"Jalang kecil sudah datang." Rasanya Ayla ingin menguburkan dirinya hidup-hidup dengan kata sambutan tersebut.Bukan! Itu adalah khayalannya sendiri. Moer Bellatrix tetap menyambutnya dengan senyuman, pelukan hangat seorang ibu walau Ayla ketakutan karena merasa semuanya penuh kepalsuan. Dulu rumah mewah ini selalu jadi rumah, sekarang Ayla merasa begitu kerdil. Gadis itu hanya terdiam mengikuti langkah Moer Bellatrix menuju ruang privat untuk berbicara empat mata. Auden memang mengantarkan Ayla, tapi dia tetap memberi ruang dan waktu bagi urusan wanita. "Selamat untuk kehamilan kamu," ucap Moer Bellatrix berbalik padanya. Seluruh tubuhnya terasa disirami es dengan ucapan tadi dan juga dinginnya pendingin udara ketika masuk dalam ruang kerja Moer Bellatrix, aroma bunga mawar yang menenangkan menyapa indra penciuman mereka. Ayla masih berdiri, sedangkan Moer Bellatrix sudah duduk di bangku kebesaran menatap pada gadis yang terlihat polos tapi mampu menghancurkan kebahagiaan put
Ayla hanya menunduk dengan kepala berperang hebat, sebagai kaum rendahan saat diberi pilihan sulit dia takkan bisa untuk memilih. Ibu hamil itu menutup mata dengan tangan terkepal, masih dengan hati yang berat. Kepalanya kembali terangkat menatap manusia lainnya yang juga berada dalam ruangan yang sama dengannya. Kian merasa bersalah karena seolah dialah penyebab semua kehancuran ini. Auden hanya memegang kertas berisi surat perceraian dari Sandra tanpa ekspresi, pria itu sama sekali tidak menunjukkan emosi apa-apa yang membuat Ayla kian merasa ketakutan. Mau berlari sejauh mungkin juga dia tak punya jalan pulang. "Apa aku harus merelakan anakku demi menebus semua perasaan bersalah ini?" Ayla bertanya sendiri dalam hati, dengan gerakan halus tangannya terulur untuk membelai perutnya. Dia jatuh cinta sedalam mungkin pada bayinya walau anaknya belum lahir. Harus bagaimana ini, menebus rasa bersalah dengan merelakan anaknya atau menutup mata dan tetap jadi antagonis di mata semua o
Suara desisan pendingin udara mengisi kesunyian di tengah kekosongan hatinya. Ruangan yang gelap, hanya lampu temaram di atas meja yang memberi penerangan seadanya membuat dia kembali terdiam merenung soal nasibnya. Auden masih terdiam berkali-kali membaca surat keramat dari Sandra. Hatinya terasa begitu ngilu, perpisahan aneh ini harus terjadi di antara mereka. "Mi Amor." Kata panggilan yang selalu akrab dengan keduanya seolah telah menjadi asing. Pria itu menutup mata masih dengan dada yang sesak. Dia tak ingin kehilangan Sandra, dia takkan sanggup hidup seperti ini. Jika boleh egois Auden ingin Sandra kembali, mereka hidup berdampingan seperti dulu lagi, tetap bersama Ayla. Kepala pria itu menoleh ke arah ranjang, Ayla yang tertidur pulas setelah percintaan mereka. Awalnya Auden pikir, gadis yang biasa-biasa saja itu tidak pernah berarti apa-apa padanya, saat melihat betapa rapuhnya Ayla, Auden ingin terus mengulurkan tangannya dan mendekap Ayla jika gadis ini tidak sendiria
