Aku bertemu dengan ibu Michiko yang banyak mengurus masalah imigran terutama para wanita yang bermasalah.
Bahasa Inggrisnya lancar.
"Mengapa kamu tidak kembali ke Indonesia," tanya Michiko.Aku tidak menjawab, sulit untuk menceritakan masalahku dan ibu Michiko agaknya mengerti.
"Baiklah, itu masalah pribadimu. Tapi negeri ini biaya hidup lebih mahal dan apakah keuangan kamu cukup.""Mungkin cukup," jawabku. "Aku akan pindah, hotel apa saran yang baik? Mengurus visa dan perpanjangannya.""Kamu tidak perlu khawatir, visa kamu masih cukup lama. Jika ada masalah kita bisa berbicara lagi."
Ibu Mitsuko memberikan nomor teleponnya."Aku hamil, apa saran kamu dengan masalah ini?"
"Kamu harus mendaftarkan diri di kantor distrik setempat, kehamilan disini sangat dihargai dan mendapat banyak fasilitas. Tentu saja setelah ada surat dari klinik atau rumah sakit."
***
Jepang mungkin ne
Aku tercengang dengan ajakan Sean. Aku bukan pacarnya dan dia mengajakku."Jangan salah sangka, aku tidak akan mengganggu wanita yang bersuami, aku cuma ingin berteman.""Apa yang kamu lakukan disana?""Ikut dalam sebuah tim penelitian," ujar Sean lagi." Aku diundang untuk investigasi kebocoran pembangkit nuklir Fukushima" jawabnya."Itu daerah berbahaya," ujarku mendengar kata nuklir."Tidak juga dalam batas batas tertentu, lagi pula semuanya memakai baju pelindung," ujar Sean lagi." Tapi kita akan tinggal di kota terdekat yaitu Yonezawa, cuma beberapa jam saja dari Tokyo.""Apa yang bisa dilihat di Yonezawa?""Bagian lain sisi Jepang, mungkin makanan dan kuil," ujar Sean lagi.Hati yang galau dan perasaan yang goyah membuat aku memenuhi ajakan Sean.Kemana lagi aku akan pergi? Aku telah kehilangan Ronald dan dikecewakan Dato Raf. Ikut dengan Sean pasti menarik.Jadi aku menyelesaikan
Sedikitnya 16 pekerja terluka dalam ledakan tersebut, sementara puluhan lainnya terkena radiasi saat mereka bekerja untuk mendinginkan reaktor dan menstabilkan pembangkit listrik Nuklir.Tiga orang dibawa ke rumah sakit setelah paparan tingkat tinggi."Saya menduga ada peningkatan kanker dalam jangka panjang," kata Mike.Efek jangka panjang dari radiasi adalah bahan perdebatan dari pekerjaan mereka.Bencana tersebut pada saat ini tidak akan dapat dilihat adanya peningkatan kanker yang belum dapat diamati di wilayah tersebut."Bagaimana kesimpulannya?" Tanya Hannah kepada Mike."Tim independen menemukan kurangnya kesiapan untuk pengamanan PLTN dari Operator pembangkit Tokyo Electric Power atau TEPCO" jawab Mike.Investigasi independen menyimpulkan bahwa Fukushima adalah "bencana yang melibatkan unsur kelalaian buatan manusia".Pemerintah harus memikul sebagian
