Benalu part 61POV MartinaSemoga acara tasyakuran Yusuf berjalan dengan lancar. Hati ini berdebar setelah baca pesan singkat dari nomor itu. Entah dari siapa? Tapi kayaknya dari Haris. Tapi kenapa dia menginginkan Yusuf? Bukannya dia nggak menginginkannya? Bukannya dia ingin menggugurkannya dulu itu?Aku masih mengingat betul nomor kontak Haris. Karena hafal di luar kepala. Aku mencoba menghubungi, tapi sudah tak aktif. Setelah Mami keluar dari kamar, aku mencoba menghubungi nomor baru itu. Tersambung tapi nggak di angkat. Apa maksudnya? Aku ambil Yusuf dari dalam Box, aku nggak mau lengah. Apalagi di rumah lagi banyak orang. Keluar masuk suka-suka. Takutnya ada suruhan Haris, untuk masuk ke rumah, saat aku lengah Yusuf di ambilnya.Astaga! aku jadi parno sendiri. Aku sangat takut dengan ancaman pesan singkat itu. Walau dulu aku memang tak menginginkan lahirnya Yusuf, tapi sekarang aku sudah sangat mencintainya. Aku nggak mau Yusuf sampai lepas dari tanganku.Apa aku menghubungi Mas
Benalu part 62Pov DEWIAku melihat ekspresi suram dari wajah Om Heru dan Tante Tika saat keluar dari ruangan dokter yang menyampaikan hasil visum Mita. Aku dan Mas Romi terdiam. Tak berani bertanya. Karena memang tak sanggup mulut ini bertanya. Walau hanya sekedar bertanya ‘gimana, Tante? Gimana, Om?’ memilih diam dan mengikuti langkah Om Heru dan Tante Tika.Aku meraih tangan Mas Romi. Kemudian Mas Romi memandangku. Mata kami saling beradu dan mendesah. Mas Romi akhirnya meremas pelan tanganku. Seakan menguatkan. Saling menguatkan lebih tepatnya. Karena semua merasakan sakit hati. Tak terima melihat kondisi Mita yang semakin mengenaskan.Kami masuk ke kamar Mita. Mau tak mau Mita harus di infus karena kesehatannya semakin menurun, semakin drop. Dia tak mau makan. Tak mau minum. Yang dia inginkan hanya marah-marah nggak jelas. Ingin melukai dirinya sendiri. Bahkan yang paling ekstrim, ingin menghilangkan nyawanya sendiri.Aku melihat Tante Tika, air matanya semakin berhamburan duduk
Benalu part 63POV ANGGA“Yaudah, Dek, Mas keluar dulu, ya! nanti, Mas segera ke sini,” ucapku kepada Martina. karena penasaran dengan teriakkan Mami. Ibu melakukan ulah apa lagi?“Mas, kalau Ibu bikin malu, suruh ke kamar sini saja! Itung-itung jagain aku dan Yusuf,” ucap Martina. Hanya aku jawab dengan anggukkan. Kemudian keluar, penasaran apa yang terjadi.Setidaknya yang di bilang Martina ada benarnya juga. Dari pada ibu bertingkah absurd, mendingan Ibu di kamar Martina saja. Setidaknya kalau ada orang jahat, ada ibu di sana. Apalagi kondisinya lagi ada yang mengincar Yusuf.Aku sudah melihat pesan singkat yang mengancam Martina. Tapi, hati kecilku bilang, kalau itu bukan Haris. Tapi, ada orang lain yang mengambil kesempatan dan dalam kesempitan. Tapi, entahlah.“Mi, ibu kenapa?” tanyaku kepada Mami. Karena aku tak menjumpai Ibu. Entahlah Ibu ada di mana. Mami terdiam, dia lagi mengonsumsi obat. Nggak tahu juga obat apa.“Ibumu bikin malu saja, Ga! sampai Mami harus minum obat bia
Benalu part 64POV RAMA“Dek, kenapa, ya, Mila jauhin kamu?” tanyaku pelan kepada Rizka. Pelan dan lembut, takut dia tersinggung. Apalagi sekarang dia lagi hamil. Mau nggak di tanyakan tapi aku penasaran.“Nggak, kok, Mila nggak jauhin aku,” jawabnya santai. Aku mendesah, apakah dia tak merasakan kalau anaknya menjauhinya? Apa perasaan dia semuanya baik-baik saja.“Owh, syukurlah, jangan sampai Mila jauh dari kamu, ya! dan dekatnya dengan Dewi,” ucapku dengan hati-hati. Rizka tersenyum melihatku.“Iya, Mas. Lagiankan Dewi juga sayang sama Mila,” sahut Rizka. Aku tersenyum, aku tahu kalau hatinya itu baik. Tak ada pikrian negatif thinking. Tapi, aku sangat cemas jika Mila semakin menjauhinya. Karena semalam aku tidur di kamar Mila, dia mengigau menyebut-nyebut nama Dewi. Kasihan sekali Mila.“Iya, Mas tahu. Tapi, Mas maunya Mila tetap dekatnya sama kamu, Dek. Kan, kamu ibu kandungnya,” sahutku. Rizka tersenyum lagi. Senyum itulah yang membuatku mencintainya. Entahlah, walau banyak yang
