"Selamat pagi ibu guru cantik --oh bukan, ini weekend ternyata. Selamat pagi Reyna Xu" Sicheng menyapa Reyna yang baru keluar dari kamar dengan nyawa yang belum terkumpul sepertinya. Gadis itu melewati Sicheng begitu saja sambil mengucek matanya lalu masuk ke kamar mandi yang berada persis di sebelah kamarnya dengan rambut yang masih berantakan. Mungkin Reyna lupa kalau di tempatnya ada makhluk lain selain dirinya.
Sicheng hanya tertawa pelan melihat tingkah Reyna. Ini sudah pukul setengah 9 pagi dan Reyna baru bangun, padahal semalam ia tidur sangat awal dengan alasan terlalu lelah menghadapi kehidupan. Bahkan, semalam Reyna menolak ajakan Sicheng pergi keluar untuk sekedar mencari angin sambil berjalan-jalan di pinggiran sungai spree* atau mungkin menonton film di bioskop.
Sicheng meletakkan Speckpfannkuchen* yang barusan ia buat sekaligus menyiapkan peralatan makan untuk mereka sarapan pagi ini. Sejak kemarin sore Sicheng sudah bisa kembali memakan semua makanan manusia dan hal itu jelas menunjukkan ia sudah terikat dengan Reyna selama 1 tahun ke depan.
"SIAPA KAU!? Kenapa kau berada di dalam rumahku?" Reyna hampir saja memukul punggung serta kepala belakang Sicheng saat menemukan pria berambut hitam duduk di kursi meja makannya menghadap ke pintu flat.
"Hey tenang! Ini aku Mike" Sicheng refleks memutar tubuhnya ke arah Reyna untuk meyakinkan Reyna bahwa itu adalah dia, bukan orang lain atau penjahat yang masuk ke flat milik wanita itu.
Reyna menjatuhkan tongkat bisbol yang entah milik siapa itu. sejak Reyna pindah ke sini tongkat itu sudah ada di dapur, Mungkin itu milik penghuni flat sebelumnya. Reyna ternyata lebih syok saat mengetahui bahwa pria itu adalah Sicheng. Sangat jelas terlihat di wajahnya bahwa ia terkejut.
"Kau kenapa?"
"Ada apa dengan rambutmu? Di mana rambut merah jambu menggelikan milikmu itu?" Reyna hampir tidak percaya bahwa pria yang ada di depannya saat ini adalah Sicheng, jelas aura pria itu sangat berbeda dengan terakhir kali ia melihat pria itu kemarin malam sebelum tidur.
"Pertama, kau duduk dulu karena aku sudah menyiapkan sarapan, setelah itu baru kita bahas yang lain" entah karena lapar atau bagaimana Reyna langsung menyantap Speckpfannkuchen yang dibuat oleh Sicheng.
"Kapan kau mewarnai rambutmu? Terakhir ku lihat rambutmu masih berwarna pink dan itu kemarin. Di mana kau mengecat rambutmu malam-malam? Kapan kau pergi? Setelah aku tidur?" Reyna menanyakan semua pertanyaan yang ada di dalam kepalanya.
"Bertanyalah satu per satu, kau bisa tersedak jika berbicara sambil makan seperti itu" Sicheng mendekatkan segelas air putih ke arah Reyna.
"Kapan kau warnai rambutmu?" Tanya Reyna lagi. Sicheng menatap Reyna dan melihat bahwa makanan yang ada di piring wanita itu sudah bersih tanpa tersisa.
"Kemarin malam"
"Dimana?"
"Di suatu tempat yang kau tidak akan tau, ngomong-ngomong apakah kau suka dengan rambut baruku?" Sicheng mengangkat sebelah alisnya setelah menanyakan pertanyaan tersebut kepada Reyna.
"Tidak buruk. Kau jauh terlihat seperti manusia normal dengan rambut itu" Reyna memperhatikan kembali wajah dan rambut Sicheng, menimbang kembali bahwa perkataan yang baru saja keluar dari mulutnya memang benar.
"Tapi aku bukan manusia"
"Tolong jangan memulai keributan Mike. makhluk apapun kau, jelas sekarang kau berwujud manusia normal di hadapanku. Lalu aku harus memanggilmu apa kalau bukan manusia?" Reyna yang pada dasarnya tidak ingin berdebat secara tidak sadar menaikkan sedikit nada suaranya karena ia teramat bingung dan kesal dengan Sicheng yang selalu menyebut dirinya bukan manusia, padahal jelas bahwa dengan bentuk seperti itu dia adalah manusia.