Kuil itu menjadi rumah dan museum kehidupan penduduk setempat yang tinggal di bawah bayang-bayang gunung berapi."Mari kita lihat," ujar Hannah. Ia juga mengajak ke Fujiyoshida sebuah desa kecil dengan pemandangan Gunung Fuji.Berdiri disana dapat menatap gunung Fuji. Di sisi utara Gunung Fuji adalah wilayah Lima Danau Fuji, dengan keindahan alam yang luar biasa yang juga memberikan pemandangan gunung yang luar biasa. Lima danau. Danau Shoji, Kawaguchi, Saiko, Yamanako, dan Motosuko Kegiatan menyenangkan, memancing hingga kayak.Lima Danau adalah Desa Penyembuhan. Desa tradisional Jepang menampilkan kehidupan dan mata pencaharian penduduk setempat selama berabad-abad yang lalu. Di negeri Timur banyak legenda iya?" Ujar Hannah."Legenda apa?" Tanyaku. "Katanya di Gunung Fuji menjadi tempat tinggal bagi beberapa dewa dan dewi, jadi zaman dahulu kita para wanita tidak boleh naik gunung," kat
Bertemu dengan Rahmana Adi Setio suami Yuriko cukup menyenangkan. Dia berasal dari Semarang dan lebih dari separuh umurnya tinggal di Jepang. Dari bea siswa S1 sampai S3 yang didapatnya dari sebuah perguruan Tinggi di Osaka. Pendidikan di Institut Technologie of Design dan Departemen Robotic."Senang sekali, kamu bisa berteman dengan Yuriko," ujar Rahmana menyalamiku.Yoriko rupanya telah bercerita tentang aku kepadanya suaminya."Aku sering pergi meninggalkan Yuriko, ada undangan sebagai dosen tamu atau juga berkunjung," ujar Rahmana. "Beberapa hari lagi ke Canada dan setelah itu ke Seoul Korea."Rahmana menjelaskan, negara itu sangat tertarik untuk pengembangan Komputer Quantum. '"Bagaimana anda kembali ke Indonesia?" Tanyaku. "Entahlah, mungkin jarang, " ujar Rahmana pula."Mungkin setelah Indonesia juga tertarik "ujarnya pula.Rahmana menghela napas dalam-dalam. "Aku
Pergi kerumah sakit untuk konsultasi kehamilan dengan Yuriko cukup melegakan. Rumah sakit menaruh perhatian yang sangat besar bagi ibu hamil yang berobat. Aku tidak perlu kawatir jika sudah terdaftar di rumah sakit Aku dan bayiku akan terjaga dengan baik, jika melahirkan di Jepang . Ibu dan bayi akan dirawat di Rumah sakit selama 4 sampai 5 hari. "Jadi kamu tenang saja, kita akan dirawat dan melahirkan ditempat yang sama," ujar Yuriko. " Tinggal berdekatan di Apartemen kita bisa saling memberikan dukungan," tambah Yuriko lagi.Di Jepang sejak dini harus menentukan tempat kelahiran agar lebih mudah untuk dirawat. Semua data sudah tercatat dengan baik. *** Tinggal di Apartemen dengan kamar kecil di Jepang memang terasa kurang menyenangkan. Dibandingkan dengan Jakarta, Apartemenku lebih luas.Tapi aku harus membiasakan diri.Tetangga Apartemen cu
Minimarket cukup banyak di Jepang. Dari minimarket yang dikelola sendiri atau menjadi waralaba. Minimarket Takeshi dan ayahnya adalah milik sendiri. Minimarket yang cukup modern. Minimarket di Jepang cukup banyak. Mereka saling bersaing menarik hati pelanggan. Minimarket Seven Eleven, Lawson dan Family mart. Aku paling suka ke minimarket. Disana tersedia makanan onigiri yang murah. Onogiri minimarket kadang kadang berbeda dari setiap tokonya. Ada rasa khas sendiri-sendiri dari masing masing minimarket yang bersaing. "Aku suka onigiri," ujarku kepada Takeshi."Para pegawaiku membuatnya setiap hari. Kamu bisa melihatnya didapur minimarket," kata Takeshi.Meski tempatnya kecil, ada tempat untuk makan dan minum disana. Onigiri adalah nama Jepang untuk makanan berupa nasi yang dipadatkan sewaktu masih hangat. Bentuknya segitiga atau bulat. Bisa juga seperti kar
