Setiap kali Kirei melihat kemesraan Oldi dan Elena ada rasa yang tidak dimengerti merayapi hatinya. Entah cemburu atau kecewa karena pemuda itu tidak memberi waktu untuk berpikir.
Oldi bukan laki-laki pilihan di kampus. Wajah yang pas-pasan dan tubuh yang tidak ideal membuat gadis-gadis berpikir untuk menjadikannya sebagai pacar. Orang tuanya memang kaya raya. Tapi itu biasa di kampus mereka.
Sedangkan Kirei adalah mahasiswi yang didamba cintanya oleh setiap mahasiswa. Di mana hatinya berlabuh di situ tersedia dermaga.
Cowok nomor satu di kampus bahkan pernah berujar. "Aku lebih memilih kamu daripada tujuh bidadari sekalipun kamu bukan yang tercantik."
Tentu saja Kirei tersanjung. Dia tahu Raka bercanda. Seandainya sungguh-sungguh pun, dia sudah menutup pintu rapat-rapat. Pemuda itu adalah cinta mati sahabatnya. Lagi pula, dia bukan calon istri yang sesuai dengan selera bundanya. Inara memenuhi kriteria karena bukan gadis tomboy.
Kirei ada di
Sebagai sahabat, Inara dapat merasakan perubahan sekecil apapun pada Kirei. Perubahan ini bukan karena perjalanan yang sangat menjemukan. Saban detik pemandangan yang tersuguh cuma pepohonan, tanaman perdu, dan semak-semak. Sebuah perjalanan yang sangat menyiksa bagi gadis-gadis metropolis yang biasa hidup dengan dunia gemerlap. Keberadaan Elena telah merubah situasi jadi rumit. Kirei tidak punya teman perjalanan yang membangkitkan adrenalin, yang memacu emosi untuk menghangatkan suasana. Oldi sibuk menggores cerita indah bersama primadona dari dunia esek-esek. Seorang perempuan yang terlihat lugu dan sopan tapi sangat berpengalaman membolak-balikkan hati laki-laki. Pemuda itu tidak tahu setiap kemesraan yang mereka pertontonkan semakin membuat Kirei terjebak dalam cinta yang rumit. Banyak cowok tampan berharap jadi dermaga cinta Kirei. Tapi cinta itu malah hinggap di teratak yang salah. Laki-laki yang tidak layak dicintai oleh gadis secantik Kirei. I
Inara sangat gelisah. Nick dan Kirei datang dari tempat gelap membawa cerita luar biasa yang membuat teman-temannya percaya dan menerima Nick untuk bergabung dalam perjalanan menuju basecamp. Nick Alphonse mempunyai saudara kembar bernama Nick Alphonse Junior. Mereka berdua pemain bola profesional. Nick Junior bermain di klub divisi I di negeri sendiri. Nick pulang ke negeri itu sebenarnya untuk berlibur sebelum memperpanjang kontrak dengan klub liga tanah air. Tapi kematian yang menimpa saudara kembarnya membuat dia merubah rencana itu. Ayah Nick seorang ilmuwan botani. Tiga tahun lalu diculik dan dipaksa bekerja pada mafia internasional yang beroperasi di bidang obat-obatan terlarang, dengan kedok laboratorium botani modern yang berdiri secara legal di pulau terpencil ini. Nick Junior ingin membebaskan ayahnya, maka itu dia masuk jadi anggota mafia. Dalam waktu singkat dia jadi orang kepercayaan bos besar karena mampu memberikan keuntungan be
Belum pernah Raka dihadapkan pada posisi yang rumit. Di mana setiap pilihan mengandung risiko yang besar. Dia terpaksa ambil risiko yang paling besar, pergi ke markas mafia, dengan berbagai pertimbangan. Hutan ini sebenarnya medan yang cocok untuk pertempuran dengan kekuatan yang tidak seimbang. Strateginya terbukti sukses dalam melumpuhkan kelompok separatis di Jayawijaya. Tapi daerah pepohonan bukan tempat yang aman untuk perlindungan teman-temannya. Mereka terancam dari segala penjuru. Keberadaan mereka di hutan ini lama-lama pasti tercium, dan mudah bagi mafia untuk mengganyang mereka. Mereka tidak mungkin kembali ke bukit karang. Bahaya yang lebih besar setiap saat bisa membuat nyawa melayang. Mendatangi markas mafia adalah pilihan terburuk. Mereka akan terlibat bentrok melawan kekuatan penuh. Kemungkinan untuk lolos sangat kecil. Pergi ke basecamp sama saja mengantarkan nyawa se
