Di tempat yang berbeda beberapa jam sebelum itu... "Selamat, nona Medina. Anda dinyatakan berhasil sembuh dari kanker darah yang anda derita setelah menjalani berbagai macam proses pengobatan dalam kurun waktu yang tidak sebentar, kesabaran dan kesanggupan anda membuahkan hasil yang tidaklah biasa, Tuhan memberikan balasan atas kesabaranmu itu dengan begitu membahagiakan, sekali lagi selamat, nona Medina," kata seorang dokter perempuan berambut hitam lurus yang duduk di kursi di belakang mejanya, sembari menyodorkan beberapa lembar kertas kepada pasien di depannya. Mendengar itu gadis berhijab hitam di depannya yakni sang pasien tersenyum lebar, dia bahkan sampai menutup mulutnya karena malu terlalu lebar melakukan senyuman. Pelupuk mata Medina membendung air, rasanya ingin sekali dia menangis karena terharu tidak menyangka Allah begitu baik kepadanya, biarpun sempat diberikan cobaan berupa menderita suatu penyakit yang dikenal sulit disembuhkan dan berbahaya, akhirnya Allah memberi
Setelah sekian lama tidak bersua, manik mata hitam pekat itu kini tanpa disangka kembali bertemu tatap dengan sepasang iris mata berwarna coklat gelap, sepasang mata yang benar-benar saling mengenal berbagai hal lawan tatapnya, tidak ada yang merasa asing satu sama lain, pemilik manik mata itu bukanlah orang lain. Ya'qub dan Medina lah yang saling berpandangan itu sekarang ini, jarak mereka cukup jauh sebenarnya, tetapi takdir membuat mereka bertemu tatap. Semuanya bercampur aduk di dada masing-masing, bagai keajaiban mereka kembali berjumpa, tanpa ada yang membayangkan sebelumnya. Siapa yang harus menghampiri lebih dulu? batin dua-duanya bersamaan tanpa saling tahu dan janjian tentunya. Baik Ya'qub ataupun Medina seperti sama-sama tidak melihat bahwa di depan lawan tatap mereka ini ada seseorang yang lebih dekat dengannya, yang membuat mereka terancam kalah di hati satu sama lain. Tidak hanya sampai di situ, mereka berdua juga seolah-olah lupa mereka datang ke sini bersama siapa.
"Ekhem."Deheman biasa dari Ya'qub ternyata membuat dua perempuan di meja restoran terkejut terbukti dengan dua bahu mereka yang tersentak. Nayyara dan Medina sama-sama mengalihkan pandangan mereka menjadi menatap Ya'qub, Nayyara dengan pandangan bertanya-tanya sementara Medina dengan tatapan kikuk. Melirik tangan kanan Nayyara yang bebas di atas meja, Ya'qub berniat menggenggamnya sebelum mengungkapkan sesuatu kepada Medina, tangan Ya'qub sudah melayang siap menggenggam, tapi pertanyaan dari Medina membuat pergerakan Ya'qub terhenti dan tangannya diam di tempat."Bagaimana kabarmu, Ya'qub? Siap meresmikan pertunangan kita?"Mendengar pertanyaan itu Nayyara membelalak jauh lebih terkejut dari pada mendengar Ya'qub berdehem beberapa menit yang lalu, apa-apaan maksud pertanyaan gadis di hadapannya ini? tanya Nayyara dalam hati menahan kesal. Selain itu matanya sejak tadi juga tidak luput memperhatikan gerak gerik suaminya, terhentinya tangan Ya'qub yang seperti ingin menggenggam tangan
Istri dan mantan calon istri, tentu saja yang lebih penting adalah istri sah. Pikiran itu membuat Ya'qub sontak saja berdiri dari duduknya untuk mengejar Nayyara. "Siapa dia, Ya'qub?" tanya Medina menginterupsi pergerakannya Ya'qub. "Apa dia sekedar temanmu?" Ansel ikut serta bertanya. Sebelum berlalu pergi Ya'qub menyempatkan diri memandang dua orang insan di meja restoran yang mengaku hanya berstatus teman itu secara bergantian. "Bukan urusan kalian!" judes nya, kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka berdua. "Tapi Nayyara adikku..." lirih Ansel setelah selama tiga menitan dia dan Medina dilanda hawa sepi memandang tempat Ya'qub dan Nayyara keluar. Meski tidak memandang Ansel, tetapi Medina mendengar apa yang barusan diucapkan pria itu, dengan segera dia mengalihkan tatapannya hingga menatap sepasang manik mata berwarna hijau kepunyaan Ansel, Medina tidak langsung membalas, dia terlebih dahulu memikirkan, tepatnya berusaha mengingat-ingat. Momen di mana Medina menyaksikan p
