Share

Bab 42

POV Angga

Sempat melemas persendianku melihat sendal swallow biru milik ibu. Dengan sekuat tenaga aku memberanikan diri membuka tutup kepala jenazah itu. Ketika tutup daun pisang itu di buka, seketika aku menangis. Menangis senang karena ternyata bukan Ibu.

Aku berusaha keluar dari kerumunan itu. Balik menuju mobil Pak Handoko. Mataku juga tak berkedip, mengedarkan pandang di setiap penjuru. Berharap menemukan sosok ibu. Walau bagaimanapun dia tetap ibuku. Yang telah melahirkan aku. 

Apalagi ibu memang tak mempunyai banyak kenalan di sini. Dan aku yakin ibu juga tak membawa uang. Jadi, menurutku ibu pergi belum jauh dari sini. Perutku berbunyi, baru menyadari kalau dari pagi belum terisi nasi. Begitu juga dengan ibu. Bagaimana kondisinya?

Setelah kaki mendekati mobil Pak Handoko, tak kudapati Pak Handoko. Entah kemana beliau pergi. Panas terik matahari membuatku semakin kepikiran. Kepikiran akan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Rasain lu jd stress mank enak ............. Sebenarnya klo mau nyalahin si handoko tuh bs diblg egois lha kan si intan ndiri jg mau toh? Sama2 mau np ngamuk2 ke handoko? Oh iya lupa si intan manusia tanpa salah alias ndak pernah mau ngaku salah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status