Raka mengambil jalan memutar dari rute yang dilalui Nick, sekalian ingin membuktikan kebenaran kata-katanya.Raka memilih strategi ini untuk mengantisipasi dua kemungkinan. Dia bisa menyambut kedatangan tentara bayaran di atas lereng ini kalau mereka ingin memburu pasukan komando. Mereka pasti menempuh jalan ini karena lokasinya sangat strategis untuk penghadangan.Jika mereka ingin melakukan penyergapan terhadap teman-temannya yang sedang beristirahat, Raka dapat memotong jalan mereka dengan cepat. Nick berarti berkhianat dan tidak ada ampun untuknya.Raka menunggu cukup lama di atas pohon. Anggota mafia itu belum muncul juga di sekitar daerah yang dicurigai. Dia malah disuguhi pemandangan yang menakjubkan di kejauhan. Matanya tidak dapat melihat secara utuh karena terhalang pepohonan. Ada sebuah bangunan besar dan bertingkat dengan benteng tinggi. Bangunan itu pasti markas mafia dengan kedok laboratorium botani modern.Raka sangat tertarik pada pemandan
Benteng itu dikelilingi tanaman perdu dan pohon buah-buahan yang tumbuh alami. Keadaan di sekitar benteng agak gelap karena bulan tertutup awan hitam. Pintu benteng terbuat dari kayu gelondongan, berada di bagian dalam pagar kayu gelondongan yang tersusun rapat dengan tinggi tujuh meter. Di luar benteng tampak sepi, tidak ada penjaga atau patroli. Kamera pengintai tidak terlihat satupun. Sebuah manipulasi keamanan yang sangat sempurna, laksana danau berair tenang yang kelihatan tidak berbahaya tapi di dalamnya banyak ikan predator. Jonan bergerak ke ujung benteng, lalu berjongkok dengan lutut sebelah menyentuh tanah. Dia kalungkan senapan submesin di leher dan segera mengeluarkan tambang karmantel dan chock dari dalam carrier. Dia ikat chock kuat-kuat pada ujung tambang, kemudian mengambil ancang-ancang dan melemparkan tambang ke atas pagar, berhasil. Dia menarik tambang supaya chock terjepit celah kayu gelondongan, lalu menaiki benteng.
Jendral Prayoga duduk bersandar di kursi kerja sambil menerima sambungan komunikasi dari istrinya. Kalau sampai jauh malam jendral bintang tiga itu masih berada di kantor, berarti ada masalah penting yang perlu segera diselesaikan. Akhir-akhir ini banyak masalah yang melibatkan korps. Hal kecil jadi besar karena dahsyatnya pemberitaan media sosial. Maka jadi tugasnya untuk memberikan klarifikasi kalau permasalahan sudah sampai ke pemerintahan pusat. Wakilnya, jendral bintang dua, duduk sabar menunggu, di dadanya tertera nama: Sugiharto. "Aku tidak bisa pulang malam ini," kata Jendral Prayoga santai. "Jadi tidak usah Bunda tunggu. Bunda tidur saja. Masakannya simpan buat besok." Terdengar suara lembut di speaker ponsel. "Ada apa lagi sih, Dad? Hari-hari ini Daddy sering tidur di kantor." "Menjelang pensiun ini aku malah tidak bisa tenang. Besok aku menghadap wakil rakyat untuk menjelaskan beberapa perkara yang menyangkut korps." "
