Share

Bab 62

Sejak bekerja di sini hati selalu gundah tak pernah mendapat kedamaian. Aku bagai bunga di padang tandus yang merindukan tetes-tetes hujan.

Ketika melirik pada ponsel, jam sudah menunjuk angka 12.30 WIB. Teringat pesan mendiang ayah dahulu bahwa hati yang sudah lalai mengingat Allah tidak akan pernah tenang. Seberat apa pun masalahmu dan sebesar apa pun dosa yang kamu lakukan, jangan pernah ragu memohon ampun.

Hamparkan sajadahmu, tunduklah kepada Allah. Beribadah dengan sebaik-baik penghambaan, penuh kekhusyuan dan Insya Allah hati berangsur damai. Jangan lupa membaca Surah Yusuf sebagai penawar kesedihan.

Aku memejamkan mata merasa sangat jauh dari Tuhan. Bibir bergerak tipis mengucap istighfar yang sudah lama alpa terucap di lisan. Hati bergetar, perlahan mata hati kembali terbuka.

"Ini belum terlambat," monologku menatap nanar pada cermin.

Sekitar sepuluh menit mondar-mandir dalam kamar akhirnya tangan kananku meraih gagang pintu hendak berwudhu. Setiap tetes yang menyentuh wajah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status