Takeshi membawaku ke juga ke sebuah tempat pemandian air panas Onsen kosugi-yu di Koenji.Onsen Kosugi-yu adalah pemandian air panas terbaik di Koenji."Ayo, kita menyegarkan diri sebelum berangkat malam ke Tokyo. Mandi air panas di Onsen," ajak Takeshi.Onsen pemandian air panas alami menyehatkan, karena banyak mengandung mineral.Onsen yang kukunjungi pemandian luar ruangan, dan note-buro pemandian dalam ruangan. Jadi cukup lengkap."Apakah kita di onsen mandi di kolam bersama dan telanjang?" Tanyaku."Mungkin juga," jawab Takeshi tertawa."Aku ingin melihat tubuh indah kamu," ujarnya."Kalau begitu tidak," ujarku.Takeshi tertawa lagi, sampai mukanya kemerah-merahan."Aku cuma bercanda," tambahnya melihatku terkejut.'Maafkan jika candaanku melewati batas," ujarnya dengan perasaan menyesal."Itu dulu, pria dan wanita mandi bersama tanpa busana. Tetapi sekarang pem
Di Apartemen aku mulai memfokuskan diri kepada kehamilanku. Yuriko dan aku sering bersama ke rumah sakit."Bagaimana hasil pemeriksaan kamu?"" Tanya Yuriko."Anakku laki laki," ujarku tersenyum kepada Yuriko."Aku perempuan," Yuriko menjelaskan pula kehamilannya."Kita berlatih, agar nantinya melahirkan tidak ada kesulitan." Yuriko mengajakku lagi menghadiri kelas prenatal. Ini adalah pengalamanku yang berharga dan penting bagiku dalam mempersiapkan persalinan dan menjadi orang tua. Pelatihan ini membekaliku dengan teknik untuk mengatasi rasa sakit selama persalinan. Berteman dengan sekelompok wanita Jepang yang hamil duduk dengan tenang tersenyum sopan. Ceramah dari tenaga medisyang memperingatkan tentang semua hal yang bisa salah selama kehamilan . Tanda-tanda risiko yang harus dicari dan peringatan untuk berhati-hati agar tidak menambah berat badan terlalu banyak. Tiga
Dokter berbicara denganku hal hal yang asing bagiku mungkin bahasa medis. Aku tidak dapat mengerti hal itu.Aku cuma bertanya."Apakah mungkin ada kesalahan?" Tanyaku."Maksud anda tidak akurat? Tidak mungkin," ujar dokter.Setelah panjang lebar penjelasan, dokter bertanya. "Apakah Anda punya alternatif?" Tanya dokter."Apa maksud dokter?" Tanyaku."Maaf, mohon jangan tersinggung. Mungkin ada lelaki lain yang bisa kita periksa. Untuk mencocokan DNA itu," kata dokter."Engkau bisa membawanya kesini." Aku tahu, dokter menyarankan agar aku membawa lelaki lain yang mungkin menjadi ayah anakku. Tentu saja ada. Lelaki itu mantan suamiku Dato' Raf. Ayah Brian yang sebenarnya. Tapi aku tidak bodoh untuk menghubungi dokter dan laboratorium itu lagi. Aku akan mulai dari awal. Aku tidak mau Dato' Raf curiga. Aku akan memberitahu Dato' Raf. Apapun yang terjadi.Dato' Raf tentu harus tahu, bahwa