Peluru berdesingan dari lantai dua dan tiga kastil. Beberapa petak bunga hancur. Jonan dan Nick sesekali balas menembak karena ada perintah dari Raka untuk menghemat peluru. Alangkah tragis kalau mafia itu memenangkan pertempuran karena mereka kehabisan amunisi. Raka sendiri hanya mengincar orang yang menggunakan roket tangan atau yang sekiranya membahayakan tempat perlindungan teman-temannya. Dia lagi mencari siasat bagaimana cara menerobos masuk ke kastil. Lantai bawah adalah kesempatan mereka untuk dapat bertahan sampai bantuan datang. Semua ruangan yang terlihat di lantai bawah berisi peralatan laboratorium mutakhir. Suasana sepi. Tidak ada orang bersenjata yang berkeliaran. Mereka tentu menghindari kontak senjata di lantai itu karena mahalnya biaya kerusakan. Raka tidak mungkin melintasi pelataran yang luas itu, kecuali sudah bosan hidup. Peluang masuk lewat depan bisa dipastikan mustahil. Raka berlari melewati petak-petak bunga menuju ke bagian samping
Pertempuran di dalam kastil dengan banyak kamar dan koridor yang berkelok-kelok membuat keunggulan jumlah personil jadi kurang berarti, ama dengan perang gerilya kota dalam ruang lingkup yang lebih luas. Sebelum menentukan koridor mana yang akan dilalui, Raka terlebih dahulu menghancurkan kamera pengintai di setiap atap koridor sehingga membingungkan petugas ruang kontrol. Raka memasuki sebuah koridor sambil menggenggam pistol siap tembak. Membuka setiap pintu kamar yang dilewati, periksa sekilas, kosong, tutup lagi. Koridor itu banyak persimpangan sehingga pintu kamar letaknya tidak selalu berdekatan. Di sebuah pintu yang sedikit terbuka, Raka berhenti agak lama dan mengintip ke dalam. Dia dorong pintu dengan kaki kanan, pintu terbuka lebar. Seorang perempuan bule berdiri ketakutan di depan lemari pakaian yang terbuka. Perempuan itu habis mandi, mengenakan handuk yang agak ketinggian sehingga organ intimnya hampir tidak terlindungi. Pakaian wanita berjejer t
Oldi menginginkan Elena dimakamkan di lokasi di mana perempuan itu tewas. Tenaga medis yang datang bersama Bernard tidak keberatan memenuhi permintaan itu. Tapi mereka tidak membawa peralatan untuk prosesi pemakaman, sedangkan peralatan yang ada di kastil rusak berantakan. Permasalahan baru teratasi setelah dua helikopter jenis angkut militer mendarat di sekitar kastil membawa sebuah peti dan perlengkapan lain untuk prosesi penguburan sesuai permintaan Jonan. Tidak lama pengurusan jenazah berlangsung, satu jam kemudian Oldi sudah menaburi gundukan tanah merah dengan bunga matahari. Air mata Oldi berderai saat berjongkok dekat batu nisan berupa bongkahan puing yang mengakhiri hidup Elena. Kalung berlian dan tas mungil tergantung di ujung bongkahan yang runcing. "Di sini aku pertama kali menemukan cintaku," isak Oldi pilu. "Di sini pula aku kehilangan cintaku. Hari-hari begitu singkat bagi kita. Tapi namamu akan terukir s
Jonan terbujur tidak bergerak di atas daun-daun mati. Pistol tergeletak di sisinya. Perlahan-lahan jari tangannya bergerak. Matanya terbuka sedikit. Pemandangan di sekitar rumpun semak kelihatan blur, kemudian berangsur kelihatan semakin jelas, asap hitam pekat sudah lenyap. Jonan mencoba bangkit sambil menekap luka di dada. Tapi akhirnya tidak kuat dan kembali terkulai. Raka datang membantu dan membawanya ke pohon terdekat, disandarkan ke batang. Raka merobek kaos bagian dada, lukanya cukup dalam. Diarahkan pandang matanya ke sekitar dan berjalan ke tanaman perdu berdaun kecil. Dia ambil beberapa tangkai. Di sehelai daun tanaman perdu ada cairan kental berwarna coklat kekuning-kuningan cukup banyak, Raka petik daun itu. Sambil lewat diraihnya carrier yang tergeletak di tanah. Daun yang ada cairannya dia serahkan ke Jonan dan langsung disantapnya. Daun-daun kecil dia kunyah, hasil kunyahan dibalurkan ke dada temannya. Raka melakukan hal itu sampai luka Jonan