Telinganya memasang dengan waspada dan juga rasa muak dengan keributan yang terjadi.Ayla menyesali keputusannya untuk pulang ke rumahnya. Tak ada kedamaian yang dia rasakan di sini.Gadis itu hanya meringkuk memeluk tubuhnya."Ayla! Kamu pasti dengar, adik-adikmu sudah tiga bulan nunggak bayar sekolah. Oh jangan lupa belanja ke pasar biar adik-adikmu makan enak. Di rumah orang kaya itu kamu pasti makan enak. Kami juga tidak mau menampung kamu lama di sini, cepat pulang ke rumah orang kaya itu, beri uang yang banyak buat adik-adikmu!"Ayla menutup mata meresapi kesialan yang menjalar di seluruh syaraf tubuhnya.Saat kembali membuka matanya dia kembali mempertanyakan kenapa kembali ke kandang tikus ini.Harusnya ibunya tahu jika kedatangannya di waktu dini hari hampir subuh buta itu adalah urgent, dia sedang tidak baik-baik saja di sana."Kita harus ke mana, Eden?" tanya Ayla seolah anaknya berdiri di depannya?Sebenarnya Ayla sudah tahu akan seperti ini, tapi setidaknya dia masih puny
"Ayo, bangun. Ada yang ingin kutunjukkan." Auden mengulurkan tangannya sedangkan Ayla hanya memeluk lututnya tak mengerti dengan sikap impulsif pria ini. Dia tidak pernah mengharapkan pernikahan ini terjadi, Ayla muak terus-terusan jadi boneka seks oleh Auden. Harusnya pria ini mencari istrinya, mereka kembali bahagia bersama dan dia pergi jauh. Harusnya seperti itu, bukan kembali memasukkan dirinya dalam lingkaran setan yang tak berujung. "Mau jalan sendiri atau digendong?" ancam Auden. Masih dengan segala rasa muak Ayla langsung meloncat dari atas ranjang, melupakan bayi dalam perutnya. "Ikuti aku." Mau tak mau Ayla mengikuti punggung lebar itu berjalan ke luar. Apa yang pria ini lakukan? Ayla masih terus bertanya saat Auden malah masuk ke dalam mobil. Apa yang terjadi sebenarnya? Tak tahan dengan tatapan dalam dan serius itu Ayla akhirnya kembali masuk ke dalam mobil dengan banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya. Tapi, yang dia tidak habis pikir adalah kenapa Auden tidak
Masih menatap sang majikan dalam, tanpa sadar tangannya masih mencengkram kaos pria itu. Ada perasaan yang membuat mereka ingin sama-sama tinggal. Auden masih menunduk menatap gadis yang tidak cantik-cantik amat ini, tapi berhasil membuatnya betah. Ingin menahannya agar tidak pergi. Melupakan semua masalah yang terjadi di antara mereka, hari ini hari keduanya. Saat sudut bibirnya dikecup, Ayla beneran membayangkan jika sekarang pipinya berubah warna peach. Apa beneran seperti itu? Mata gadis itu melotot saat sang majikan melumat bibirnya. Lidah mereka kembali bertaut dan beradu dengan basah. Hanya dua wanita yang pernah dia cium seumur hidupnya, dan rasanya dia tidak akan puas dengan gadis di depannya. Mencium bibir amatir Ayla yang begitu pasrah membuat sisi liar dalam diri Auden membuatnya ingin mengajarkan banyak hal untuk gadis ini. Tanpa sadar Ayla mengalungkan tangannya di leher sang majikan, kakinya sudah lembek seperti jelly dengan ciuman yang berbeda kali ini. Ayla te
Mari merasa sebentar jadi Sandra. POV SANDRA. Auden.Nama paling indah yang pernah kutahu. Sejak pertama kali melihatnya, tahu namanya aku jatuh cinta. Perasaan mendalam itu terus mengakar hingga berkerak.Bersamanya aku merasa apa itu jatuh cinta setiap detiknya, selalu menganggap dirinya malaikat yang Tuhan kirimkan.Dia selalu membuatku bahagia, alasan aku tersenyum setiap saat, satu-satunya laki-laki yang punya semua love language membuatku merasa wanita paling beruntung di belahan di dunia manapun.Hidup sempurna yang kujalani dan selalu diratukan membuatku tak lagi mengejar apa pun, aku telah punya segalanya, memiliki Auden dalam hidupku adalah kesempurnaan.Bagian terburuknya aku tidak pernah mengantisipasi akan mengalami patah hati terhebat seperti ini.Hanya satu laki-laki yang menempati ruang hatiku, saling jatuh cinta bersama, tumbuh bersama, mirisnya tidak menua bersama.Seumur hidup aku tidak pernah mengalami patah hati, atau terpuruk karena laki-laki hidupku selalu dir
