Benalu part 38POV RAMAAku memutuskan pulang, dengan alasan tak enak badan. Memang pusing sekali rasanya. Padahal sudah janji sama Rizka untuk jemput Mila. Semoga saja Rizka bisa mengerti.“Kok, tumben pulang cepat, Mas?” tanya Rizka, saat melihatku merebahkan badan di ranjang, masih lengkap dengan sepatu dan baju kerja.“Kepalaku pusing,” jawabku dengan mata terpejam. Untung saja masih kuat bawa motor, hingga selamat sampai rumah. Rizka beranjak mendekat, melepaskan sepatu beserta kaos kaki yang aku pakai. Dia memang sangat pengertian. Kadang kalau sampai rumah dalam kondisi ngantuk berat dan langsung tertidur, Rizka mau melepaskan semuanya. Dia memang baik. Tak salah aku memilihnya, walau kadang masih sering kumat depresinya.Karena yang namanya pernah terganggu kejiwaannya, akan cepat terkena lagi. Apalagi kalau dia banyak beban pikiran. Walau gimanapun dia, aku telah memilihnya. Berusaha selalu menjaga perasaan dan pikirannya. Karena cinta ini tulus untuknya.“Mas aku buatin teh
Benalu part 39POV DEWI“Mas, katanya Rizka mau menjemput Mila sore ini,” ucapku kepada Mas Romi, yang sudah selesai mandi. Seperti biasa, pulang kerja dia langsung mandi dengan waktu yang lama. Nggak tahu ngapain di kamar mandi.“Nggak apa-apa,” jawabnya santai seraya mengusapkan handuk di rambutnya. Terlihat ganteng banget kalau kayak gitu. Seraya mengelus perut, semoga kalau laki-laki, gantengnya kayak Papanya. Baik dan pengertian juga.“Tapi aku belum bilang ke Mila, takutnya dia cemberut. Aku paling nggak suka kalau lihat Mila cemberut,” ucapku lagi seraya menerima uluran handuk dari Mas Romi. Kemudian menjemurnya di tempat yang sudah di sediakan. Rak mini khusus untuk handuk.“Nanti kita ngomong pelan-pelan ke Mila, ya,” jawabnya masih selow seraya menyisir rambutnya. “Iya, Mas, semoga saja, Mila bisa mengerti dan nggak nangis histeris saat melihat Rizka menjemputnya,” balasku.“Rizka juga nggak mungkin sendiriankan, jemput Milanya? Pasti juga sama Rama,.” Balas Mas Romi. Seray
Benalu part 40POV MARTINA[Hai, Martublack? Kayaknya seru kalau kartu AS mu aku sebarkan ke seluruh penjuru dunia]Deg. Jantung ini terasa berhenti berdetak, saat membaca pesan singkat dari Berlin. Siapa lagi kalau bukan dia. Karena hanya dia yang memanggilku seperti itu. Rasanya semakin tak nyaman. Kalau Mas Angga sudah tahu kartu AS kehamilanku. Tapi belum tahu kartu AS yang lainnya. Sedangkan kedua orang tuaku belum tahu semuanya. Berlin memang keterluan. Dia sengaja mau mengganggu kehidupanku. Apa maksudnya? Kenapa dia kembali di saat semuanya mulai membaik? Sial. Tak bisa tidur nyenyak aku di buatnya.Ting. Suara gawai berbunyi lagi. Pesan singkat lagi. Segera aku membukanya. [Tunggu tanggal mainnya Martublack] Astaga! kayaknya dia serius mau membocorkan semua aib yang sudah aku tutupi rapat-rapat. Apasih maunya?Untung Mas Angga sudah berangkat kerja. Dan Baby Yusuf lagi pulas-pulasnya tidur setelah minum asi. Disaat semua orang di rumah ini lagi berusaha menjaga perasaanku a
Benalu 2 part 41POV Angga.Hari ini aku kembali bekerja. Mungkin besok harus libur lagi. Karena harus ada tasyakuran untuk pemberian nama Yusuf. Wajah imut Yusuf selalu menghantui pikiranku. Baru berapa jam di tinggal kerja rasanya kepikiran, rasanya kangen. Walau bukan anak sendiri tapi sudah menyatu di hati. Mungkin ini juga yang di rasakan sama Pak Handoko.“Ga, kok, senyum-senyum sendiri?” tanya Pak Handoko saat mau turun dari mobil. Karena Pak Handoko hari ini ingin duduk di depan. Jadi dia bisa melihat ekspresiku.“Eh, anu, ini kepikiran anak,” jawabku malu dan gelagapan.“Owh, kirain kepikiran Mamanya,” ledek Pak Handoko. Reflek saja aku ngakak. Dia turun dari mobil dan aku mengikuti.“Iya dua-duanya, Pak,” sahutku. Pak Handoko juga ikut ngakak.“Yaudah, Bapak masuk ke dalam dulu, ya? nanti kalau bapak sudah selesai meeting, bapak telpon,” ucapnya.“Baik, Pak,” jawabku seraya menunduk tanda hormat.Kemudian Pak Handoko berlalu meninggalkanku. Aku segera masuk lagi ke dalam mob