Raka melangkah di jalan marmer taman bunga matahari dengan pistol terselip di belakang pinggang. Jaring berisi bola basket diikat di pinggang. Jonan berjalan di sampingnya, menggendong ransel berisi bowling pin kecil dan besar, dua pucuk pistol terselip di perut."Aku biarkan mereka membodohi kita supaya teman kita tidak kenapa-napa," kata Raka. "Mereka terlindung dari kebejatan mafia dengan jadi sandera. Jumlah mafia yang tersisa mungkin lebih dari itu.""Ada saatnya teman kita kenapa-napa, pada saat Doktor Chiara menghabisi kita dengan senjata ballpoint," sahut Jonan. "Aku tahu senjata itu tidak cuma satu. Yang itu sudah dirusak tombolnya.""Berapapun senjata yang dimiliki, dia tetap perempuan.""Doktor itu memiliki senjata laser yang paling hebat dari ciptaan makhluk di bumi.""Jangan memuji setinggi langit hasil ciptaan manusia.""Aku hanya waspada.""Aku tidak percaya kamu bisa mati di tangan perempuan.""Tapi aku tidak bi
Oldi merasa cinta karena fisik ternyata cuma seumur jagung. Dia mulanya terhanyut oleh pesona kecantikan Elena. Setelah mereguk secawan kenikmatan, semua jadi biasa saja. Tidak ada yang istimewa pada perempuan itu. Oldi tidak peduli saat Elena marah atas perbuatan kurang ajarnya pada Doktor Chiara. Mereka mestinya tahu simpati itu untuk perempuan yang bagaimana. Jangan mentang-mentang satu gender main bela saja. Oldi membiarkan saja Elena pergi ke kamar Inara. Entah kenapa. Saat dia terlalu gampang mendapatkan apa yang diinginkan, dia bukannya senang, malah kecewa. Barangkali dia perlu lebih banyak belajar tentang cinta. Sebenarnya ada rasa gentar di hati Oldi untuk mengarungi hidup bersama Elena. Terakhir perempuan itu jadi simpanan orang besar yang dia tahu memiliki banyak body guard. Tentu orang itu tidak tinggal diam. Dia bisa jadi bulan-bulanan body guard itu. Dia merasa hidupnya tidak bakal nyaman. "Semua perempuan jadi kelihatan biasa kal
Dengan ketus Inara menaiki anak tangga ke atap menara bundar. Di sampingnya menemani Raka, wajahnya kelihatan tenang. Maysha, Kirei, dan Elena mengikuti di belakang. Sore ini Inara ingin pulang sebagai bentuk protes atas investigasi yang menyebalkan itu. "Teman kamu brengsek," dengus Inara muak. "Mempermainkan perempuan seenaknya." "Itu tugas hidupnya," sahut Raka santai. "Jadi sulit berhenti." "Kamu juga?" "Jangan pukul rata." Inara menoleh dengan sinis. "Orang asyik nonton. Tidak ditelanjangi saja sekalian." "Maunya si Jo begitu," kata Raka seolah sengaja ingin membuat Inara tambah marah. "Tapi apa bisa Doktor Chiara cerita sambil telanjang?" "Seneng kali." "Biar lagi marah gak hilang cakepnya." "Sebel." "Senang betul?" sambar Kirei asal. "Jadi kamu
