia.
"Ibu dan ayah Felix dulunya mempunyai restoran kecil di dekat kampusku, aku sering sarapan di sana, saat itu Felix masih bayi. Tapi tiga tahun lalu ayahnya meninggal karena kecelakaan dan sekarang ibunya melanjutkan restoran itu sendirian. Syukurlah, restoran itu sekarang semakin dikenal dan sudah mempunyai beberapa karyawan. aku ingat dulu ibu dan ayahnya hanya menjalankan dan mengurusi restroran itu berdua saja" itu kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Reyna selama berbicara dengan Sicheng.
"Lalu apa urusannya denganmu sampai kau mau mengantar anaknya pulang?"
"Aku sangat kagum kepada ibunya. Ia bisa berjuang sampai seperti sekarang ini tanpa seorang suami. Dia juga yang memberi tahuku tentang yayasan tempatku mengajar sekarang. dan kau lihat, sekarang Felix bersekolah di tempat mengajarku. Jadi aku merasa bertanggung jawab atasnya" tidak ada salahnya Reyna berterimakasih dengan cara ini. Kadang jika waktunya senggang, ia juga akan pergi ke restoran milik ibu Felix untuk sekedar mengobrol dan makan di sana.
----------
*Kartoffelsalat: salad kentang, makanan khas tradisional jerman berbahan utama kentang.*Wachmann: satpam, penjaga keamanan
Inilah yang paling Reyna suka dari anak kecil, mereka terlihat sangat menggemaskan saat tertidur. Wajah polos tanpa dosa itu selalu membuat Reyna merasa nyaman melihatnya. Reyna fokus memperhatikan wajah Felix yang terlelap di bahu milik Sicheng. Setelah sampai di stasiun terdekat ke rumah Felix, mereka harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 8 menit untuk sampai ke rumah Felix dan Sicheng dengan senang hati menawarkan diri untuk menggendong Felix agar anak itu tetap dapat tertidur tanpa terganggu. Benar saja, Felix terlihat sangat nyaman menyenderkan kepalanya di bahu Sicheng. "Yang mana rumah Felix?" Tanya Sicheng yang masih setia berjalan mengikuti Reyna sambil menggendong Felix di pelukannya. "Di pertigaan itu, yang atapnya berwarna merah tua" Reyna menunjuk pertigaan yang jaraknya hanya 7 meter dari tempat mereka berdiri sekarang. ------
"Selamat pagi ibu guru cantik --oh bukan, ini weekend ternyata. Selamat pagi Reyna Xu" Sicheng menyapa Reyna yang baru keluar dari kamar dengan nyawa yang belum terkumpul sepertinya. Gadis itu melewati Sicheng begitu saja sambil mengucek matanya lalu masuk ke kamar mandi yang berada persis di sebelah kamarnya dengan rambut yang masih berantakan. Mungkin Reyna lupa kalau di tempatnya ada makhluk lain selain dirinya.Sicheng hanya tertawa pelan melihat tingkah Reyna. Ini sudah pukul setengah 9 pagi dan Reyna baru bangun, padahal semalam ia tidur sangat awal dengan alasan terlalu lelah menghadapi kehidupan. Bahkan, semalam Reyna menolak ajakan Sicheng pergi keluar untuk sekedar mencari angin sambil berjalan-jalan di pinggiran sungai spree* atau mungkin menonton film di bioskop.Sicheng meletakkan Speckpfannkuchen* yang barusan ia buat sekaligus menyiapkan peralatan makan untuk mereka sarapan pagi ini. Sejak kemarin sore Sicheng sudah bisa kembali memakan semua
"Setelah ini kau ingin kemana lagi?" Tanya Sicheng ke Reyna yang baru saja menghabiskan vanilla milkshake yang dipesannya tadi. Ini sudah hampir sore dan mereka berdua memutuskan untuk makan di salah satu restoran kecil yang tidak jauh dari Tiergarten."Pulang" jawab Reyna singkat."Baik, kalau begitu kita akan belanja terlebih dahulu setelah itu kita pulang" entah kenapa hari ini Sicheng sangat senang. Mungkin karena ini hari pertama ia bisa menikmati vanilla latte setelah 1 abad atau mungkin karena hal lain yang ia juga masih bingung."Kalau kau sudah menentukan mau kemana selanjutnya, lalu kenapa kau harus repot-repot menanyaiku terlebih dahulu?" Protes Reyna."Bisa saja
Malam ini masih sama dengan malam kemarin dan malam-malam sebelumnya selama hampir dua minggu terakhir ini. Aku berbaring di tempat tidurku dan memikirkan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari Janeth yang tiba-tiba menikah di luar negeri, red velvet sialan itu, tornado yang terjadi tiba-tiba di kota, bahkan munculnya pria asing nan aneh yang sekarang sedang kubiarkan menginap di rumahku. Jujur saja, semenjak dia tinggal di flatku aku merasa lebih aman saat tidur di malam hari, tidak ada yang mengetuk pintuku di tengah malam, atau benda jatuh yang membuatku terbangun dari tidur lelapku.Pria aneh bernama Sicheng yang mengaku seorang imp yang sudah hidup dari abad 15 itu selalu membuatku sakit kepala setiap hari. Ada saja tingkah, kata-kata, atau kebiasaannya yang membuatku hanya bisa geleng-geleng kepala pa