Ayla sedikit risih dan tak nyaman dengan perhatian aneh yang tiba-tiba pria ini padanya. Auden benar-benar memperhatikan semua kebutuhannya.Terbiasa diabaikan dan tak pernah dianggap membuat Ayla serba shock. Sekarang dia mengerti kenapa Sandra begitu cinta pada suaminya karena laki-laki ini diajarkan untuk perhatian pada hal sekecil apa pun."Ibu hamil harus makan daging yang matang." Ayla hanya mendongak terdiam mengangguk kaku saat Auden sedang membuat steak untuk mereka berdua.Pria itu bolak-balik di dapur tanpa mengenakan atasan membuat matanya ternodai setiap saat. Sebenarnya dia begitu mengantuk dan tubuh terasa lelah karena digempur terus-terusan. Ayla yakin setelah makan ini tubuhnya akan digempur lagi."Ayo, Emme coba. Ini udah dimasak well done." Kepala Ayla masih mendogak sembari membuka sedikit mulutnya ketika Auden menyuapkan potongan steak yang dimasak manual."Nanti kita beli makanan frozen atau yang sudah jadi tinggal dimicrowace atau di-oven.""Kenapa?" tanya Ayla
"Semoga Edde suka." Ayla tersenyum sembari memeluk sebuah boneka beruang kecil menggemaskan.Tak ada filosofi khusus tentang boneka itu, dia hanya ingin memberikannya. Auden telah punya segalanya, dan juga bukan wanita atau anak kecil yang butuh boneka, tapi Ayla hanya ingin memberinya.Hidup sial yang selalu dia rasakan dulu perlahan terberkati dengan kehidupannya sekarang, bahkan terkadang Ayla sampai lupa daratan jika kehidupan nyaman bersama Auden sekarang adalah merampas milik orang lain."Hanya dua jam, aku tidak bisa meninggalkan bayiku." Ayla terus berkata pada diri sendiri, sebenarnya dia tak bisa meninggalkan anak sebarang lima menit saja, tapi Delisha memaksa kali ini agar dia bisa menikmati waktu berduaan karena selama ini mereka terus fokus ke anak.Pipinya terus terangkat ke atas hingga terasa pegal sendiri karena terlalu banyak tersenyum, tapi Ayla bahagia. Dia bahagia dengan hidup yang dijalani sekarang."Terima kasih Heaven karena kehadiran kamu dan abang buat Emme ba
Suara tawa yang jernih itu membuat suasana hatinya ikut bahagia.Auden sedang menunggu Ayla yang rencananya ingin berkencan berdua tanpa anak sebagai hadiah karena sudah menjadi orang tua yang hebat untuk kedua anak mereka, terutama merawat Eden.Laki-laki itu masih menopang dagu sudah mengirim pesan untuk istri kecilnya, terus tersenyum gemas melihat Eden yang tumbuh menjadi bayi paling menggemaskan yang pernah dia tahu."Terima kasih Eden sudah menjadikan Edde proud dad," ujar Auden. Tak ada lagi yang dia kejar di dunia, sekarang fokusnya adalah pada keluarga kecilnya yang sudah lengkap.Hidupnya telah sempurna.Auden kembali memutar video interaksi Ayla dan Eden yang tertawa begitu merdu. Dia takkan bosan seumur hidup melihat video ini."Makhluk-makhluk menggemaskan," geleng Auden gemas.Terlalu sibuk dengan dunianya hingga laki-laki itu sadar sosok yang ditunggu tak kunjung datang dan dia menjemput ketakutan di depan mata.Kursi itu berderit seiring dengan gerakan sang empu yang b