"Baiklah, aku minta maaf" Sicheng melanjutkan makanannya sedangkan Reyna berdiri lalu berjalan ke dapur untuk menaruh perlatan bekas makannya ke wastafel.
"Hari ini apa rencanamu?" Tanya Sicheng saat Reyna kembali ke ruang makan.
"Tidur seharian"
"Kau tidak punya kegiatan apapun hari ini?" Tanya Sicheng lagi.
"Itu bagian dari kegiatanku. Kenapa kau banyak bertanya?" Reyna akhirnya kembali duduk karena ini masih terlalu pagi untuk melanjutkan tidur, terlebih ia juga baru selesai makan.
"Kau juga tadi banyak bertanya. Oh iya, Kau mau tau rencanaku hari ini?"
"Tidak. Kenapa kau lama sekali hanya untuk menghabiskan itu saja?" Reyna merasa terganggu melihat Sicheng memakan sarapannya dengan sangat lama, seakan-akan Sicheng bertanya dahulu kepada pancake daging itu apakah ia bersedia dimakan atau tidak.
"Aku memang makan seperti ini" Sicheng kembali menyuapkan sesendok pancake daging itu ke mulutnya. Reyna teramat geram melihat pria itu mengunyah makanannya dengan sangat lambat.
"Aku mau kembali ke kamar. Selamat makan, semoga kau segera menghabiskan makananmu" Reyna bangkit dari kursi tetapi ditarik oleh Sicheng sehingga ia kembali terduduk.
"Ada apa denganmu? Kenapa tanganmu dingin sekali? Dan kenapa kau menarikku?" Reyna terkejut saat telapak tangan Sicheng menyentuh pergelangan tangannya. Tangan pria itu benar-benar dingin seperti tidak ada darah yang mengalir di bawah kulitnya.
"Temani aku sampai aku selesai makan" minta Sicheng. "Aku memang selalu begini, kenapa kau baru menyadari kalau suhu tubuhku berbeda denganmu padahal kita sudah beberapa kali bersentuhan" lanjutnya lagi.
"Kapan aku menyentuhmu? Ini pertama kali, dan itu juga kau yang asal menarikku"
Sicheng menggelengkan kepalanya menyadari betapa pelupanya perempuan di depannya ini. "Kemarin aku juga menarikmu saat akan turun dari U-Bahn, apa kau lupa?"
"Benarkah? Tapi aku tidak merasakan tanganmu sedingin tadi"
"Itu karena kau terlalu fokus kepada anak itu" akhirnya Sicheng memasukkan suapan terakhir ke mulutnya. Ia meminum segelas air lalu tersenyum ke arah Reyna.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Tanya Reyna heran.
"Terima kasih sudah menemaniku menghabiskan makananku. Ini makanan manusia pertamaku setelah 100 tahun hehe" Sicheng kembali memamerkan deretan giginya ke Reyna, sedangkan gadis itu hanya mengedikkan bahu melihat tingkahnya.
"Kau benar-benar tidak ingin tau tentang rencanaku hari ini?" Sicheng menaruh piring bekas makannya ke mesin pencuci piring lalu mencuci tangannya di wastafel sambil menunggu jawaban Reyna yang masih berada di ruang makan.
Sebenarnya ruangan itu adalah kamar tidur, tapi karena Reyna hanya tinggal sendiri jadi ia menjadikan ruangan itu sebagai ruangan untuk makan.
"Memangnya apa rencanamu hari ini?" Reyna bertanya malas. Sebenarnya ia tidak terlalu ingin tau apa rencana pria itu hari ini, tapi Sicheng sudah beberapa kali membahasnya sejak awal mereka makan tadi dan anehnya ia tidak langsung berkata apa rencananya malah seperti mendesak Reyna untuk menanyakan apa rencananya hari ini. Aneh. Satu kata yang cocok untuk Sicheng.
"Kita akan pergi jalan-jalan hari ini"
"Hah?"
"Kenapa?"
"Kita maksudmu aku dan kau?" Tanya Reyna sambil menunjuk dirinya dan Sicheng bergantian.
"Iya. Memangnya siapa lagi yang ada di ruangan ini? Aku sangat ingin pergi ke Tiergarten, aku sudah lama tidak ke sana"
"Ya sudah kau pergi sendiri saja. Kenapa harus mengajakku?" Reyna berjalan ke kulkas mengambil minuman susu fermentasi favoritnya.