Benalu part 65POV DEWI“Mas.”“Apa Sayang?”“Kok, aku kepikiran Mila,” ucapku seraya mengelus perut. Kami masih di rumah sakit. Pulang bergantian untuk mandi. Karena Mita harus rawat inap di rumah sakit. Entahlah, kenapa malah kepikiran Mila. Semoga Mila baik-baik saja. Dan tidak menangis memanggil namaku lagi. Tapi telinga ini seakan mendengar Mila menangis. Mungkin saking kepikirannya. Karena Mila juga habis menelpon dan masih menangis. Memintaku segera pulang.“Udah, jangan terlalu di pikirin, Mila baik-baik saja,” jawab Mas Romi. Aku tetap yakin Mila baik-baik saja. Tapi, entahlah, hati ini terasa terbagi. Sebagian di sini, sebagian di sana. Tahu kayak gini, mending kemarin Mila di bawa saja. Jadi bisa tenang aku di sini, merawat Mita. Menyelesaikan kasus Mita.Aku melihat Mita yang masih terlelap. Suntik penenangnya mungkin masih bekerja. Kasihan sekali kamu sayang. Masih sangat teka teki. Semoga kamu segera sadar dan bisa menceritakan semuanya. Biar kami bisa mencari orang yang
Benalu part 66POV MARTINAAkhirnya acara Yusuf berjalan dengan lancar. Walau hati ini dag dig dug, karena ada ancaman dari dari pesan nomor baru itu. Apa mungkin sengaja menggangguku? Membuat aku tak nyaman menjali ajara tasyakuran Yusuf ini. Aku sampai takut memejamkan mata. Takut Yusuf di ambil saat aku terlelap.Masalah Ibu, akhirnya kami memberi ibu obat tidur. Karena nggak mau membuat Mami dan Papi makin malu melihat tingkah absurd ibu. Karena teman-teman Mami dan Papi sekantor pada datang. Nggak mau membuat semakin malu. “Syukurlah, selesai juga acara Yusuf,” ucapku. Mas Angga tersenyum memandangku.“Mas sempat cemas, sempat khawatir, teringat pesan dari nomor baru itu,” sahut Mas Angga. Hati ini merasa beruntung. Segitunya dia mencemaskan Yusuf. “Mas makasih, ya,” ucapku. Mas Angga mengerutkan keningnya.“Makasih untuk apa?” tanya Mas Angga. Memandangku dengan tatapan tajam. Membuat hati ini berdesir.“Makasih untuk semuanya,” sahutku. Mas Angga tersenyum.“Makasih itu sama
Benalu part 67POV ANGGAPagi ini aku belum bekerja lagi. Masih minta cuti sehari lagi. Karena rumah Mami masih berantakkan. Nggak mungkin nggak bantu-bantu. Walau sudah nyuruh orang sekalipun, tetap nggak enak mau meninggalkan untuk kerja. Untung saja Pak Handoko memaklumi. Karena Memang lagi ada acara.Aku masih sibuk dengan membantu menggulung karpet. Karena tadi malam tamu Mami dan Papi membludak. Maklumlah cucu pertama. Jadi udah kayak pesta pernikahan saja tamu yang datang.“Ga!” sapa ibu seraya menepuk kuat pundakku. Astaga! ibu memang tak bisa halus kalau memanggilku. Nepuknya kuat kayak orang lagi geram.“Iya, Bu,” sahutku seraya mengelus pundak yang habis di tepuk ibu. Panas juga. Aku melihat Ibu lagi memakai baju baru kemarin. Padahal belum di cuci, tapi udah di pakai dua hari. kemarin di pakai untuk tidur dan sekarang mungkin di pakai untuk pamer.“Ibu laper,” ucap Ibu.“Ibukan bisa ke dapur,” sahutku. Melanjutkan pekerjaanku. “Makananya sisa kemarin semua, ibu mau makan
Benalu part 68POV DEWIAku sudah sampai rumah sekarang. Selama di perjalanan aku hanya memikirkan omongan Mita. Mita sudah menceritakan kejadiannya. Walau belum detail. Sesampainya di rumah aku juga masih termenung“Sayang,” sapa Mas Romi. Aku hanya sekilas memandangnya. Hati dan pikiran masih sama-sama nggak terima dan penjelasan Mita.“Mas, aku masih nggak percaya dengan pengakuan Mita, terasa kejam banget gitu, Mas,” ucapku. Mas Romi terdiam sejenak. Mungkin memikirkan ucapanku. Keduan tangannya kemudian menutup wajahnya. Mendesah. “Tapi, nggak mungkinkan Mita bohong?” sahut dan tanya Mas Romi. “Iya, sih, Mas! Hu hu hu,” aku menangis lagi. membayangkan kejadian yang menimpa Mita seakan sesak dadaku. Mas Romi meraih kepalaku dan menenggelamkan di dadanya.Yang di ceritakan Mita membuatku hanya bisa menangis. Tak sanggup, sungguh biadab semua pelakunya. Tahukan maksudku semua pelakunya? Bukan satu orang. Astaga!!! pantas saja Mita sampai depresi dan ingin mengakhiri hidupnya.Perc