Aku selalu sangat hati hati kalau pulang. Aku tidak mau ada penguntit yang ingin tahu tempat tinggalku.
Hidup dalam waswas cukup menyiksaku. Hidup dengan penuh kekawatiran.
Jika bersama Ronald, aku khawatir di ikuti oleh Dato Rafki atau orang¹ suruhannya yang akan menemukanku.
Pulang kerja, bisa jadi penguntit dari orang orang ibu Betty akan membayang bayangiku.
Bisa juga Ronald yang penuh keinginan tahu tentangku.
Kalau Ronald, aku tak perlu kawatir terlalu banyak. Mungkin bagus juga karena aku dapat berterus terang kepadanya.
Aku akan menjelaskan apa yang terjadi.
Tidak menjadi apa, meninggalkan atau ditinggalkan Ronald aku sudah pasrah.
Tapi bagaimana kalau orang suruhan ibu Betty ? Betty memergokiku. Menemukan tempat tinggalku. Itu akan sangat gawat. Apalagi kalau bersama Dato Raf. Tak dapat kubayangkan.
Dikantor , aku selalu kawatir kalau ibu Betty datang lagi menemuiku.
Seminggu setelah itu, Dato menelponku."Aku ingin bertemu kamu, tapi tidak ditempat kamu.""Dimana?"Dato Raf menyebutkan sebuah hotel bintang lima."Aku telah memboking hotel atas nama kamu," katanya dengan jelas. Tunjukan KTP kamu."Aku datang pada waktu check in lebih awal. Hotel mewah selalu menggodaku dengan pesonanya.Hotel yang berlokasi di kawasan strategis itu adalah hotel tertinggi yang pernah kulihat.Suasananya membuat aku lebih bergairah. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan bersantai. Mandi di kolam renang lantai 50. Menyaksikan pemandangan kota diketinggian.Merawat diri dan memakai parfum kesenangan Dato Raf. Menunggu Dato Raf dengan hati berdebar di ranjang hotel mewah berbintang.Menunggu mungkin terasa lama dan ia muncul dengan senyum cerahnya. Dato Raf datang ketika hari beranjak malam."Aku sudah datang," ujar Dato Raf."Iya Dato, " jawabku. Ia menelponku dari dari parki
Sydney adalah kota terbesar di Australia. Aku tidak ingin berada dihotel saja. Aku ingin melihat Sydney lebih dahulu. Aku mulai memberanikan diri berjalan disepanjang jalan Sydney yang tidak terlalu ramai. Sapaan How Are You, menjadi hal yang favorit terdengar. Ketika aku membeli sesuatu, es krim atau apa saja orang orang tersenyum dengan sapaan khasnya. Cukup capek juga menyebut 'I am fine' dan mereka kembali tersenyum. Sesama pejalan kaki tidak salingmengenal bisa saja berhenti dan mengobrol menanyakan kabar ."How Are You." Kesadaran pengendara bermotor untuk mendahulukan penyeberang jalan, perlu sangat dihormati . Mereka memperlakukan se olah olah penyeberang itu jalan adalah raja. Mereka berhenti untuk memberi jalan. Tidak terasa aku sampai di Paddy’s Market, dam sekitar China Town sampai ke Darling Harbour tanpa terasa waktu kuhabiskan cukup banyak. Tujuan utamaku sendiri sebenarnya ha
Setelah Dato pergi, aku sendirian di Sydney .Udara yang lebih segar, angin sepoi-sepoi dan area yang luas dengan taman adalah pemandangan yang biasa di kota itu. Begitu banyak bunga dan pepohonan dan taman bermain dijalur pejalan kaki. Sydney secara keseluruhan aman untuk wanita sendirian. Orang Australia mempunyai sifat yang ramah dan suka membantu, Duduk di depan Opera House, pada hari itu dan mengingat kemarin, aku menghabiskan waktu di Taronga Zoo Sydney.Sekarang aku ingin melihat patung.lilin Madame Tusaud. "Hi, How are you," seorang lelaki tampan berkulit putih menyapaku."Apakah kamu sendirian?" Tanyanya .Aku tersenyum membalas sapaannya."Saya Robert," ujarnya lagi."Sekarang saya sendirian'," jawabku."Are you from?""Indonesia," tambahku lagi ketika ia bertanya asalku."Mungkin kita bisa berteman," ujarnya meramahkan diri. "Bolehkah aku duduk didekatmu?" Aku tersenyum meski