"Aku ingin kau ikut. Ini hari pertama kau benar-benar menjadi tuanku. Sebagai budak-oh bukan, kata budak sudah tidak dipakai di era saat ini, kalau begitu anggap saja aku anak buahmu. Sebagai anak buah yang baik aku ingin mengajak tuanku berjalan-jalan mengelilingi indahnya kota Berlin ini agar ia tidak selalu menghabiskan akhir pekannya dengan hanya bermalas-malasan di flat yang tidak seberapa ini" Sicheng terus mengoceh sampai-sampai ia tidak sadar kalau Reyna sudah masuk kembali ke kamarnya.
Mengetahui Reyna tidak lagi berada di dapur, Sicheng segera menyusul Reyna ke kamar "Heii kenapa kau pergi padahal aku belum selesai berbicara, di mana sopan santun yang selalu dijunjung tinggi masyarakat Asia" Sicheng menggedor pintu kamar Reyna berkali-kali.
"Kau terlalu berisik Mike. Pergi saja sana, aku tidak ingin mendengar ocehan tidak jelasmu apalagi pergi denganmu" Reyna berteriak dari dalam kamar.
"Aku tidak mau tau Reyna, kau harus ikut denganku. Buka pintunya" Sicheng masih terus menggedor pintu kamar Reyna.
"Tidak!"
"Aku bisa masuk tanpa harus kau bukakan pintunya".
"Terserahmu, coba saja" beberapa detik kemudian Reyna tidak mendengar suara Sicheng membalas perkataannya barusan. "baguslah akhirnya dia pergi, dasar makhluk aneh dan tidak jelas" ujar Reyna asal kemudian menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut polos berwarna coklat kesukaannya.
"Aku tidak aneh Reyna, memang begini caraku bertahan hidup di dunia yang tidak menyenangkan sama sekali ini" suara Sicheng terdengar di dalam kamar Reyna, suaranya sangat dekat bahkan Reyna sampai berpikir bahwa ia sedang berhalusinasi sampai ia membalikkan tubuhnya dan menemukan Sicheng sedang duduk di pinggir tempat tidurnya.
"KAU GILA! SEDANG APA KAU DI SINI? BAGAIMANA KAU BISA MASUK?!" entah keberapa kalinya Reyna terkejut melihat tingkah tidak biasa Sicheng, tapi dari semua itu kali ini adalah yang paling tidak masuk akal.
Reyna langsung duduk menghadap Sicheng untuk melihat apakah yang berada di depannya saat ini benar-benar Sicheng yang ia kenal.
"iya ini aku. Kan aku sudah bilang kalau aku bisa masuk tanpa harus kau bukakan pintunya, lagi pula kau mengizinkannya bukan?" Sicheng berkata santai seolah tidak terjadi apa-apa."SIAPA YANG MENGIZINKANMU MENYELINAP MASUK KE KAMARKU?"
"tadi kau berkata 'terserahmu, coba saja' bukankah itu sebuah persetujuan?"
Reyna tidak tahu lagi harus berkata apa. Ia pikir Sicheng hanya membual saat mengatakan hal itu, semua ini benar-benar diluar nalar. Ia yakin sedang tidak bermimpi tetapi kenapa hal ini terasa sangat tidak nyata.
"Jangan melamun, ini masih awal Reyna. Satu tahun kedepan kau akan melihat sesuatu yang lebih dari ini. Segera mandi and do your make-up. Aku akan menunggumu di luar"
"Kenapa jadi kau yang menyuruh-nyuruhku. Bukankah barusan kau bilang aku adalah tuanmu" Reyna menggerutu lalu mendorong Sicheng untuk keluar dari kamarnya.
"Jangan masuk ke dalam kamarku dengan cara apapun" Reyna menutup pintu kamarnya persis di depan wajah Sicheng. Beberapa detik kemudian saat Sicheng akan berjalan menjauhi pintu kamar wanita itu, Reyna kembali membuka sedikit pintu kamarnya "dan jangan coba-coba berani mengintipku atau berpikiran mesum tentangku" setelah mengucapkan hal tersebut Reyna kembali menutup pintu kamarnya.
"Dari awal diciptakan aku memang TIDAK PUNYA NAFSU SEKSUAL REYNA XU" Sicheng sengaja meninggikan suaranya agar jelas terdengar oleh Reyna yang ada di dalam kamar.
----"Kau akan ke taman dengan pakaian seperti itu?" Reyna sudah siap dengan kemeja putih yang dipadukan dengan jeans sekali lagi terkejut melihat pakaian yang Sicheng pakai. Bagaimana tidak, pria itu memakai setelan blazer double breasted hitam dan celana formal hitam pula."Iya. Ada yang salah? Pakaian seperti ini sangat terkenal pada abad 19, biasanya para bangsawan yang memakai ini" jawab Sicheng percaya diri lalu memakaikan pantofel hitam di kaki kanannya yang entah didapat dari mana.
