Tiga bulan kemudian.Rama sudah resmi menjadi suaminya Rizka. Hatiku masih belum bisa menerimanya. Tapi, mau tak mau aku harus mengikhlaskannya. Walau susah, tapi aku harus bangkit dari keterpurukkan.“Wi, makan dulu!” suruh Tante Tika sedikit berteriak. Semenjak Rama menikah, memang berkurang nafsu makanku. Rasanya hanya ingin bermalas-malasan dalam kamar. Dengan malas aku memenuhi panggilan Tante Tika.“Iya, Tante,” jawabku, seraya bangkit dan menuju ke ruang makan. Ku lihat sudah ada Om Heru, Tante Tika dan Mita anak semata wayang mereka. Bi Ijah lagi sibuk dengan kegiatannya.Aku duduk di kursi dekat Mita. Dia melirikku seraya tersenyum. Seakan ada yang mau di katakan atau tanyakan. Entahlah.“Mbak kamu sehat?” Tanya Mita. Seakan mengkhawatirkan keadaanku. Om Heru dan Tante Tika langsung melihat ke arahku.“Iya, W
POV AnggaTerlepas dari Dewi, aku tinggal bersama Pak Handoko. Karena Pak Handoko tak tega melihat aku sendirian di kontrakkan, selain itu juga untuk menebus rasa bersalahnya di masa lalu dengan Ibu. Lagian sama-sama sendiri. Dan Ibu? Ibu masih depresi di rawat di rumah sakit jiwa.Bersama Pak Handoko setidaknya aku tidak memikirkan bayar kontrakkan dan makan. Hutang-hutang ibu semuanya di bayar oleh Pak Handoko dengan memangkas gajiku setiap bulan. Tidak masalah, lagian aku juga numpang gratis makan dan minum di rumah Pak Handoko. Walau gajiku di potong total aku juga tak masalah.Pekerjaanku yang lalu, terbengkalai karena mencari ibu dan proses penceraian dengan Dewi. akhirnya Pak Handoko memberiku pekerjaan baru, sebagai sopir pribadinya. Dewi Niqmah Imutningtyas, pemilik nama cantik dan imut itu sekarang sudah bukan istriku lagi. Menjabat sebagai jandanya Arjuna Angga Abadan. Jujur aku masih memikirkan dia. Mau di pertahankan sekuat apapun, dia sudah tak mencintaiku lagi. jadi ya
POV RamaAkhirnya aku menikahi Rizka. Dari mana cinta ini mulai tumbuh, aku juga nggak tahu. Yang jelas saat Ibunya mau membawanya pulang beserta Mila, hatiku merasa berat. Berat sekali kehilangan mereka. Walau aku tahu Rizka masih sering kumat depresinya. Tapi aku tetap ingin menjaganya. Dia berhak bahagia dan aku ingin membahagiakan dia dan Mila. Rizka dan Mila. Nama itu kini semakin bersemi indah di hati. Kedua perempuan cantik itu kini telah resmi menjadi milikku. Aku masih selalu mendatangkan psikiater ke rumah. Agar Rizka bisa benar-benar sembuh dari depresinya.Dewi? Aku sebenarnya nggak tega dengannya. Janda cantik itu telah menebarkan aura kecantikkannya ke hati Romi. Ya, Ini semua kerjaan Romi. Dia ingin mendekati Dewi dengan namaku. Sehingga seakan aku memberikan harapan lebih untuk mempermainkannya. Pasti seperti itu pemikiran Dewi tentang aku.Berkali-kali aku menyuruh Romi mengatakan sejujurnya kalau kami kembar. Tapi dia selalu menolak. Dengan alasan, ingin melihat seb
Welcome Benalu season 2Bab 1Setahun kemudian.Pov Angga.“Tina!!!” buatin Ibu kopi!!!” teriak ibu memerintah istriku, Martina. Ya, aku sudah menikah lagi dengan Martina. Cewek cantik yang berhambur memelukku setahun yang lalu. Dia adalah teman waktu SMA. Dia adik kelas. Dia kelas satu aku kelas tiga saat itu. Akhirnya aku menikahinya, karena aku melihat Dewi juga sudah menikah lagi dengan Rama. Dasar!!! Pengacara itu ternyata mengincar Dewi. Ibu sudah keluar dari rumah sakit jiwa. Dan ikut aku tinggal di rumah Martina. Walau rumah Martina tidak sebagus rumah Dewi, tapi tidak masalah. Aku nggak mungkin juga selamanya tinggal di rumah Pak Handoko. Karena Pak Handoko juga sudah menikah lagi dengan janda beranak tiga. Dia sengaja mengincar janda yang sudah mempunyai anak, karena dia sendiri merasa tidak bisa mempunyai anak. Apalagi anak ke tiga janda itu masih bayi. Membuat Pak Handoko mantap menikahinya. Biar serasa anak sendiri kalau di rawat dari bayi.Kehidupan Dewi seakan lebih ma
