Pagi ini Reyna memulai harinya seperti biasa. Pukul 07.40 Reyna sudah berada di yayasan tempat ia mengajar karena pembelajaran dimulai pukul 8. Lingkungan sekolah sudah mulai ramai oleh anak-anak yang sebagian datang diantar oleh orang tua mereka dan ada juga dijemput oleh bus sekolah. Reyna menyukai pemandangan ini. Ia akan ikut tersenyum saat melihat anak-anak tersebut tersenyum sambil melambaikan tangan atau saling bertukar pelukan hangat dengan orang tuanya. Reyna juga akan menyambut dengan ceria anak-anak yang turun dari bus sekolah kemudian berlari ke arahnya kemudian menyapanya dengan senyum secerah mentari di awal musim panas. Reyna menyukai itu.
Senyum Reyna semakin merekah saat melihat Felix yang baru saja turun dari mobil ibunya lalu berlari ke arahnya. Adeline yang tidak sempat turun karena harus ke restoran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Reyna seakan berkata 'Aku
“kita akan ke Trier” ujar Sicheng tiba-tiba saat Reyna sedang fokus memakai sepatunya.“Trier? Sekarang? Kau lupa atau bagaimana kalau Trier itu jauh dari sini dan untuk sampai kesana paling tidak kita harus di pesawat selama satu setengah jam. Yang benar saja? Lagian kau ada perlu apa ke sana sampai harus mengajakku?” Reyna selalu tidak pernah mengerti bagaimana sebenarnya cara kerja otak pria itu, kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.“dengarkan dulu. Kita akan kesana dengan cara yang mungkin sangat asing bagimu, tapi bagaimanapun kita harus ke sana malam ini karena aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
“Ayo buka kembali toko rotimu” ujar Reyna tiba-tiba ke Sicheng yang masih sibuk dengan kompor dan wajan yang sekarang sudah seperti berpindah kepemilikan ke tangan pria dengan pupil coklat gelap itu. “Dalam rangka?” tanya Sicheng sambil memindahkan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi yang baru saja selesai ia buat ke piring. Reyna harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli beras demi membuat nasi goreng ini, karena harga beras di sini jauh lebih mahal daripada di tempat asal Reyna. “Sayang sekali kalau toko itu hanya dibiarkan seperti itu padahal kau bisa saja menghasilkan uang dari sana” “Begitukah? Jadi bagaimana dengan tugasku sebagai pelindungmu? Aku harus memastikanmu aman dan tidak terkena bahaya selama aku masih ingin tinggal di bumi milik tuhan ini” tanya Sicheng lagi setelah memikirkan saran dari Reyna untuk membuka kembali toko kue nya. “Kita bisa membukanya mulai dari jam makan siang sampai malam. Aku akan membantumu. Lagi pula aku
Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema
Setelah hampir 3 jam bergelut dengan adonan kue juga membersihkan seluruh sudut toko akhirnya toko roti milik Sicheng yang diberi nama Nachthimmel itu sudah terlihat seperti sebulan lalu, hanya saja hari ini tidak terlalu banyak kue juga roti yang dibuat oleh Sicheng. Pria itu hanya membuat beberapa kue berukuran sedang dan belasan roti kecil dengan berbagai rasa. selesai menyusun kue-kue tersebut dengan kue keju pilihan Felix sebagai kue utama hari ini yang dipajang indah di etalase kaca tepat di bagian tengahnya, Reyna membalik papan penanda dengan tulisan ‘OPEN’ yang digantungkan di pintu toko menandakan bahwa toko itu siap menerima pembeli setelah sebulan lamanya.“Lalu apa yang akan kita lakukan paman?” Felix menjatuhkan tubuhnya di sofa coklat yang berada di sudut kanan toko itu.“Kita akan menunggu pembeli” jawab Sicheng ikut duduk di sebelah Felix.“Kalau tidak ada yang datang bagaimana?”“Past
Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya. Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen
“Hari ini aku ingin membuat Mousse cake, kita belum pernah membuatnya di toko kan?” Sicheng mengikuti Reyna yang berjalan di depannya, gerbang yayasan tempat Reyna mengajar setelah mereka berjalan sekitar 350 meter dari stasiun.“Iya, belum pernah” Reyna menoleh sebentar ke arah Sicheng di belakangnya lalu kembali berjalan. “Kau tidak ke toko saja duluan? aku benar-benar tidak apa-apa tanpa harus kau tunggu seperti ini. Kau sudah lihat kan selama ini tidak pernah terjadi hal buruk apapun kepadaku” lanjut Reyna lagi sambil melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Sicheng.“Aku hanya melakukan tugasku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat aku tidak ada” jawab Sicheng sembari memberikan kotak bekal yang sejak tadi dibawanya. “Pizza sayur, tadi pagi kita tidak sempat sarapan” pasalnya pagi ini mereka hampir saja ketinggalan kereta karena Reyna yang lupa memasang alarmnya dan Sicheng yang menyangka bahw
"Sekolah diliburkan" ujar Reyna singkat saat keluar dari kamar mandi. Setelah kejadian semalam, seluruh akomodasi dan jaringan pusat kota dilumpuhkan untuk mencegah terjadinya aksi lain yang serupa. Bahkan jalur keluar masuk bandara juga diperiksa ketat oleh pihak berwajib dalam rangka mencari dan mewaspadai komplotan teroris yang mungkin masih berada di sekitar kota."Benarkah?" Sicheng tidak habis pikir mengapa para pemberontak itu bertindak sejauh ini padahal tidak ada gunanya untuk mereka. Belum tentu juga apa yang mereka inginkan tercapai, malah nyawa mereka yang menjadi taruhannya. Dengar-dengar dua anggota dari komplotan itu sudah tewas tepat setelah mereka melancarkan aksinya semalam, salah satu dari mereka adalah pria yang Sicheng dan Reyna lihat saat dievakuasi dan diangkat ke ambulans kemarin dalam kondisi tidak bernyawa karena terpaksa harus ditewaskan segera saat ia mengarahkan s
"Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu."Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu""Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng
"Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu."Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu""Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng
"Sekolah diliburkan" ujar Reyna singkat saat keluar dari kamar mandi. Setelah kejadian semalam, seluruh akomodasi dan jaringan pusat kota dilumpuhkan untuk mencegah terjadinya aksi lain yang serupa. Bahkan jalur keluar masuk bandara juga diperiksa ketat oleh pihak berwajib dalam rangka mencari dan mewaspadai komplotan teroris yang mungkin masih berada di sekitar kota."Benarkah?" Sicheng tidak habis pikir mengapa para pemberontak itu bertindak sejauh ini padahal tidak ada gunanya untuk mereka. Belum tentu juga apa yang mereka inginkan tercapai, malah nyawa mereka yang menjadi taruhannya. Dengar-dengar dua anggota dari komplotan itu sudah tewas tepat setelah mereka melancarkan aksinya semalam, salah satu dari mereka adalah pria yang Sicheng dan Reyna lihat saat dievakuasi dan diangkat ke ambulans kemarin dalam kondisi tidak bernyawa karena terpaksa harus ditewaskan segera saat ia mengarahkan s
“Hari ini aku ingin membuat Mousse cake, kita belum pernah membuatnya di toko kan?” Sicheng mengikuti Reyna yang berjalan di depannya, gerbang yayasan tempat Reyna mengajar setelah mereka berjalan sekitar 350 meter dari stasiun.“Iya, belum pernah” Reyna menoleh sebentar ke arah Sicheng di belakangnya lalu kembali berjalan. “Kau tidak ke toko saja duluan? aku benar-benar tidak apa-apa tanpa harus kau tunggu seperti ini. Kau sudah lihat kan selama ini tidak pernah terjadi hal buruk apapun kepadaku” lanjut Reyna lagi sambil melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Sicheng.“Aku hanya melakukan tugasku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat aku tidak ada” jawab Sicheng sembari memberikan kotak bekal yang sejak tadi dibawanya. “Pizza sayur, tadi pagi kita tidak sempat sarapan” pasalnya pagi ini mereka hampir saja ketinggalan kereta karena Reyna yang lupa memasang alarmnya dan Sicheng yang menyangka bahw
Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya. Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen
Setelah hampir 3 jam bergelut dengan adonan kue juga membersihkan seluruh sudut toko akhirnya toko roti milik Sicheng yang diberi nama Nachthimmel itu sudah terlihat seperti sebulan lalu, hanya saja hari ini tidak terlalu banyak kue juga roti yang dibuat oleh Sicheng. Pria itu hanya membuat beberapa kue berukuran sedang dan belasan roti kecil dengan berbagai rasa. selesai menyusun kue-kue tersebut dengan kue keju pilihan Felix sebagai kue utama hari ini yang dipajang indah di etalase kaca tepat di bagian tengahnya, Reyna membalik papan penanda dengan tulisan ‘OPEN’ yang digantungkan di pintu toko menandakan bahwa toko itu siap menerima pembeli setelah sebulan lamanya.“Lalu apa yang akan kita lakukan paman?” Felix menjatuhkan tubuhnya di sofa coklat yang berada di sudut kanan toko itu.“Kita akan menunggu pembeli” jawab Sicheng ikut duduk di sebelah Felix.“Kalau tidak ada yang datang bagaimana?”“Past
Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema
“Ayo buka kembali toko rotimu” ujar Reyna tiba-tiba ke Sicheng yang masih sibuk dengan kompor dan wajan yang sekarang sudah seperti berpindah kepemilikan ke tangan pria dengan pupil coklat gelap itu. “Dalam rangka?” tanya Sicheng sambil memindahkan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi yang baru saja selesai ia buat ke piring. Reyna harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli beras demi membuat nasi goreng ini, karena harga beras di sini jauh lebih mahal daripada di tempat asal Reyna. “Sayang sekali kalau toko itu hanya dibiarkan seperti itu padahal kau bisa saja menghasilkan uang dari sana” “Begitukah? Jadi bagaimana dengan tugasku sebagai pelindungmu? Aku harus memastikanmu aman dan tidak terkena bahaya selama aku masih ingin tinggal di bumi milik tuhan ini” tanya Sicheng lagi setelah memikirkan saran dari Reyna untuk membuka kembali toko kue nya. “Kita bisa membukanya mulai dari jam makan siang sampai malam. Aku akan membantumu. Lagi pula aku
“kita akan ke Trier” ujar Sicheng tiba-tiba saat Reyna sedang fokus memakai sepatunya.“Trier? Sekarang? Kau lupa atau bagaimana kalau Trier itu jauh dari sini dan untuk sampai kesana paling tidak kita harus di pesawat selama satu setengah jam. Yang benar saja? Lagian kau ada perlu apa ke sana sampai harus mengajakku?” Reyna selalu tidak pernah mengerti bagaimana sebenarnya cara kerja otak pria itu, kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.“dengarkan dulu. Kita akan kesana dengan cara yang mungkin sangat asing bagimu, tapi bagaimanapun kita harus ke sana malam ini karena aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
Pagi ini Reyna memulai harinya seperti biasa. Pukul 07.40 Reyna sudah berada di yayasan tempat ia mengajar karena pembelajaran dimulai pukul 8. Lingkungan sekolah sudah mulai ramai oleh anak-anak yang sebagian datang diantar oleh orang tua mereka dan ada juga dijemput oleh bus sekolah. Reyna menyukai pemandangan ini. Ia akan ikut tersenyum saat melihat anak-anak tersebut tersenyum sambil melambaikan tangan atau saling bertukar pelukan hangat dengan orang tuanya. Reyna juga akan menyambut dengan ceria anak-anak yang turun dari bus sekolah kemudian berlari ke arahnya kemudian menyapanya dengan senyum secerah mentari di awal musim panas. Reyna menyukai itu.Senyum Reyna semakin merekah saat melihat Felix yang baru saja turun dari mobil ibunya lalu berlari ke arahnya. Adeline yang tidak sempat turun karena harus ke restoran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Reyna seakan berkata 'Aku