"Cinta bisa memudar dan hilang, obsesi akan melekat selamanya. Porsi cinta Auden telah habis dan hanya tersisa aku di sini. Hanya aku," jelas Karel mengelilingi tubuh Sandra yang menangis tersedu-sedu karena dia tidak menyangka Auden sialan itu benar-benar sudah melupakannya, padahal mereka telah hidup bersama selama bertahun-tahun dan digantikan oleh orang baru secepat ini, mana hanya pembantu yang tidak akan pernah sebanding dengan dirinya.Saat mengangkat kepalanya lagi-lagi muka Karel. Muak sebenarnya, tapi ada satu titik di mana Sandra sadar jika hanya laki-laki ini yang akan terus menemani di saat-saat di terpuruk. Tapi tunggu! Dia terpuruk juga karena laki-laki sial ini."Lagian apa lagi yang kamu harapkan darinya? Melihatnya kamu akan terus mengingat pengkhianatan itu, apalagi melihat bukti nyata itu berkeliaran di sekitar. Melihat anak Auden tumbuh kamu akan terus tersiksa."Sandra kembali menunduk, semua penjelasan itu terasa masuk akal, tapi rasanya masih belum percaya jika
"Kok bisa-bisanya kau hamil lagi! Kau kan masih punya banyak adik dan mereka semua tanggung jawab kau!"Bukan kata sapaan yang menyenangkan, tapi selalu saja caci maki yang dia dapat.Ayla hanya terdiam saat ibunya melirik tak senang ke arah perutnya, dia harus ingat jika dirinya adalah generasi roti lapis yang harus menghidupi seluruh keluarga.Mana orang tuanya benar-benar tak punya otak dengan anak banyak dan bermain judi setiap saat.Auden mengetatkan rahangnya. Dasar orang miskin tak guna! Inilah orang miskin tak pernah bisa keluar dari kemiskinan.Mara yang melirik pada pria tampan tetap di samping Ayla dan wajahnya langsung berubah menjadi senyuman. Sumber uangnya datang, dari kejauhan pria ini sudah bau uang, jadi mereka tidak perlu ngutang sana-sini lagi karena kesusahan saat kalah bermain judi. Sebenarnya Ayla benar-benar tak enak hati pada Auden karena laki-laki ini tak punya tanggung jawab pada kelakuan orang tuanya. "Mana check? Mau Mama tukar ke bank biar bapakmu kelu
"Sabar, Edde sebentar sampai."Suara Auden terdengar panik di ujung telepon karena Ayla yang terus menangis saat menelponnya.Ayla menangis ketakutan seperti melihat monster menyeramkan yang siap memakan dirinya dan anak dalam perutnya.Saat Auden tiba Ayla meringkuk di kamar sembari memeluk perutnya melindungi bayi."You okay?" tanya Auden mengulurkan tangannya dan Ayla menerima dengan lemah sambil menggeleng."Emme takut, Edde kenapa lama?" ujar Ayla dengan tubuh gemetaran.Laki-laki itu membawa istri kecilnya dalam dekapannya dan menenangkan Ayla yang terus saja menggeleng dan terisak."Edde ada sedikit kerjaan dan sekarang Edde ada di sini," jelas Auden sembari mengecup kepala Ayla berkali-kali yang masih menangis ketakutan."Jangan pergi," lirih Ayla mencengkram kaos yang Auden kenakan.Dia takut! Benar-benar takut, padahal Ayla tidak pernah bersikap manja yang menjijikkan seperti ini, tapi saat radarnya mendeteksi keberadaan Auden dan laki-laki itu tidak ada, semua ketakutan dan
"HOW THE FUCK! AUDEN SIALAN ITU BENERAN BERUBAH. SUNGGUH MENJIJIKKAN DIA BISA TAKLUK SAMA PEMBANTU ITU. BENAR-BENAR DUNIA TERBALIK. LAKI-LAKI HINA, RENDAHAN, COCOKNYA SAMA PEMBANTU. MENJIJIKKAN!"Sandra masih misuh-misuh dengan perasaan berdarah-darah mendapati fakta selang beberapa bulan pembantu itu melahirkan dan sekarang hamil lagi. Kenapa hamilnya kayak model kejar tayang sinetron?Dia sungguh sakit hati dengan kenyataan ini. Kenyataan aneh bahwa laki-laki yang paling dia percaya di dunia ini, saling bucin, tumbuh bersama, dewasa bersama, hidup bersama mendadak jadi asing tersingkirkan oleh pembantu miskin yang hanya memasang wajah polos, tapi aslinya munafik.Sandra masih belum menerima kenyataan bahwa dia kalah dari seorang pembantu."Bagaimana mungkin Auden nafsu sama pembantu miskin, hina yang tidak menarik sama sekali?" Wanita itu menunduk merasa jijik dan merinding di seluruh tubuh."Dua-duanya sama-sama menjijikkan kayak binatang!"Menarik napas panjang dengan perasaan yan