Pagi di keesokan harinya... Dua pria dewasa muda itu duduk berhadapan dengan terhalang sebuah meja bundar kecil, padahal mereka hanya ingin bicara, tetapi disebabkan jam segini waktunya sarapan, jadilah mau tidak mau satu pria mengiyakan permintaan yang satunya lagi untuk sarapan bersama. "Tidak perlu heran dari mana saya mengetahui beberapa hal tentangmu, mulai dari nomor ponsel, alamat, biodata termasuk juga keluargamu, saya yakin kau mengerti tentang dunia intelejen di zaman sekarang.""Papanya Nayyara adalah Ahmad Naseh Zarawka, iya kan? Dan mamanya bernama Tesanee Sunee Jahriz?" "Benar, dari mana kau mengetahuinya?" tanya balik Ya'qub setelah membenarkan. "Sudah saya bilang bukan, kami memiliki ayah yang sama, tapi ibu yang berbeda. Untuk menambah keyakinanmu, ini..." balas Ansel sembari menyodorkan sebuah lembar foto berukuran 3r kepada Ya'qub. Di foto tersebut tampak wajah tiga orang, dua adalah laki-laki dengan satu anak kecil dan satunya lagi dewasa, Ya'qub dapat mengena
"Aku tidak berbohong dan bercanda, aku serius dan jujur, Ya'qub dan keluarga. Bahwa surat itu kutinggalkan dan cincin pertunangan kita ku lepaskan dengan berat hati, tapi aku tidak memutuskannya. Tak segampang yang disangka aku melepaskan cincin itu, alasan ku bersikeras memampukan melepaskannya adalah karena takut ada radar di sana dan memancarkan signal yang membuat kalian mengetahui keberadaanku.""Aku tidak ingin kalian tahu lukaku sehingga membuat kalian khawatir dan kepikiran hingga mengganggu aktivitas kalian sehari-hari, aku tidak sudi mengetahui kalian kerepotan gegara aku saja," tambah gadis yang duduk di sofa agak panjang di ruang tamu rumahnya. Tidak jauh darinya ada dua orang pria yang duduk masing-masing di sofa single, sengaja dipisah menghindari akan adanya pertengkaran sekalipun itu hanya sedikit. Mendengar penjelasan dari Medina pria berambut hitam ikal yakni Ya'qub dibuat membisu, semua alasan Medina memang sangat logis di pikirannya, cukup mustahil sepertinya unt
"Kak Yumna, keputusan Ya'qub itu gak salah kan? Tapi kalau gak salah, kok ada perempuan yang nangis gegara keputusan Ya'qub itu? Apa Ya'qub akan dapat karma karena udah bikin wanita nangis? Ditambah lagi wanita yang nangis itu, pernah sekaligus masih Ya'qub suka loh, kak..." gumam Ya'qub menyandarkan kepalanya di nisan yang bertuliskan nama kakak perempuannya. Wajahnya pucat karena lelah, ekspresinya tidak terbaca sebagaimana isi pikirannya yang campur aduk, ia yang terlihat tangguh dan kuat ini pun bisa menjadi lemah lesu begini, tetapi hanya di tempat tertentu, tidak di tempat sembarangan. "Ya'qub capek, kak..." Luruh lah akhirnya tembok pertahanan pelupuk matanya, cairan bening itu sekarang terjun juga mengalir di pipi putih bersihnya, isak tangis itu terjadi kepada pria yang dikenali dingin tak tersentuh ini. Semua manusia bisa rapuh, dan itulah yang terjadi pada Ya'qub kini, bukan ini yang pertama kali bukan pula yang paling hebat guncangan nya, tetapi tetap saja terluka tanpa
"Foto apa ini? Siapa ini?" tanya Ya'qub to the point, begitu dia masuk ke kamarnya dan mendapati seorang perempuan yang jelas ia kenali berdiri di depan jendela. Perempuan itu menoleh ke arahnya dan mengulurkan tangan meminta diberikan handphone nya Ya'qub yang sedang menunjukkan suatu foto, tidak perlu mengelak Ya'qub pun menyerahkannya. Ekspresi gadis itu tidak terbaca saat menatap foto itu, arah pandangnya yang menunduk membuat Ya'qub tidak bisa membaca manik matanya. Beberapa detik setelahnya tiba-tiba saja Nayyara memeluk Ya'qub erat, membuat Ya'qub di posisinya mengernyitkan dahi keheranan dengan respon istrinya. "Ya, itu aku dan Arthan, oh ya aku punya cerita yang mau diceritakan sama kamu, suami istri seharusnya bersikap terbuka kan, rasanya momen itu begitu menyenangkan dan membuatku puas."Sebenarnya Ya'qub sudah mengerti dengan yang diucapkan Nayyara, tetapi dia memilih untuk bersikap sok bodoh dengan bertanya meminta diperjelas, lebih tepatnya ingin mengorek kejujuran,