Bangunan itu terletak di bawah tanah. Berlantai dua di sepanjang sisinya. Belasan pria asing berjaga-jaga di lantai atas dengan senjata otomatis di tangan. Mereka mengawasi beberapa pekerja di lantai bawah yang sibuk melakukan packaging. Hasil packaging diangkut oleh forklift ke sebuah ruangan besar di mana kapal selam sudah menunggu. Mesin berukuran raksasa bising beroperasi memproduksi opium duplo. Tabung silinder besar berisi ekstrak komposit bunga matahari dan bakung emas berputar kencang dan hasil penyulingan mengalir melalui sistem yang rumit ke tabung vertikal sebagai penampung, yang selanjutnya mengucur lewat outlet untuk dimasukkan pada bola di sirkuit cakram, bola yang sudah terisi menggelinding ke bagian packaging. Di sebuah ruangan di lantai dua, berkumpul para petinggi kastil. Mereka duduk di sofa lingkar. Doktor Chiara duduk di sofa tunggal, seorang perempuan berwajah pribumi keturunan, sangat cantik dan seksi. Dia tengah memberi instruksi kepada dua or
Ketika alat pelacak tidak dapat mendeteksi, maka insting yang digunakan. Raka tahu di kamar ini banyak menyimpan teka-teki. Dia berpikir keras mencari tahu jawaban dari teka-teki itu. Raka berjalan lambat-lambat memeriksa isi kamar. Matanya kelihatan betah sekali mengamati barang-barang antik yang ada. Inara memperhatikan setiap gerak-gerik Raka sambil berbaring tengkurap di tempat tidur. "Ngapain periksa-periksa? Orangnya sudah tidak ada." "Tahu dari mana orangnya sudah tidak ada?" "Nyatanya tidak muncul-muncul." "Bukan berarti sudah tidak ada." "Kamar ini adalah kamar pimpinan tertinggi kastil. Semua benda dan perabotan yang ada sangat eksklusif dan bernilai seni tinggi, berbeda dengan kamar lain. Sepasang insan berbeda usia pada dua lukisan itu adalah pemiliknya. Mereka pasti sudah tewas dalam kontak senjata di dekat perairan internasional." Pemi
Kirei benar-benar dongkol. Rencananya dia dan Maysha tidur satu kamar. Mereka memilih kamar ujung yang view-nya bagus. Jonan masuk lebih dulu untuk memastikan kamar itu aman. Padahal buat apa diperiksa? Orang-orangnya sudah ditangkap. Ketika Kirei menyusul masuk, tiba-tiba Maysha mengunci pintu dari luar. Tentu saja Kirei gelagapan. Percuma teriak-teriak, Maysha mendadak tuli. Lagi pula kamar itu kedap suara. Akhirnya Jonan kena tumpahan kejengkelan Kirei. "Kamu lagi pakai periksa kamar segala. Cari pembalut bekas?" "Orang-orangnya sudah tidak ada bukan berarti tidak ada ancaman," sahut Jonan santai. "Makanya jadi orang jangan suka iseng." "Kalau Ara memang ingin satu kamar sama Raka," dalih Kirei. Jonan mendengus sinis. "Terus menurutmu aku ingin satu kamar sama kamu? Malahan aku curiga ini settingan biar kamu bisa satu kamar sama aku." "Pede banget sih kamu?"
Kamar itu terletak di lantai empat, sangat luas dan sangat mewah, dengan interior perpaduan abad pertengahan dan abad modern, terdapat beberapa jendela besar menghadap ke hutan dan Samudera Hindia. Beberapa lukisan kuno naturalisme gotik bernilai seni tinggi terpampang di dinding, pesona dinding bertambah indah dengan lukisan besar berupa potret pemilik kamar bergaya ala Ratu Pantai Selatan, di sebelah lukisan lelaki tua menunggang kuda bertopi cowboy. Perabotan yang sangat berkelas dan antik tertata rapi dan menarik. Kamar mandi berdinding kaca bening dengan bathtub dan shower beratap serta bertirai tipis keemasan. Meja rias berlapiskan emas dengan model unik. Televisi layar datar berukuran besar berpadu serasi di dinding. Di setiap sudut kamar terdapat guci sebagai pot bunga matahari dan bakung emas yang tumbuh tinggi, tampak alami dan segar. Tempat tidur berukuran big dan berlapiskan emas terletak di tengah kamar. Di kasur yang sangat empuk tergolek tubuh