Aku membawa permainan untuk Adiputra. Mungkin ayahnya sudah membelinya, karena dia seorang anak yang memiliki segalanya.Dia senang punya permainan mobil yang kubawa. "Sekarang kamu tidur, bermain besok saja,”kata ayahnya tegas. "'Iya, aku mau tidur," Adiputra melirik ayahnya.Aku meninggalkan anak itu dan sebelum pergi mengusap kepalanya. Bos Dewantara mengajakku ke Kafe terdekat. "Ayo kita minum di Kafe rumah sakit," ajak Bos Dewantara.Perutku memang sudah lapar. Mendapat makanan dan kopi cukup menyenangkan. Aku suka kopi. Dewantara juga.'"Mengapa Erika menggugat cerai?" Tanyaku."Mereka selalu tidak cocok kalau dirumah, anakku dan Erika bertentangan dan aku pusing. Adiputra tidak mau diatur, sementara Erika tidak peduli. ""Sulit juga menghadapi anak yang keras seperti Adiputra," kataku."Erika tidak menyembunyikan ketidak sukaannya, jadi hidupku jadi kacau," ujar Dewantara p
Namun aku tetap memaksa agar Ronald dan anakku memeriksa DNA, aku tidak mau ada kesalahan.Tetapi lelaki itu dan aku tampaknya cukup yakin, itu adalah anakku dan Ronald."Apakah kamu yakin pemeriksaan itu perlu?" Tanya Ronald."Aku sudah punya suami, meski dia mengatakan tidak lagi subur. ""Lelaki mungkin kesulitan kalau sudah berusia diatas 55 tahun," ujar Ronald. "Jadi kita akan memastikannya," ujarku menguatkan."Jangan ada kesalahan lagi.' "Baiklah jika itu mau kamu, aku akan menanyakan dan mencari waktu yang tepat. Aku dan anak kita akan menjalaninya." Ronald kini tertawa cerah. Seolah-olah tidak terjadi apa apa. Dia membesarkan hatiku."Aku akan menelpon kamu," ujarnya lagi. *** Ronald menelponku dua hari sesudahnya."Aku sudah konsultasi dengan dokter, kita dapat melaksanakannya. Aku dan anakku Brian,." Kata Ronald seperti dia sudah yakin itu putranya.
Aku mulai memikirkan Ronald dan kini masanya menuntaskan masalah ini. Aku menelponnya dengan telepon sebelumnya yang kucatat ketelpon baruku. Tak berapa lama telpon itu diangkat. Aku memerlukan menenangkan diri sebelum menjawab teleponnya."Hai, sapaku." Suara ditelpon menjawabnya dengan terkejut."Anna, kamukah itu?" Tanya Ronald seperti berteriak."Iya, " kataku."Aku cuma ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kamu," ujarku dengan suara getir."Apa yang kamu katakan? Kamu memutuskan telepon dan sekarang berbicara tentang selamat, apa yang kamu ketahui tentang aku?" "Kamu mengatakan akan menikah dan akan memberikan undangan.""Jadi karena itu kamu memutuskan telpon dan tidak mau berhubungan denganku?""Iya." Jawabku."Aku yang salah," ujar Ronald pula."Kita perlu bicara, dimana kamu?""Apakah ini perlu?" Tanyaku."Tentu saja perlu, banyak yang aka
Adiputra dan Erika Sintya mulai bercakap cakap dan akrab. Aku membujuknya agar mencintai Erika Sintya. Anak itu tersenyum saja. Tapi ia mulai suka dengan Erika dan tidak menolak atau merajuk . Permainan ditempat wisata itu menggodanya. berdua, Erika dan aku membawa Adiputra ketempat permainan, tapi Adiputra lebih suka menempel padaku. Ayahnya Dewantara hanya melihat saja dari jauh. Sekali sekali dia ikut. Tertawa bersama ayah dan anak. Aku seperti pengasuh diantara mereka.Berjalan kemana saja, bos suka melihat tempat wisata dan perkemahan. Tapi Erika dan Adiputra tidak suka berkemah. Jadi berjalan jalan saja kearah bukit dan tempat tempat yang indah.Di siang itu kami pulang setelah berjalan dikaki bukit.Erika Sintya dan Bos Dewantara berjalan berdampingan. Aku dan Adiputra mengikuti berjalan di dekat sungai. Erika memisahkan diri dari Bos dan mendekatkan diri padaku dan Adiputra.
