Benalu part 67POV ANGGAPagi ini aku belum bekerja lagi. Masih minta cuti sehari lagi. Karena rumah Mami masih berantakkan. Nggak mungkin nggak bantu-bantu. Walau sudah nyuruh orang sekalipun, tetap nggak enak mau meninggalkan untuk kerja. Untung saja Pak Handoko memaklumi. Karena Memang lagi ada acara.Aku masih sibuk dengan membantu menggulung karpet. Karena tadi malam tamu Mami dan Papi membludak. Maklumlah cucu pertama. Jadi udah kayak pesta pernikahan saja tamu yang datang.“Ga!” sapa ibu seraya menepuk kuat pundakku. Astaga! ibu memang tak bisa halus kalau memanggilku. Nepuknya kuat kayak orang lagi geram.“Iya, Bu,” sahutku seraya mengelus pundak yang habis di tepuk ibu. Panas juga. Aku melihat Ibu lagi memakai baju baru kemarin. Padahal belum di cuci, tapi udah di pakai dua hari. kemarin di pakai untuk tidur dan sekarang mungkin di pakai untuk pamer.“Ibu laper,” ucap Ibu.“Ibukan bisa ke dapur,” sahutku. Melanjutkan pekerjaanku. “Makananya sisa kemarin semua, ibu mau makan
Benalu part 68POV DEWIAku sudah sampai rumah sekarang. Selama di perjalanan aku hanya memikirkan omongan Mita. Mita sudah menceritakan kejadiannya. Walau belum detail. Sesampainya di rumah aku juga masih termenung“Sayang,” sapa Mas Romi. Aku hanya sekilas memandangnya. Hati dan pikiran masih sama-sama nggak terima dan penjelasan Mita.“Mas, aku masih nggak percaya dengan pengakuan Mita, terasa kejam banget gitu, Mas,” ucapku. Mas Romi terdiam sejenak. Mungkin memikirkan ucapanku. Keduan tangannya kemudian menutup wajahnya. Mendesah. “Tapi, nggak mungkinkan Mita bohong?” sahut dan tanya Mas Romi. “Iya, sih, Mas! Hu hu hu,” aku menangis lagi. membayangkan kejadian yang menimpa Mita seakan sesak dadaku. Mas Romi meraih kepalaku dan menenggelamkan di dadanya.Yang di ceritakan Mita membuatku hanya bisa menangis. Tak sanggup, sungguh biadab semua pelakunya. Tahukan maksudku semua pelakunya? Bukan satu orang. Astaga!!! pantas saja Mita sampai depresi dan ingin mengakhiri hidupnya.Perc
Benalu part 69POV MAK JINTENBenar-benar bikin emosi semuanya. Sudah capek-capek shoping beli baju baru, untuk acara tasyakurannya Yusuf malah aku ketiduran. Rasanya pengen marah. Nggak ada yang bangunin aku. Percumalah beli baju baru tapi malah di pakai buat tidur.Untung saja hari ini masih banyak orang yang berdatangan ke rumah besan. Walau sekedar beres-beres, setidaknya masih bisa pamer baju baruku.Mau makan, tapi makanan kemarin semua. Males banget jadinya. Untung Angga ngerti kalau ibunya ini lagi lapar, akhirnya dia mau ngajak makan di luar. Lumayanlah, untuk mengganti tidurku tadi malam. Bisa pamer sambil naik mobillah tentunya. Biar nampak berkelas. Berkelas? Tapi kata Angga kelas TK nol kecil. Mungkin Angga nggak faham maksudku. Akukan ikut-ikutan gaya sosialita besan. Angga katanya mau ganti baju, tapi di tungguin lamanya minta ampun. Entahlah, ganti baju apa mandi sebenarnya. Kok, lama banget. Tumben Angga ini lama. Karena penasaran akhirnya aku mendatangi kamarnya.De