"Aku tidak akan pergi denganmu kalau kau berpakaian seperti ini! Kau terlihat seperti malaikat pencabut nyawa yang ada di serial drama korea" Putus Reyna lalu kembali berjalan ke sofa ruang tamu.
"Hei sebentar, jangan marah" genggaman di pergelangan tangan Reyna membuat wanita itu menghentikan langkahnya.
"Lepas, tanganmu dingin Mike"
"Kau mau kemana?"
"Kamar"
"Kenapa? Bukankah kita akan ke Tiergarten?"
"Ganti bajumu Sicheng! Tidak ada orang berpakaian seperti itu kecuali kalau kau model yang sedang pemotretan"
"Kau baru saja memanggilku Sicheng? Bukankah nama itu lebih cocok denganku? Apalagi kalau kau yang menyebutnya" Sicheng mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi flirting yang membuat Reyna mengerutkan dahi melihat wajah pria itu.
"Ganti bajumu atau tidak jadi pergi" Reyna meletakkan asal tas kecil yang sedari tadi di jinjingnya.
"Kalau begitu pilihkan baju untukku. Sepertinya aku masih asing dengan fashion di abad ini"
"Ngomong ngomong di mana kau mendapatkan baju? Bukankah kau tidak mempunyai lemari" tanya Reyna heran. Seingatnya Sicheng tidak membawa barang apapun sejak awal pria itu mengikutinya ke sini dan berakhir tinggal di flatnya. Sicheng juga tidak pernah terlihat memindahkan barang-barangnya. Intinya Reyna tidak pernah melihat barang apapun milik Sicheng di rumah ini, bahkan Reyna bingung di mana pria itu menyimpan baju-bajunya. Seminggu ini Sicheng terlihat berpakaian normal seperti orang-orang pada umumnya. Kadang ia memakai kemeja flanel berlengan panjang, kaos polos, piyama, bahkan hoodie kuning yang ia pakai dua hari lalu. Lalu kenapa hari ini pria itu memakai setelan aneh hanya karena ingin pergi ke taman.
"Sekarang aku punya" Sicheng menarik tangan Reyna kembali dan membawanya ke lorong pintu utama flat Reyna. Reyna diam saja saat merasakan telapak tangan dingin Sicheng kembali melingkari pergelangannya.
"Tadaaa" Sicheng membuka closet yang ada di lorong pintu utama flat Reyna, selama ini wardrobe closet yang ada di kanan dan kiri lorong pintu utama itu tidak pernah Reyna isi karena memang barang miliknya tidak terlalu banyak.
"Kapan kau memindahkan semua ini?" Reyna hampir saja memukul Sicheng sekarang, sungguh jika memang semua baju-baju ini adalah miliknya, kenapa ia harus memakai setelan aneh itu hari ini.
"Kemarin malam. Jeff memaksaku memindahkannya dari rumahnya" Reyna hanya mengangguk lalu berjalan di ruangan kecil itu untuk melihat baju apa yang cocok untuk Sicheng pakai hari ini tanpa bertanya bagaimana cara pria itu memindahkan ini semua ataupun siapa Jeff yang dimaksud Sicheng.
Reyna tidak peduli lagi, mengingat kemarin malam Sicheng juga sempat mengganti warna rambutnya dan tadi pagi ia berhasil masuk ke kamar Reyna tanpa lewat pintu membuat semuanya semakin jelas di pikiran Reyna bahwa Sicheng bukan manusia biasanya sepertinya. Tapi Reyna tidak terlalu khawatir tentang itu, ia hanya cukup mengikuti alur permainan pria ini dan bersiap-siap jika kapan saja terjadi hal buruk kepadanya. Lagipula Sicheng terlihat baik, disamping pemikiran aneh dan kolot serta kebiasaan kebiasaannya yang membuat ia kadang terlihat seperti makhluk yang muncul dari tahun 1700-an.
"Nah, pakai yang ini. Kau mempunyai banyak baju tapi kenapa memakai setelan aneh itu" Reyna memberikan sepotong kemeja lengan pendek berwarna dark khaki dipadukan dengan celana denim.
"Sebaiknya kau cepat karena ini sudah hampir siang" Reyna keluar dari ruangan kecil tersebut meninggalkan Sicheng sendirian di dalam.