Pagi ini Reyna memulai harinya seperti biasa. Pukul 07.40 Reyna sudah berada di yayasan tempat ia mengajar karena pembelajaran dimulai pukul 8. Lingkungan sekolah sudah mulai ramai oleh anak-anak yang sebagian datang diantar oleh orang tua mereka dan ada juga dijemput oleh bus sekolah. Reyna menyukai pemandangan ini. Ia akan ikut tersenyum saat melihat anak-anak tersebut tersenyum sambil melambaikan tangan atau saling bertukar pelukan hangat dengan orang tuanya. Reyna juga akan menyambut dengan ceria anak-anak yang turun dari bus sekolah kemudian berlari ke arahnya kemudian menyapanya dengan senyum secerah mentari di awal musim panas. Reyna menyukai itu.Senyum Reyna semakin merekah saat melihat Felix yang baru saja turun dari mobil ibunya lalu berlari ke arahnya. Adeline yang tidak sempat turun karena harus ke restoran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Reyna seakan berkata 'Aku
“kita akan ke Trier” ujar Sicheng tiba-tiba saat Reyna sedang fokus memakai sepatunya.“Trier? Sekarang? Kau lupa atau bagaimana kalau Trier itu jauh dari sini dan untuk sampai kesana paling tidak kita harus di pesawat selama satu setengah jam. Yang benar saja? Lagian kau ada perlu apa ke sana sampai harus mengajakku?” Reyna selalu tidak pernah mengerti bagaimana sebenarnya cara kerja otak pria itu, kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.“dengarkan dulu. Kita akan kesana dengan cara yang mungkin sangat asing bagimu, tapi bagaimanapun kita harus ke sana malam ini karena aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
“Ayo buka kembali toko rotimu” ujar Reyna tiba-tiba ke Sicheng yang masih sibuk dengan kompor dan wajan yang sekarang sudah seperti berpindah kepemilikan ke tangan pria dengan pupil coklat gelap itu. “Dalam rangka?” tanya Sicheng sambil memindahkan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi yang baru saja selesai ia buat ke piring. Reyna harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli beras demi membuat nasi goreng ini, karena harga beras di sini jauh lebih mahal daripada di tempat asal Reyna. “Sayang sekali kalau toko itu hanya dibiarkan seperti itu padahal kau bisa saja menghasilkan uang dari sana” “Begitukah? Jadi bagaimana dengan tugasku sebagai pelindungmu? Aku harus memastikanmu aman dan tidak terkena bahaya selama aku masih ingin tinggal di bumi milik tuhan ini” tanya Sicheng lagi setelah memikirkan saran dari Reyna untuk membuka kembali toko kue nya. “Kita bisa membukanya mulai dari jam makan siang sampai malam. Aku akan membantumu. Lagi pula aku
Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema
"Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu."Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu""Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng
"Sekolah diliburkan" ujar Reyna singkat saat keluar dari kamar mandi. Setelah kejadian semalam, seluruh akomodasi dan jaringan pusat kota dilumpuhkan untuk mencegah terjadinya aksi lain yang serupa. Bahkan jalur keluar masuk bandara juga diperiksa ketat oleh pihak berwajib dalam rangka mencari dan mewaspadai komplotan teroris yang mungkin masih berada di sekitar kota."Benarkah?" Sicheng tidak habis pikir mengapa para pemberontak itu bertindak sejauh ini padahal tidak ada gunanya untuk mereka. Belum tentu juga apa yang mereka inginkan tercapai, malah nyawa mereka yang menjadi taruhannya. Dengar-dengar dua anggota dari komplotan itu sudah tewas tepat setelah mereka melancarkan aksinya semalam, salah satu dari mereka adalah pria yang Sicheng dan Reyna lihat saat dievakuasi dan diangkat ke ambulans kemarin dalam kondisi tidak bernyawa karena terpaksa harus ditewaskan segera saat ia mengarahkan s