Benalu part 70POV RAMAPerkataan yang di sampaikan mertua, membuatku cukup terkejut. antara percaya dan tidak percaya. Ku usap wajahklu dengn kasar. Mendesah kan nafas yang terasa cukup berat. Tapi, nggak mungkin juga mertua berbohong. Nyatanya Mila memang sekarang menjauhi Rizka. Aku harus bagaimana? Rizka juga nggak bisa di kasari. Apalagi di bentak. Bisa-bisa dia kembali lagi depresi seperti dulu. Aku udah mati-matian selama ini mengobatkannya, karena ingin membuatnya sembuh. Aku harus lebih sabar lagi. bersabar sedikit lagi, agar Rizka benar-benar sembuh dari depresinya.“Kamu pasti merasa anehkan dengan tingkah Mila yang menjauhi Rizka?” tanya ibu tadi saat di teras. “Iya, Bu. memang ada apa sebenarnya?” jawab dan tanyaku balik. Ibu mendesah, kemudian memandangku dengan rasa sayang seorang ibu.“Rizka sering membentak Mila, bahkan tak segan-segan mencubit,” jawab Ibu. ya, aku sudah tahu. Rizka sudah bercerita.“Kalau itu aku Rama sudah tahu, Bu. apakah ada hal yang lain?” jawa
Benalu part 71POV Dewi"Eh, kenapa hape Mas di ambil, sih?" tanya Mas Romi yang bingung dengan sikapku. Aku melirik hape yang aku pegang itu. Kemudian melirik Mas Romi. Bargantian seraya mengangkat alisku. Dia terlihat semakin bingung. "Apa, sih, Dek, maksudmu?" tanya Mas Romi lagi. Aku suka kalau lihat dia bingung seperti itu. "Kamu tetap nggak faham, Mas?" tanyaku. Dia menggeleng dengan kening melipat. Kemudian aku memainkan gawainya."Apa, sih, maksudmu, Dek? Katanya mau menyelidiki kasus Mita?" tanya Mas Romi. Dia kalau lagi bingung kayak gitu tambah terlihat ganteng lo, serius deh. Jadi gemes pengen nyubit sampai biru."Iya, dan Mas belun faham dengan maksudku?" jawab dan tanyaku balik Dia terlihat memainkan bibirnya. Ish, jadi makin gemes, deh."Kamu nyita hape, Mas. Terus memainkannya. Apa hubungannya dengan kasus Mita?" tanya Mas Romi. Haduh, dia ini pengacara kok nggak faham-faham maksudku, ya?"Ya, ada ini hubungannya, katanya pengacara. Masak nggak faham maksudku," aku m
Benalu part 72POV MARTINAWalau acara Yusuf sudah berjalan dengan lancar, aku masih merasa belum tenang. Karena masih di teror dengan nomor baru itu. Kira-kira siapa? Tapi kayaknya memang nggak mungkin kalau Haris. Secara Haris tak menginginkan anak ini lahir.Kalaupun memang Haris, dia nggak ada hak atas anak ini. Walau dia bapak biologis dari Yusuf. Aku nggak akan rela, Yusuf dia ambil. Sampai kapanpun aku nggak akan rela. Aku taruhkan semua nyawaku, untuk melawan Haris. Jika memang benar, kalau yang menteror aku ini Haris.“Tin, makan dulu, biar seger kalau nyusuin Yusuf. Biar asinya lancar,” ucap Mami saat masuk ke dalam kamarku. Aku merasa sangat sangat lega dan merasa sangat aman, jika aku tak sendirian dengan Yusuf. Walau jendela kamar sudah aku kunci, tapi hati masih saja deg-degan. Nggak bisa tidur nyenyak. Sering terbangun dan langsung melihat ke arah Yusuf. Dan langsung lega jika melihat Yusuf masih di boxnya.“Makasih, ya, Mi,” ucapku sambil menerima makanan itu. Sayup so
Benalu part 73POV RAMA“Pa, Mama Dewi, kok, nggak pulang-pulang?” tanya Mila hari ini. Aku yang mau berangkat ke kantor, mengurungkan niat. Karena Mila nangis saat mau di tinggal kerja.Aku harus jawab apa? Nggak mungkin aku mau maksa Dewi dan Romi segera pulang. Karena masalah mereka juga belum selesai.“Sabar, ya! Mama Dewi masih sibuk,” jawabku asal. Semoga Mila bisa mengerti. “Antar Mila ke rumah Kakek Heru aja, Pa! Mila mau sama Mama Dewi,” pinta Mila merengek. Aku nggak tega sebenarnya melihat Mila kayak gini. Tapi, kalau aku turuti nanti dia semakin dekat sama Dewi. Semakin menjauhi ibu kandungnya.“Rumah Kakek Heru jauh, Sayang!” jelasku. Tapi, raut wajah Mila semakin terlihat sedih. “Telponin Mama Dewi, Pa! suruh segera pulang,” pinta Mila lagi dengan nada yang semakin membuat sesak.Aku hanya bias mendesah. Jujur saja aku nggak enak sama Dewi. Mau menelpon dia lagi juga nggak enak. Dewi kayaknya sibuk di sana. Karena Dewi juga nggak ada menelpon, menanyakan kabar Mila. Bi