part 42POV DEWI“Mas.”“Hemm.”“Akhirnya Rizka hamil, aku seneng dan lega,” ucapku saat kami sudah berada di atas ranjang. Mau tidur tapi ngobrok-ngobrol dulu. Sudah menjadi kebiasaan.“Sama, Mas juga seneng, seneng banget malah,” jawabnya seraya mengubah posisi miring menghadapku. Huh, rasanya deg-degan kalau dia posisi kayak gitu. “Tahu nggak leganya kenapa?” tanyaku lagi, ikutan mengubah posisi. Jadi miring juga ke arah dia.“Apa?” tanyanya balik.“Hayo tebak apa? sepemikiran nggak kita?” sahut dan tanyaku lagi. Dia mengerucutkan bibirnya, kemudian keningnya mengerut. Seakan lagi mikir-mikir.“Karena Mila nggak jadi pulang?” jawabnya seakan bertanya memastikan. Aku mengulumkan bibir. Kemudian tersenyum.“Iya, kalau Rizka hamil mudakan harus ekstra hati-hati. Jadi Mila bisa lama ikut kita,” sahutku. Nggak tahu kenapa aku seneng banget dengar kabar Rizka hamil. Lebih senangnya lagi Mila akan lama tinggal bersamaku.“Iya, Mas juga senang Mila bersama kita,” sahut Mas Romi.“Aku ingi
Benalu 2 part 43POV Dewi“Kenapa dengan Mita?” tanya Mas Romi, penasaran. “Nggak tahu, Mas kita di suruh ke sana? gimana ya?” tanyaku. Aku sendiri juga penasaran dengan Mita. Ada apa sebenarnya.“Yaudah kita ke sana. keluarga lebih penting,” jawab Mas Romi mantab.“Terus kerjaan, Mas?” tanyaku.“Cuti dulu nggak apa-apa. Nanti Mas ijin cuti, ya, pokoknya keluarga nomor satu,” jawab Mas Romi seakan membuat hati ini tenang. Aku merasa wanita paling beruntung di dunia ini. bisa menjadi istri dari laki-laki sebaik dia. Aku menoleh ke arah Mila. Mas Romi juga mengikuti. Aku melihat Mila hanya melongo saja mendengarkan obrolan kami.“Mila, Mama Dewi sama Papa Romi mau ke rumahnya Kakek Heru. Mila mau ikut apa nggak?” tanyaku. Mila terdiam, aku tahu pasti dia bingung. Tadikan dia ingin sekali menemani Papa Rama. Tapi, kok, aku nggak tega juga ninggalin dia lama-lama sama Rizka. Apalagi Rizka lagi hamil. Hormonnya naik turun. Aku takut dia nyubitin Mila lagi.“Iya, Mila mau ikut nggak?” tany
Benalu 2, part 44POV MartinaAstaga! Aku mendengar suara Berlin mendatangi Mas Angga. Aku harus bagaimana? Berlin nekad juga ternyata. Apakah hari ini akan ketahuan semuanya? Nggak ini nggak boleh terjadi. Tapi aku bisa apa? luka sesar ini saja belum sembuh. Nggak mungkin aku nekad akan menemui mereka. Tapi, semuanya akan terbongkarkah?Mas Angga juga langsung mematikan sambungan telpon. Padahal aku ingin bilang jangan percaya gitu saja omongan dia. Aish, entahlah aku makin bingung sendiri. Aku harus bagaimana? Aku scroll hape ini berkali-kali. Mencoba mencari-cari nama di dalam kontak yang siapa tahu ada nama yang bisa membantuku. Sial. Tapi tak aku temukan. Yang ada malah semakin bingung saja. “Tin, ibu mau gendong Yusuf, ya!” ucap Ibu nyelonong masuk ke kamar begitu saja. Astaga kenapa ibu harus datang, sih. Aku makin galau saja. Nggak di bolehin gimana? Di bolehin juga gimana? Akhirnya pasrah. Karena ibu langsung mengambil Yusuf dari boxnya.“Hati-hati, ya, Bu?” ya, hanya itu y
Benalu part 45POV ANGGA“Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu?” tanyaku lagi kepada perempuan yang lagi menikmati kopi pesanannya.“Nggak ada, Mas, hanya ingin kenalan aja,” jawabnya selow. Mengaduk-aduk kopinya. Sesekali dia menatapku, kemudian tersenyum. Senyum yang tak bisa aku artikan. Apa maksudnya?“Mbak kok tahu nama saya?” tanyaku. Dia malah tersenyum, kemudian menyeruput kopinya lagi. Alisnya naik turun seakan mempermaikan perasaan lawan bicara.“Nggak pentinglah saya tahu dari mana?” jawabnya dengan nada santai banget. Nggak mikir dia kalau aku penasaran. Aku tajamkan pandangan. Mengingat-ingat, apakah dia teman masalalu? Ah, tapi kayaknya aku belum pernah melihat dia. Sangat asing sekali.Cantik juga cewek ini. Kulitnya putih, wajahnya juga mulus sampai tak ada satu jerawat yang menempel di pipinya. Hidungnya juga mancung, matanya juga indah. Rambutnya ikal, tapi membuatnya semakin terlihat berkelas. Siapa dia? Kok bisa kenal namaku?“Ok, kalau gitu, nama Mbak tadi siapa?