Pagiku cerahku, matahari bersinar. Seharusnya suasana hati Ayla ikut cerah seperti matahari pagi, tapi wanita itu hanya terdiam berdiri dengan tubuh gemetaran. Sedikit banyak trauma itu masih membekas. Hamil! Satu kata berjuta makna. Hamil membawa trauma baginya, saat hamil pertama dia tidak menginginkan sama sekali karena diperkosa. Saat dia mulai membangun kepercayaan pada laki-laki yang menghamilinya Ayla pikir trauma itu akan hilang, nyatanya masih ada. Seharusnya dia senang, inilah yang dia tunggu-tunggu, tapi Ayla ketakutan sendiri saat melihat dua garis biru di testpack itu. "Bayiku masih bayi, bagaimana dengan Eden?" tanya Ayla dengan suara gemetaran, bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? "Eden baru 3 bulan." Ayla masih gemetaran di tempat tak percaya jika dia benar-benar hamil! "Aku kan punya suami kenapa harus takut?" "Suami?" Ayla kaget mendengar suaranya, mengangkat kepala cepat sambil berkaca dan meralat kalimat tadi sambil menggeleng cepat. Tidak ada
Ayla terdiam menelan ludah kasar dengan dada yang terasa menyempit dan panas. Dia takut! Dulu, Ayla ingin berlari sejauh mungkin dari Auden, sekarang... Ayla telah menggantungkan hidupnya bersama laki-laki ini dan anak mereka. Tanpa sadar gendongan Ayla pada bayinya mengetat, mudah saja bagi Auden untuk kembali pada Sandra. Saat merasakan bokong bulat mungil Eden, Ayla kian ketakutan. Tak ada yang bisa dipercaya dan satu-satunya yang dia punya adalah anaknya. Auden merasa masih terlempar ke dunia mimpi. Memandangi Ayla yang menggendong Eden. Gadis ini hanya pembantu. Laki-laki itu kembali didaratkan pada kenyataan. Ayla telah memberinya seorang anak. Pandangan laki-laki itu menurun pada bayi Eden yang dalam gendongan ibunya. Kenapa dia harus bermimpi jika Eden sudah besar dan bersama Sandra? Apa maksud mimpi itu? Keadaan hening dan awkward tercipta. Saat teringat ucapan ibunya tentang menjaga perasaan Ayla yang sudah jadi ibu dari anaknya, Auden menghela napas. Ini sungguh aneh!
"Eden! Ayo, lempar bola ke Emme!" "No! Kita kan satu tim, Edde kan yang mengajarkan Eden untuk bermain bola!" "Ayo, Eden! Jangan dengarkan Emme!" Sang bocah hanya tertawa sembari menendang bola dengan kaki kecilnya dan terus tertawa. Auden berdiri berkacak pinggang sambil menarik napas panjang, karena tendangan itu menuju ke arah lawan, permainan bola kali ini bukan tentang bola mana yang masuk ke gawang dan menang, tapi kepada siapa Eden menendang bola yang menentukan siapa yang menjadi favorit Eden. "Terima kasih, Sayang. Emme jadi favorit Eden." Eden tertawa saat tubuhnya dipeluk dan dicium berkali-kali. "Aku menang, Mi Amor. Aku jadi favorit Eden. Wleeekk!" ejek Sandra. Auden menggeleng gemas dengan tingkah ibu dan anak yang tertawa, laki-laki itu tertawa dan mengejar kedua manusia kesayangan. Mereka sedang bermain di taman samping rumah yang sengaja ditanami rumput hijau agar menjadi tempat hiburan keluarga, entah bermain bola atau camping, atau kegiatan outdoor bersama Ed