Benalu part 74POV Martina“Mami itu udah curiga kalau kamu itu punya masalah! benerkan ternyata!” ucap Mami setelah aku menceritakan masalahku tentang teror itu. Karena nggak tahu lagi mau cerita ke siapa.Aku cuma menceritakan masalah teror itu, tidak menceritakan masalah Yusuf yang bukan anak Mas Angga. Sampai kapanpun itu nggak akan aku ceritakan ke siapapun. Cukup menjadi rahasiaku dengan Mas Angga dan Tuhan.“Iya, Mi, terus ini gimana? Mas Angga nggak bisa di hubungi dan belum pulang juga?” tanyaku cemas. Mami mendesah, kayaknya Mami juga bingung ini harus bagaimana.“Haduh, mana Papi mu tadi keluar entah kemana?” ucap Mami nampak juga kalau dia bingung. Apalagi aku? dadaku terasa sesak sekali. Aku masih terus saja menghubungi nomor mas Angga. Berharap nomor dia aktif dan tersambung.“Mi, ini gimana?” tanyaku lagi aku benar bingung-bingung. Bolak balik udah kayak setrikaan. Nggak tahu jalan mana yang harus di ambil. Mau maksa keluar ini perut juga belum sembuh. Masih suka nyeri.
Benalu part 102POV 3“Pi, motor Angga di bawa kabur mereka,” ucap Angga, dia masih sangat menyayangkan motornya yang belum lunas. Masih kredit.“Biar, Ga! motor bisa di beli lagi. Yang penting nyawa kamu selamat,” jawab Pak Faris bijak.Angga mendesah. ‘Untung nggak mau membawa mobil Papi, kalau sampai memenuhi keinginan Ibu untuk meminjam motor Papi, yang hilang mungkin mobil Papi. Harus dengan cara apa untuk menggantinya?’ lirih Angga dalam hati. Walau kondisinya sudah babak belur begitu, tapi dia masih bersyukur, karena bukan mobil mertuanya yang dia bawa.“Bagaimana keadaan sebenarnya, Ga? kok, kamu bisa sampai seperti ini?” tanya Pak Faris kepada menantunya.“Permisi,” Pak Faris dan Angga mengarah ke asal suara. Ternyata ada dokter dan Martina berjalan mendekat.“Saya periksa dulu, ya?” ucap dokter laki-laki paruh baya itu ramah. “Silahkan dok,” jawab Pak Faris mempersilahkan. Dokter itu menjalankan tugasnya. Memeriksa detak jantung dan yang lainnya. “Kepala saya pusing banget
Benalu part 101POV 3“Yaudah Om, Tante, Mita, kami pulang dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Romi,” pamit Romi kepada semuanya.“Iya, Rom, pasti, kamu juga hati-hati di jalan,” balas Om Heru. Kemudian mereka beranjak dan keluar dari kamar Mita.Romi dan Dewi melewati lorong Rumah Sakit seraya bergandengan tangan. Dewi mengedarkan pandang. Matanya melihat sosok laki-laki yang menggunakan masker, kacamata hitam dan jaket, berjalan seraya tolah toleh. Mata Dewi menyipit. Langkah kakinya penuh curiga.“Mas, laki-laki itu, kok, jalannya ngendap-ngendap, ya?” tanya Dewi lirih dengan mata masih memperhatikan laki-laki itu. Romi akhirnya juga ikut menoleh ke arah yang di pandang Dewi.“Iya, mau ngapain, ya? tapi dia ke lorong sana?” sahut Romi lirih. Mata mereka masih fokus dengan laki-laki berjaket itu.“Iya, apa kita ikuti?” tanya Dewi kepada suaminya.Dreettt dreeerrrttt dreetttt gawai Dewi bergetar di dalam tasnya. Tak berselang lama berbunyi. Nada panggilan masuk. Dengan cepat De