Ketika upaya pemerintah untuk memaksa penjualan pulau gagal, pemerintah Australia membuatnya bangkrut dengan menolak berbisnis atau mempersulit izin apa pun kepada perusahaan perkapalan dan segala usahanya di pulau Cocos yang berhubungan dengan Australia.Pada tahun 1978 pemerintah telah kehilangan kesabaran.John Clunies-Ross dipaksa menjual tanahnya ke Persemakmuran di bawah ancaman akuisisi wajib.Lima tahun kemudian, pemerintah Australia ingin dia keluar dari pulau itu sama sekali.Referendum 1984 menawarkan kepada penduduk pulau, termasuk juga anggota keluarga Clunies-Ross, dengan dua pilihan.Memilih integrasi dengan Australia, atau kemerdekaan.Sementara Clunies-Ross mencoba bertahan dengan berkampanye untuk kemerdekaan, hampir semua orang yang berhak , memilih integrasi penuh dengan Australia.Tindakan penentuan nasib sendiri negeri kami... itu masalah besar, untuk sekarang menjadi bagian dari
Selesai Cuti, aku melapor kekantor tempatku bekerja."Aku akan mulai bekerja," laporkan."Selamat bergabung kembali. Perusahaan ikut berduka dengan meninggalnya ibu kamu," ujar biro SDM kepadaku.Lalu dengan penuh simpati biro SDM mengucapkan beberapa nasehat.Terakhir ia mengucapkan ucapan,"Selamat bekerja dan datang kembali ke Perusahaan. Semoga sukses. ""Terima kasih," ujarku.Hari hari rutin kembali hadir dalam hidupku.Bekerja, pulang dan selalu hati hati ketika pulang kalau ada yang mengikutiku.Beberapa minggu itu berjalan,namun nasib kembali buruk, sesuatu hal yang tidak kuinginkan kembali terjadi.Bagaimanapun aku hati hati, ibu Betty akhirnya dapat mengetahui tempat tinggalku.Mungkin ada penguntit dengan sepeda motor, aku tidak waspada. Aku juga tidak waspada ketika ada yang mengetok pintu.Tiba tiba saja ibu Betty muncul diapartemenku.Pintu diketok, k
Ronald telah menungguku didekat kantornya.Mataku agak merah, Ronald melihatnya. Namun selalu ada alasan untuk membantahnya."Kamu kenapa?" Tanyanya."Masih berduka," jawabku."Dua minggu belum cukup'? Kau harus relakan dan berdoa untuk ibumu karena hidup harus berlanjut," garis tipis terlihat dari bibirnya yang terkatup.Ronald bercerita hal hal yang ringan. Setelah itu keseruan tempat yang akan mereka kunjungi ."Jika kemaren kita ke gunung, kini kita kepantai. Ini lebih indah," kata. Ronald."Kita naik banana boat atau surfing.""Aku cuma ingin melihat pantai,"kataku."Aku juga," kembali garis tipis dibibirnya dan senyum dari rahang yang kuat."Tidak sulit, kita akan beli pakaian renang disana."Cerita Ronald terdengar menyenangkan.Ronald ingin aku bercerita banyak. Namun itu tidak terjadi. Aku lebih banyak diam. Ronald menggodaku dengan tawanya yang
Aku merasa gamang untuk kembali ke apartemenku dan menambah liburanku di pantai Carita.Trauma dengan ibu Betty dengan apartemenku yang bukan lagi tempat aman bagiku."Aku mau tiga hari disini," ujarku kepada Ronald."Menarik, kau mau lebih lama, aku senang , tapi kamu mengabaikan pekerjaan. Aku tidak jamin kamu sampai dipecat?""Aku sudah bosan bekerja?"Ronald mungkin menduga duga ada sesuatu yang terjadi denganku.Tapi dia tidak banyak bertanya, aku takut jika ia sampai bertanya apa aku sudah menikah.Tapi tidak, lelaki itu masih menahan diri dengan pertanyaan.Namun sebuah pertanyaan dilontarkannya juga meski tidak memaksa."Kalau engkau punya masalah, mungkin aku bisa membantu.""Mungkin, kalau aku tidak bisa menyelesaikannya. ""Ceritakan saja, aku selalu punya waktu mendengarkan," tambah Ronald."Aku ingin mencari apartemen'," kataku."Itu mudah, kredit atau sewa. It
Berlibur menghabiskan waktu di Pantai Carita adalah sesuatu yang tidak bisa kulupakan. Ronald yang telah mengajakku', ketempat asri dengan rerimbunan pepohonan. Biasanya kalau ke pantai itu panas. Tetapi di sini cukup sejuk dan aku menyukainya. Selain ada hutan yang tak jauh dari situ, pohon pohon besar di sekitar resort menambah kesegaran udara. "Lihat pohon Waru tua itu," kata Ronald menunjuk kesebuah pohon waru tua yang terlihat aneh. Ronald mengapit pinggangku menarik tanganku. Aku dan Ronald berpelukan. Aku melepaskan pandangan kesuatu arah. Aku memperhatikan dengan tepat.Sepasang pohon Waru tua berdampingan tumbuh kuat dan ada tulisan cinta abadi diantaranya. Pohon yang dikemas sebagai obyek wisata. "Bisakah kita seperti itu? " tanya Ronald ketika aku mengeja nama dipohon itu dengan mulut terbuka. "Cinta abadi?" Aku mengucapkan kata kata itu sambil tersenyum kecil dibibir.