BAB 2POV Angga.Aku pusing setiap hari mendengar keributan Ibu dan Martina. Dan aku lebih nyaman berada di luar rumah. Kadang sering menghabiskan waktu ke rumah Pak Handoko. Aku pikir juga Martina itu tidak tahu terimakasi. Sudah hamil entah anak siapa, tapi dia seakan tak ada rasa terimakasihnya. Tak ada sopan santunnya juga dengan ibu. “Kamu kenapa? Di tekuk terus itu muka?” tanya Pak Handoko. Mungkin dia menyadari akan keresahanku. Ku tarik nafasku kuat-kuat dan melepaskannya pelan-pelan. Biar sedikit melegakan hati ini.“Biasa, Pak, masalah rumah tangga,” jawabku, seraya membenahkan posisi duduk.“Ya, seperti itulah, kalau kalian melakukan hubungan intim duluan, sampai terjadi kehamilan, baru menikah,” celetuk Pak Handoko. Membuat dada ini bergemuruh seakan tak terima. Ya, mungkin orang-orang yang nggak tahu, aku menikahi Martina karena hamil duluan. Hamil anakku. Ah, kalau mereka tahu pasti akan kasihan dengan kondisiku.“Tap ...,”“Di minum dulu kopinya, Nak Angga!!! ucap Bu G
BAB 3POV ANGGA“Suami yang kamu banggai-banggain ini, terbukti selingkuh, kamu masih bilang salah faham?” tanyaku kepada Dewi. Dia malah tersenyum mendengar ucapanku. Apa mungkin dia rela di madu? Dia mendekat ke arahku, tangannya masih menggandeng anak kecil itu.“Mama!!!” teriak anak kecil itu mengahmbur ke wanita selingkuhannya Rama. Owh, ternyata anaknya. Aku sampai nggak habis pikir dengan jalan pikiran Dewi. Kenapa dia mau di madu?“Tapi nyatanya kamu memang salah faham, Mas!” ucap lembut Dewi. Walau sudah bukan istriku lagi, dia masih lembut dalam bicara. Beda sekali dengan Martina. Yang bisanya hanya bikin darah tinggiku naik. Apalagi kalau debat dengan Ibu.“Bukannya kamu menikah dengan Rama?” tanyaku penasaran. Karena aku melihat foto pernikahannya dengan Rama. Dewi juga sering mengumbar foto mesranya dengan Rama. Dewi malah tersenyum saja.“Bukan,” jawabnya. Seketika aku mengerutkan keningku. Ah, nggak mungkin aku salah orang. Jelas-jelas Rama yang ada dalam foto yang dia
POV DEWI“Sial, jontor ini bibir!” gerutu Rama. Karena kena tonjokan Mas Angga kemarin. Aku dan Mas Romi tak tinggal serumah dengan Rama dan Rizka. Kami memutuskan pisah rumah, untuk menghindari hal-hal yang tak di inginkan. Walau dulu Mas Romi juga tinggal di sini. Karena merasa kakak, merasa lebih tua, jadi kami yang memutuskan mengalah. Membeli rumah yang juga nggak jauh dari rumah Rama dan Rizka.Aku dan Mas Romi ke sini, karena mengantar Mila. Karena Mila beberapa hari ini ikut kami. Ya, seperti itulah nasib Mila. Suka-suka dia mau ikut siapa. Kadang merengek ikut Mama Dewi, juga kadang merengek ikut mama Rizka. Kadang juga dua mamanya yang rebutan ingin Mila ikut. Ah, aku merasa beruntung ada di bagian mereka.“Maafkan, Mas Angga ya, Ram,” ucapku. Karena merasa tak enak. Kulihat pipi dekat bibir itu masih membiru.“Santai aja, Wi, bukan kamu juga yang salah,” jawab Rama. Walau aku ini kakak iparnya, tapi Rama tak menyebut kakak atau Mbak. Karena juga sudah kebiasaan. Lagian Rama
POV AnggaHilang rasa laparku saat melihat mobil Dewi. Rasa cemburu ini begitu kuat. Padahal aku juga sudah menikah. Mungkin kalau Martina bisa selembut Dewi, aku bisa segera melupakan Dewi. Nyatanya Martina hanya benalu dalam hidupku. Pernikahan ini hanya untuk menutupi aibnya saja. Kulajukan motor kredit ini membuntuti mereka. Mau kemana mereka sebenarnya? Setidaknya kalau mereka arah pulang, aku bisa mengetahui rumah baru mereka. Sehingga bisa lebih leluasa untuk mendekati Dewi lagi. Aku yakin, rasa cinta di hati Dewi belum sepenuhnya hilang dari hatinya.Mereka berhenti di rumah minimalis. Bagus juga rumah mereka. Walau masih bagus rumah Dewi dulu. Dewi memilih tinggal di rumah minimalis ini, aku yakin, karena dia belum bisa melupakanku. Dia pasti selalu mengingatku jika masih tinggal di rumah gedongnya itu, yang mana pernah tinggal bersamaku di sana.Mereka turun dari mobil. Kulihat Romi membukakan pintu mobil untuk Dewi. Ketika Dewi turun, tangan Romi mengelus perut Dewi yang m