“Hari ini aku ingin membuat Mousse cake, kita belum pernah membuatnya di toko kan?” Sicheng mengikuti Reyna yang berjalan di depannya, gerbang yayasan tempat Reyna mengajar setelah mereka berjalan sekitar 350 meter dari stasiun.“Iya, belum pernah” Reyna menoleh sebentar ke arah Sicheng di belakangnya lalu kembali berjalan. “Kau tidak ke toko saja duluan? aku benar-benar tidak apa-apa tanpa harus kau tunggu seperti ini. Kau sudah lihat kan selama ini tidak pernah terjadi hal buruk apapun kepadaku” lanjut Reyna lagi sambil melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Sicheng.“Aku hanya melakukan tugasku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat aku tidak ada” jawab Sicheng sembari memberikan kotak bekal yang sejak tadi dibawanya. “Pizza sayur, tadi pagi kita tidak sempat sarapan” pasalnya pagi ini mereka hampir saja ketinggalan kereta karena Reyna yang lupa memasang alarmnya dan Sicheng yang menyangka bahw
Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya. Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen
Setelah hampir 3 jam bergelut dengan adonan kue juga membersihkan seluruh sudut toko akhirnya toko roti milik Sicheng yang diberi nama Nachthimmel itu sudah terlihat seperti sebulan lalu, hanya saja hari ini tidak terlalu banyak kue juga roti yang dibuat oleh Sicheng. Pria itu hanya membuat beberapa kue berukuran sedang dan belasan roti kecil dengan berbagai rasa. selesai menyusun kue-kue tersebut dengan kue keju pilihan Felix sebagai kue utama hari ini yang dipajang indah di etalase kaca tepat di bagian tengahnya, Reyna membalik papan penanda dengan tulisan ‘OPEN’ yang digantungkan di pintu toko menandakan bahwa toko itu siap menerima pembeli setelah sebulan lamanya.“Lalu apa yang akan kita lakukan paman?” Felix menjatuhkan tubuhnya di sofa coklat yang berada di sudut kanan toko itu.“Kita akan menunggu pembeli” jawab Sicheng ikut duduk di sebelah Felix.“Kalau tidak ada yang datang bagaimana?”“Past
Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema
“Ayo buka kembali toko rotimu” ujar Reyna tiba-tiba ke Sicheng yang masih sibuk dengan kompor dan wajan yang sekarang sudah seperti berpindah kepemilikan ke tangan pria dengan pupil coklat gelap itu. “Dalam rangka?” tanya Sicheng sambil memindahkan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi yang baru saja selesai ia buat ke piring. Reyna harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli beras demi membuat nasi goreng ini, karena harga beras di sini jauh lebih mahal daripada di tempat asal Reyna. “Sayang sekali kalau toko itu hanya dibiarkan seperti itu padahal kau bisa saja menghasilkan uang dari sana” “Begitukah? Jadi bagaimana dengan tugasku sebagai pelindungmu? Aku harus memastikanmu aman dan tidak terkena bahaya selama aku masih ingin tinggal di bumi milik tuhan ini” tanya Sicheng lagi setelah memikirkan saran dari Reyna untuk membuka kembali toko kue nya. “Kita bisa membukanya mulai dari jam makan siang sampai malam. Aku akan membantumu. Lagi pula aku
“kita akan ke Trier” ujar Sicheng tiba-tiba saat Reyna sedang fokus memakai sepatunya.“Trier? Sekarang? Kau lupa atau bagaimana kalau Trier itu jauh dari sini dan untuk sampai kesana paling tidak kita harus di pesawat selama satu setengah jam. Yang benar saja? Lagian kau ada perlu apa ke sana sampai harus mengajakku?” Reyna selalu tidak pernah mengerti bagaimana sebenarnya cara kerja otak pria itu, kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.“dengarkan dulu. Kita akan kesana dengan cara yang mungkin sangat asing bagimu, tapi bagaimanapun kita harus ke sana malam ini karena aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
Pagi ini Reyna memulai harinya seperti biasa. Pukul 07.40 Reyna sudah berada di yayasan tempat ia mengajar karena pembelajaran dimulai pukul 8. Lingkungan sekolah sudah mulai ramai oleh anak-anak yang sebagian datang diantar oleh orang tua mereka dan ada juga dijemput oleh bus sekolah. Reyna menyukai pemandangan ini. Ia akan ikut tersenyum saat melihat anak-anak tersebut tersenyum sambil melambaikan tangan atau saling bertukar pelukan hangat dengan orang tuanya. Reyna juga akan menyambut dengan ceria anak-anak yang turun dari bus sekolah kemudian berlari ke arahnya kemudian menyapanya dengan senyum secerah mentari di awal musim panas. Reyna menyukai itu.Senyum Reyna semakin merekah saat melihat Felix yang baru saja turun dari mobil ibunya lalu berlari ke arahnya. Adeline yang tidak sempat turun karena harus ke restoran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Reyna seakan berkata 'Aku