----"Kemarikan handphone mu biar aku yang fotokan" Sicheng mengambil asal smartphone milik Reyna dari genggaman wanita yang sedang asik mengambil beberapa selfie juga sesekali mengabadikan indahnya pemandangan yang memanjakan mata di tempat tersebut."Kenapa kau selalu bertindak sesukamu?" Kesal Reyna mencoba mengambil kembali smartphone miliknya.
"Jangan marah-marah Reyna, aku yakin kau juga akan menyukai semua hal yang kulakukan sesukaku ini. Sekarang berdiri di sana dan aku akan mengambil fotomu"
"Tidak mau" ujar Reyna tapi tetap berjalan ke spot yang ditunjuk oleh Sicheng.
Sicheng beberapa kali menekan layar smartphone tersebut sambil mengintruksikan Reyna untuk mengganti pose-nya.
"Kau cantik kalau tidak sedang marah-marah" Sicheng mengembalikan smartphone Reyna.
"Terima kasih"
"Tapi lebih cantik ibunya Felix sebenarnya" lanjut Sicheng yang entah apa tujuannya.
"Aku tau itu" Reyna mulai berjalan meninggalkan Sicheng beberapa langkah dibelakangnya.
"Rey" panggil Sicheng sambil mempercepat langkahnya agar bersisian dengan Reyna.
"Hm"
"Aku sedikit lelah, biasanya aku tidak sering berjalan tapi akhir-akhir ini aku banyak berjalan"
"Lalu biasanya kau bagaimana?"
"Aku lebih suka terbang atau kadang berteleportasi karena menurutku kehidupan manusia sangat membosankan. Bukankah kau merasa begitu?" Sicheng menemukan salah satu kursi taman di sudut kanan mereka dan memutuskan untuk duduk di sana karena ia benar-benar tidak biasa berjalan sementara ia dan Reyna sudah lebih 20 menit mengelilingi taman yang memiliki luas lebih dari 5 km secara keseluruhan. Reyna secara tidak sadar mengikuti Sicheng untuk duduk di kursi tersebut.
"Memang benar begitu kan Rey?" Tanya Sicheng lagi karena merasa tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya tadi.
"Apanya yang begitu?"
"Menjadi manusia itu membosankan?"
"Sebenarnya tidak terlalu. Aku bisa menikmati hidupku yang sekarang walaupun terkadang ada beberapa hal yang terjadi di luar kendaliku yang datang secara tiba-tiba, kau misalnya" jelas Reyna ke Sicheng.
"Kalau begitu kau harus bersyukur atas kehadiranku"
"Kenapa begitu?"
"Karena aku akan membuat setiap harimu terasa lebih baru dan tidak monoton"
"Hmm lakukan sesukamu Mike" Reyna menjawab asal lalu kembali membuka ponsel miliknya.
"Reyna" panggil Sicheng lagi.
"Apa lagi?"
"Kau tidak penasaran rasanya berteleportasi?"
"Belum. Berlin terlalu indah untuk dilewati begitu saja. Aku suka semua sudut di kota ini. Aku tidak mengerti konsep teleportasimu itu, tapi setauku teleportasi itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa melewati jarak antara keduanya. Jadi sangat tidak menyenangkan saat aku harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa menikmati pemandangan kota ini" jelas Reyna panjang lebar yang entah kenapa setiap kata yang diucapkan wanita itu berusaha dicerna oleh Sicheng sebaik mungkin.
"Walaupun saat kau terlambat bangun di senin pagi?" Tanya Sicheng lagi.
"Akan kupikirkan lagi tentang itu, tapi sepertinya menaiki U-Bahn atau S-Bahn* jauh lebih masuk akal"
"Tidak semua yang ada di dunia ini harus dipikirkan secara rasional Reyna"
"Sepertinya iyaa karena sampai sekarang aku masih bingung dengan kehadiranmu"
"Kapan-kapan akan ku bawa kau melihat indahnya kota impianmu ini dari langit saat malam hari" Reyna tidak menjawab Sicheng lagi karena ia terlalu fokus ke benda persegi panjang di tangannya itu.
----------
*Sungai Spree: sungai yang melewati negara bagian Saxony, Brandenburg, dan Berlin di Jerman. serta kawasan Ústí nad Labem di Republik Ceko. Dengan panjang sekitar 400 kilometer (250 mi), sungai ini adalah percabangan kiri dari Sungai Havel, kemudian mengalir ke Elbe dan Laut Utara*Speckpfannkuchen: sejenis pancake gurih dari Jerman yang dikombinasikan dengan potongan bacon. Bacon bisa diletakkan di atas pancake atau digunakan sebagai isian, tapi selalu digoreng terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam hidangan. Selain bacon, pancake ini juga dapat dimodifikasi dengan menambahkan keju atau bawang. Ini dimakan sebagai hidangan pembuka atau sarapan lezat yang dilengkapi dengan acar mentimun atau salad hijau.