Adputra terbangun pagi hari dan aku membuatkan sarapan. Ayahnya menelpon dari Singapura pagi itu. Aku mengulurkan telepon ke anak itu dan mengedipkan mata memberi semangat. Dia mengambilnya dan menelponAku sengaja tidak mendengarkan percakapan mereka. Setelah memecahkan beberapa telur dalam wajan, dan menutupinya dengan penutup aku menemui Adiputra. Adiputra baru saja selesai menelpon dan menyerahkan ponsel kepadaku. "Ayah ingin berbicara," ujar Adiputra. "Ya," kataku, meletakkan telepon di telingaku. "Anna, apakah dia mengganggumu'? Pegawaiku akan datang ke sana untuk membawa Adiputra. ""Tidak apa apa, dia anak yang menyenangkan. " jawabku."Aku senang dia disini, tapi tempatku mungkin tidak bagus, aku minta maaf.""Adiputra senang disitu, aku berterima kasih. " Kata Dewantara pula."Syukurlah," ujarku tulus."Aku ingin bertemu, sepulang dari Singapura aku akan kesana." Berkata lagi
Aku mandi dan menyegarkan diri. Aku tertidur sampai pagi hari dan bangun dengan wajah lebih segar. Celakanya aku mengingat anak kecil yang sangat menarik hati itu yang bernama Adiputra. Tapi aku sama sekali tidak menyesal tidak menerima tawaran ayahnya untuk menjadi pengasuh. Jadi pengasuh bukan pekerjaan pavoritku. Antar jemput anak dan bertemu dengan lelaki tampan itu setiap hari. Dia pasti juga tidak suka untuk bertemu seorang janda. Sebelum terlambat, lebih baik aku menolaknya sekarang. Aku keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk dengan rambut basah dan mengeringkannya serta pergi tidur. Tidur segera saja menguasai diriku karena aku sangat lelah. Untung ada Metty membantuku. Aku tertidur dan terbangun di pagi hari. Aku harus mencuci rambut lagi, karena kalau tidak rambutku menjadi kusut. Aku tidak mau tampil dengan rambut yang kusut. ***Beberapa saat setelah itu melodi yang b
Seorang anak laki-laki dan ayahnya, yang saya pikir tidak akan pernah saya temui lagi datang lagi. Tuan Dewantara dan anaknya Adiputra.Sebuah mobil segera tiba.Adiputra kecil ada dikursi belakang. Baru sekarang saya perhatikan bahwa Adiputra kecil adalah salinan mirip ayahnya.Bocah itu begitu percaya diri dan keras kepala."Karena semua upaya saya untuk berterima kasih telah gagal, maka izinkan saya mengantarkan anda pulang?"Aku melihat sekilas wajah tampan pria itu."Aku punya mobil terparkir dimall. Cukup sampai disana saja.""Kamu membawa mobil?" Tanyanya."Kamu baru saja mengalami kejadian berat, aku ingin memastikan kamu pulang dengan baik. Dimana kamu tinggal?"" Apartemen Nirwana "sahutku."Aku tahu, ayo ketempat mobil kamu dan saya akan mengiringi kamu pulang dari belakang.""Kami akan menonton film besok," Si kecil itu berbicara."Maukah
Aku mencapai kantor ayahnya dengan mobil online dan masuk ke sebuah kantor besar berupa Apartemen. Sebuah Nama perusahaan besar yang bergerak dalam perdagangan besar. "Apakah kamu sering kesini? "Aku bertanya kepada anak itu. Keindahan ubin marmer, kebersihan dan kilau di sekitarku memenuhi mataku. "Tidak, tetapi terkadang ayah membawaku ke tempat kerja. Aku tidak punya siapa-siapa di rumah." Aku dan anak itu berjalan melewati koridor panjang dan naik lift.Satpam dikantor itu terkejut dan menahanku. " Hai, Adiputra, semuanya mencari kamu. Apa kamu diculik wanita ini?" Satpam berteriak. Kemarahan segera saja muncul dalam diriku."Jangan sembarangan, temukan saja ayahnya. Aku mengantar anak ini." "Kami akan menelponnya dan kamu menunggu di kantor. Semua orang sedang sibuk mencari anak itu. Maaf kalau menuduh," satpam itu mulai ramah. Sekarang aku akan memberi tahu