Benalu part 100POV 3Ya, di sini, Rizka berpelukkan manja dengan Ibu mertuanya. Dan Rama berpelukkan haru dengan Ibu mertuanya. “Doakan, ya, Bu. semoga Rumah Tangga kami sakinnah ma waaddah wa rohmah,” pinta Rama kepada mertuanya.“Pasti, Nak. Pasti. Tanpa kalian minta, ibu pasti mendoakan kalian,” ucap Bu Sumi. Rama kemudian melepaskan pelukannya.“Pa, kapan Mama Dewi pulang?” tanya Mila tiba-tiba. Membuat Rama tidak bisa menjawabnya. Rama dan mertuanya saling beradu pandang. Rama menarik nafasnya kuat-kuat dan melepaskannya perlahan.“Papa juga nggak tahu, Sayang,” jawab Rama. Membuat bibir Mila cemberut.“Katanya Mama Dewi nggak lama-lama. Tapi, kok nggak pulang-pulang?” sahut Mila seraya bertanya.Mila memang sangat merindukan Dewi. Menunggu Dewi pulang terasa sangat lama baginya. Selalu menunggu hari esok, dengan harapan hari esok mama Dewinya pulang. “Urusan Mama Dewi belum selesai Sayang, makanya Mama Dewi belum bisa pulang,” jawab Rama santai, dengan selalu menyunggingkan s
Benalu part 99POV 3Anga sudah di periksa oleh dokter. Dia juga belum sadar. Martina dan orang tuanya menunggu di luar. Karena belum di ijinkan masuk. Karena Angga masih dalam penanganan.Martina masih terus menangis. Dia mondar mandir dengan hati yang cemas. Berkali-kali melirik ke pintu kamar di mana Angga di rawat. Berharap pintu itu segera di buka dan dokter segera menyampaikan kabar tentang kondisi suaminya.Yusuf sudah tenang. Dia tidur di pelukkan neneknya. Bu Intan juga nggak kalah paniknya. Hatinya juga berdegub nggak jelas. Selalu berdoa untuk kebaikan anaknya.“Dokternya kok, nggak keluar-keluar, ya?” celetuk Bu Intan. Dia juga nggak sabar menunggu dokter keluar.Bu Intan menyesal sekali, menyuruh anaknya membelikan dia makanan. Lebih tepatnya dia memaksa Angga untuk membelikan makan. Padahal waktu itu, kerjaan rumah di besannya masih banyak dan rumah juga masih berantakan. Makanan juga banyak. Hanya demi ingin pamer baju baru dan naik mobil besannya dia memaksa. Ternyata
Benlau part 98POV 3“Ma, tapi Mama dan Papa setujukan Mita nikah sama Gio?” tanya Mita kepada mamanya. membuat mamanya bingung menjawabnya. Langkah kaki Dewi langsung terhenti. Dari kemarin-kemarin dia cuma membayangkan saja, kalau Mita akan menikah dengan Pak Galih. Dan itu sudah membuatnya mual. Tapi, hari ini telinganya mendengar sendiri kalau adiknya ingin menikah dengan laki-laki yang selalu mual jika namanya di sebut. Kemudian Dewi berbalik badan, tak jadi keluar tapi malah menuju ke toilet yang ada di kamar rawat inap Mita. Membuat Tante Tika cemas juga dengan kondisi Dewi. Kemudian menyusul Dewi ke toilet. Memijit tengkuknya. Agar terasa enakkan.“Kamu masih sering muntah, Wi?” tanya Tante Tika dengan nada cemas. Walau dia sering melihat Dewi seperti itu, tapi tetap saja dia cemas dengan kondisi keponakannya.“Iya, Tante,” jawab Dewi dengan nada lemas. Dia sudah duduk di sofa ruang kamar Mita di rawat.“Ibu hami itu memang macam-macam, ada yang cuma trimester pertama, ada y
Benalu part 97POV 3Hati Martina semakin berdegub kencang saat kakinya melangkah menuju rumah Pak Agung. Dia sangat penasaran dengan keadaan suaminya, dan apa yang terjadi sebenarnya. Terus foto yang di berikan Haris itu, apa maksudnya? Dari mana dia mendapatkan foto itu? Semuanya masih menjadi tanya besar di benak Martina. dan sebentar lagi akan terjawab. ‘Mas Angga aku sudah dekat denganmu,’ lirih Tina lagi dalam hati.“Silahkan langsung ke kamar saja semuanya. Karena yang punya hape ini masih di dalam kamar dan belum sadar,” ucap Pak Agung. Semakin membuat hati Tina bergemuruh. Pintu kamar di buka oleh pemiliknya. Bu Intan juga berdebar hatinya, ingin segera melihat kondisi anaknya. Begitu juga dengan Jeng Sella dan Pak Faris. Tak kalah berdebar walau hanya anak mantu. Tapi, mereka benar-benar cemas. Martina masuk lebih di dalam kamar itu. Tak sabar rasanya, ingin melihat suaminya. “Itu, Mbak pemilik hape ini,” jawab Pak Agung seraya menunjuk ke ranjang. Di sana terbaring seso