*S-Bahn: sistem angkutan cepat di dalam dan sekitar Berlin, ibu kota dari Jerman. Sistem ini terdiri dari 15 jalur dan terintegrasi dengan sistem yang sebagian besar berada di bawah tanah U-Bahn untuk membentuk tulang punggung sistem angkutan cepat massal di Berlin. Tidak seperti U-Bahn, S-Bahn melintasi batas kota Berlin dan negara bagian menuju negara bagian di sekitar Brandenburg, seperti menuju Potsdam.
"Setelah ini kau ingin kemana lagi?" Tanya Sicheng ke Reyna yang baru saja menghabiskan vanilla milkshake yang dipesannya tadi. Ini sudah hampir sore dan mereka berdua memutuskan untuk makan di salah satu restoran kecil yang tidak jauh dari Tiergarten."Pulang" jawab Reyna singkat."Baik, kalau begitu kita akan belanja terlebih dahulu setelah itu kita pulang" entah kenapa hari ini Sicheng sangat senang. Mungkin karena ini hari pertama ia bisa menikmati vanilla latte setelah 1 abad atau mungkin karena hal lain yang ia juga masih bingung."Kalau kau sudah menentukan mau kemana selanjutnya, lalu kenapa kau harus repot-repot menanyaiku terlebih dahulu?" Protes Reyna."Bisa saja
Malam ini masih sama dengan malam kemarin dan malam-malam sebelumnya selama hampir dua minggu terakhir ini. Aku berbaring di tempat tidurku dan memikirkan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari Janeth yang tiba-tiba menikah di luar negeri, red velvet sialan itu, tornado yang terjadi tiba-tiba di kota, bahkan munculnya pria asing nan aneh yang sekarang sedang kubiarkan menginap di rumahku. Jujur saja, semenjak dia tinggal di flatku aku merasa lebih aman saat tidur di malam hari, tidak ada yang mengetuk pintuku di tengah malam, atau benda jatuh yang membuatku terbangun dari tidur lelapku.Pria aneh bernama Sicheng yang mengaku seorang imp yang sudah hidup dari abad 15 itu selalu membuatku sakit kepala setiap hari. Ada saja tingkah, kata-kata, atau kebiasaannya yang membuatku hanya bisa geleng-geleng kepala pa
Pagi ini Reyna memulai harinya seperti biasa. Pukul 07.40 Reyna sudah berada di yayasan tempat ia mengajar karena pembelajaran dimulai pukul 8. Lingkungan sekolah sudah mulai ramai oleh anak-anak yang sebagian datang diantar oleh orang tua mereka dan ada juga dijemput oleh bus sekolah. Reyna menyukai pemandangan ini. Ia akan ikut tersenyum saat melihat anak-anak tersebut tersenyum sambil melambaikan tangan atau saling bertukar pelukan hangat dengan orang tuanya. Reyna juga akan menyambut dengan ceria anak-anak yang turun dari bus sekolah kemudian berlari ke arahnya kemudian menyapanya dengan senyum secerah mentari di awal musim panas. Reyna menyukai itu.Senyum Reyna semakin merekah saat melihat Felix yang baru saja turun dari mobil ibunya lalu berlari ke arahnya. Adeline yang tidak sempat turun karena harus ke restoran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Reyna seakan berkata 'Aku
“kita akan ke Trier” ujar Sicheng tiba-tiba saat Reyna sedang fokus memakai sepatunya.“Trier? Sekarang? Kau lupa atau bagaimana kalau Trier itu jauh dari sini dan untuk sampai kesana paling tidak kita harus di pesawat selama satu setengah jam. Yang benar saja? Lagian kau ada perlu apa ke sana sampai harus mengajakku?” Reyna selalu tidak pernah mengerti bagaimana sebenarnya cara kerja otak pria itu, kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.“dengarkan dulu. Kita akan kesana dengan cara yang mungkin sangat asing bagimu, tapi bagaimanapun kita harus ke sana malam ini karena aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
“Ayo buka kembali toko rotimu” ujar Reyna tiba-tiba ke Sicheng yang masih sibuk dengan kompor dan wajan yang sekarang sudah seperti berpindah kepemilikan ke tangan pria dengan pupil coklat gelap itu. “Dalam rangka?” tanya Sicheng sambil memindahkan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi yang baru saja selesai ia buat ke piring. Reyna harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli beras demi membuat nasi goreng ini, karena harga beras di sini jauh lebih mahal daripada di tempat asal Reyna. “Sayang sekali kalau toko itu hanya dibiarkan seperti itu padahal kau bisa saja menghasilkan uang dari sana” “Begitukah? Jadi bagaimana dengan tugasku sebagai pelindungmu? Aku harus memastikanmu aman dan tidak terkena bahaya selama aku masih ingin tinggal di bumi milik tuhan ini” tanya Sicheng lagi setelah memikirkan saran dari Reyna untuk membuka kembali toko kue nya. “Kita bisa membukanya mulai dari jam makan siang sampai malam. Aku akan membantumu. Lagi pula aku
Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema
Setelah hampir 3 jam bergelut dengan adonan kue juga membersihkan seluruh sudut toko akhirnya toko roti milik Sicheng yang diberi nama Nachthimmel itu sudah terlihat seperti sebulan lalu, hanya saja hari ini tidak terlalu banyak kue juga roti yang dibuat oleh Sicheng. Pria itu hanya membuat beberapa kue berukuran sedang dan belasan roti kecil dengan berbagai rasa. selesai menyusun kue-kue tersebut dengan kue keju pilihan Felix sebagai kue utama hari ini yang dipajang indah di etalase kaca tepat di bagian tengahnya, Reyna membalik papan penanda dengan tulisan ‘OPEN’ yang digantungkan di pintu toko menandakan bahwa toko itu siap menerima pembeli setelah sebulan lamanya.“Lalu apa yang akan kita lakukan paman?” Felix menjatuhkan tubuhnya di sofa coklat yang berada di sudut kanan toko itu.“Kita akan menunggu pembeli” jawab Sicheng ikut duduk di sebelah Felix.“Kalau tidak ada yang datang bagaimana?”“Past
Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya. Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen
"Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu."Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu""Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng
"Sekolah diliburkan" ujar Reyna singkat saat keluar dari kamar mandi. Setelah kejadian semalam, seluruh akomodasi dan jaringan pusat kota dilumpuhkan untuk mencegah terjadinya aksi lain yang serupa. Bahkan jalur keluar masuk bandara juga diperiksa ketat oleh pihak berwajib dalam rangka mencari dan mewaspadai komplotan teroris yang mungkin masih berada di sekitar kota."Benarkah?" Sicheng tidak habis pikir mengapa para pemberontak itu bertindak sejauh ini padahal tidak ada gunanya untuk mereka. Belum tentu juga apa yang mereka inginkan tercapai, malah nyawa mereka yang menjadi taruhannya. Dengar-dengar dua anggota dari komplotan itu sudah tewas tepat setelah mereka melancarkan aksinya semalam, salah satu dari mereka adalah pria yang Sicheng dan Reyna lihat saat dievakuasi dan diangkat ke ambulans kemarin dalam kondisi tidak bernyawa karena terpaksa harus ditewaskan segera saat ia mengarahkan s
“Hari ini aku ingin membuat Mousse cake, kita belum pernah membuatnya di toko kan?” Sicheng mengikuti Reyna yang berjalan di depannya, gerbang yayasan tempat Reyna mengajar setelah mereka berjalan sekitar 350 meter dari stasiun.“Iya, belum pernah” Reyna menoleh sebentar ke arah Sicheng di belakangnya lalu kembali berjalan. “Kau tidak ke toko saja duluan? aku benar-benar tidak apa-apa tanpa harus kau tunggu seperti ini. Kau sudah lihat kan selama ini tidak pernah terjadi hal buruk apapun kepadaku” lanjut Reyna lagi sambil melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Sicheng.“Aku hanya melakukan tugasku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat aku tidak ada” jawab Sicheng sembari memberikan kotak bekal yang sejak tadi dibawanya. “Pizza sayur, tadi pagi kita tidak sempat sarapan” pasalnya pagi ini mereka hampir saja ketinggalan kereta karena Reyna yang lupa memasang alarmnya dan Sicheng yang menyangka bahw
Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya. Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen
Setelah hampir 3 jam bergelut dengan adonan kue juga membersihkan seluruh sudut toko akhirnya toko roti milik Sicheng yang diberi nama Nachthimmel itu sudah terlihat seperti sebulan lalu, hanya saja hari ini tidak terlalu banyak kue juga roti yang dibuat oleh Sicheng. Pria itu hanya membuat beberapa kue berukuran sedang dan belasan roti kecil dengan berbagai rasa. selesai menyusun kue-kue tersebut dengan kue keju pilihan Felix sebagai kue utama hari ini yang dipajang indah di etalase kaca tepat di bagian tengahnya, Reyna membalik papan penanda dengan tulisan ‘OPEN’ yang digantungkan di pintu toko menandakan bahwa toko itu siap menerima pembeli setelah sebulan lamanya.“Lalu apa yang akan kita lakukan paman?” Felix menjatuhkan tubuhnya di sofa coklat yang berada di sudut kanan toko itu.“Kita akan menunggu pembeli” jawab Sicheng ikut duduk di sebelah Felix.“Kalau tidak ada yang datang bagaimana?”“Past
Pagi ini juga sama, suasana gerbong kereta cukup ramai. Sebagai pengguna transportasi umum sejak tinggal di kota metropolitan yang merupakan ibu kota Jerman, hal seperti ini sudah biasa untuk Reyna. Sicheng sendiri hanya mengikuti langkah gadis itu kemanapun ia pergi. Setelah mendapatkan tempat duduk Reyna mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengecek jadwalnya hari ini. "Aku bisa pulang cepat hari ini" ujar Reyna kepada Sicheng yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh gerbong kereta untuk memastikan bahwa tidak ada orang-orang yang mampu melihatnya dengan wujud lain. "Benarkah? Jam berapa?" Tanya Sicheng antusias. "Mungkin pukul 10 atau setengah 11" "Kalau begitu kita bisa ke toko lebih cepat" Sicheng terlihat sangat senang sekarang, entah apa yang membuat pria itu sangat bersemangat untuk membuka toko nya kembali padahal kemarin saat Reyna menyarankannya Sicheng tidak terlihat berminat untuk membukanya. "Kenapa kau sangat bersema
“Ayo buka kembali toko rotimu” ujar Reyna tiba-tiba ke Sicheng yang masih sibuk dengan kompor dan wajan yang sekarang sudah seperti berpindah kepemilikan ke tangan pria dengan pupil coklat gelap itu. “Dalam rangka?” tanya Sicheng sambil memindahkan nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi yang baru saja selesai ia buat ke piring. Reyna harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli beras demi membuat nasi goreng ini, karena harga beras di sini jauh lebih mahal daripada di tempat asal Reyna. “Sayang sekali kalau toko itu hanya dibiarkan seperti itu padahal kau bisa saja menghasilkan uang dari sana” “Begitukah? Jadi bagaimana dengan tugasku sebagai pelindungmu? Aku harus memastikanmu aman dan tidak terkena bahaya selama aku masih ingin tinggal di bumi milik tuhan ini” tanya Sicheng lagi setelah memikirkan saran dari Reyna untuk membuka kembali toko kue nya. “Kita bisa membukanya mulai dari jam makan siang sampai malam. Aku akan membantumu. Lagi pula aku
“kita akan ke Trier” ujar Sicheng tiba-tiba saat Reyna sedang fokus memakai sepatunya.“Trier? Sekarang? Kau lupa atau bagaimana kalau Trier itu jauh dari sini dan untuk sampai kesana paling tidak kita harus di pesawat selama satu setengah jam. Yang benar saja? Lagian kau ada perlu apa ke sana sampai harus mengajakku?” Reyna selalu tidak pernah mengerti bagaimana sebenarnya cara kerja otak pria itu, kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.“dengarkan dulu. Kita akan kesana dengan cara yang mungkin sangat asing bagimu, tapi bagaimanapun kita harus ke sana malam ini karena aku ingin memberitahu sesuatu padamu”
Pagi ini Reyna memulai harinya seperti biasa. Pukul 07.40 Reyna sudah berada di yayasan tempat ia mengajar karena pembelajaran dimulai pukul 8. Lingkungan sekolah sudah mulai ramai oleh anak-anak yang sebagian datang diantar oleh orang tua mereka dan ada juga dijemput oleh bus sekolah. Reyna menyukai pemandangan ini. Ia akan ikut tersenyum saat melihat anak-anak tersebut tersenyum sambil melambaikan tangan atau saling bertukar pelukan hangat dengan orang tuanya. Reyna juga akan menyambut dengan ceria anak-anak yang turun dari bus sekolah kemudian berlari ke arahnya kemudian menyapanya dengan senyum secerah mentari di awal musim panas. Reyna menyukai itu.Senyum Reyna semakin merekah saat melihat Felix yang baru saja turun dari mobil ibunya lalu berlari ke arahnya. Adeline yang tidak sempat turun karena harus ke restoran hanya melambaikan tangan sambil tersenyum manis ke arah Reyna seakan berkata 'Aku