Benalu 96POV 3“Sayang, aku sudah melacak alamat-alamat nomor baru yang menghubungi kamu. Cuma banyak nomor baru, jadi kamu ingat-ingat ya, nomor mana yang menghubungimu, saat kamu di kabari kalau papamu kecelakaan,” jelas Pak Galih seraya memberikan gawai Mita yang dia bawa dari tadi.Mita menerima gawainya. Kemudian melihat nomor-nomor baru itu. Matanya kembali nanar lagi. Nggak ingin membahas masalah ini. Tapi, kalau nggak di bahas, nggak akan selesai-selesai ini kasus.“Yang ujungnya 29, sahut Mita,” sahut Mita kemudian, meletakkan gawainya di sebelahnya.Pak Galih langsung memeriksa alamat nomor yang di bilang Mita. Dari sekian banyak nomor baru, hanya satu yang ujungnya 29. Pak Galih tersenyum.“Kita bisa lapor polisi dan segera menggerebeknya,” ucap Pak Galih yakin dan mantab.“Alamatnya mana, Pak?” tanya Om Heru penasaran.“Ini, Pak!” Pak galih menyerah kertas yang sudah tercantum semua alamat-alamat nomor baru yang menghubungi Mita. Om Heru langsung menerimanya. Kemudian men
Benalu part 95POV 3Dreett dreet dreettt gawai Tina bergetar. Tak berselang lama berbunyi.“Ma, tolong lihatkan siapa yang menelpon?” pinta Tina kepada mamanya. “Iya, Sayang,” ucap Jeng Sella, kemudian langsung mengambil gawai yang masih di saku baju Tina. “Astaga!” ucap jeng Sella saat melihat siapa yang menelpon.“Siapa yang nelpon, Mi? Peneror itu lagi kah?” tanya Tina masih dengan Mata sedikit membuka. Karena kalau membuka sempurna dia nggak tahan. Karena melihat semuanya berputar-putar.“Angga, yang nelpon,” sahut Jeng Sella. Seketika Martina terperanjat dari baringnya. Membuka paksa matanya saat mendengar nama suaminya menelon ke nomornya.“Cepat angkat, Mi!” perintah Martina semangat. Jeng sella mengangguk dan kemudia mengangkat telpon itu.[Hallo, Angga] ucap Jeng Sella memulai percakapannya. Kemudian dia meloundspeaker gawainya.[Hallo] terdengar suara dari seberang. Suara laki-laki. Martina mengerutkan keningnya. Karena dia faham kalau itu bukan suara suaminya.[Ini siapa
Benalu part 94POV 3Pak Galih memutuskan pulang, seraya membawa hape Mita. Karena dia ingin mengeceknya di rumah. Om Heru nggak percaya gitu saja tentunya dia membawa pulang gawai Mita. Karena baru saja ketemu. Walau dia tahu anaknya sangat dekat dengannya. Akhirnya Pak Galih meninggalkan KTPnya, agar Om Heru dan yang lainnya percaya, kalau dia memang serius ingin membantu Mita.“Gio mana, Mbak?” tanya Mita kepada Dewi. Langsung mual perut Dewi jika nama itu di sebut. Seakarang di kamar itu tinggal mereka berdua. Om Heru dan Tante Tika pulang. Romi sedang mencari ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan.“Pak Galih, udah pulang,” jawab Dewi dengan susah payah menahan rasa mualnya.“Mbak, salah nggak aku jatuh cinta dengan Gio?” tanya Mita. Semakin membuat Dewi mual. Liur sudah naik ke mulut. Susah payah dia menelan ludahnya sendiri.“Eh, namanya kan Pak Galih. Kenapa kamu panggilnya Gio?” tanya Dewi balik, sengaja mengalihkan pembicaraan, karena memang nggak mau menjawab pertanyaa