Hola, happy reading and enjoy!Chapter 46"Vanya!" sapa Alana seraya menghampiri Vanya. "Apa kau sudah bertemu Mr. Lucero?" Vanya menghentikan langkahnya dan mendengus kesal. Urusannya dengan dosen tampan itu belum selesai, sekarang Ares mengacaukan rencananya untuk mengobrol bersama Alana dulu sebelum kelas dimulai. Benar-benar pagi yang menjengkelkan!Vanya berusaha tersenyum semanis mungkin agar Alana tidak lagi merasakan kecanggungan terhadapnya. "Alana, terima kasih. Aku sudah membaca pesanmu." "A-aku... aku berpikir jika mungkin kau akan bosan jika berteman dengan orang canggung sepertiku." Vanya menyeringai. "Kalau begitu, bagaimana jika kuajari kau membuat ulah agar kau tidak lagi jadi gadis canggung?" Kepala Alana menggeleng cepat. "Tidak... jika orang tuaku tahu aku membuat ulah yang memalukan, aku takut membuat mereka sedih." Sedih? Pernahkah ibunya merasakan kesedihan setiap kali dirinya membuat ulah yang mencoreng namanya sendiri di SMA? Dulu ibunya hanya tahu membe
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 47"Hah? Dosen tua itu?" Vanya ternganga seraya mengerjap-ngerjapkan matanya.Jelas-jelas Ares tahu jika dosen itu tidak setua yang Vanya bilang. "Jangan kau pikir aku belum menyelidikinya." Vanya mengembuskan napasnya. "Ya. Kau adalah Ares Torrado, kau tahu segalanya. Lalu, kenapa tidak kau saja yang mengikutiku ke kampus setiap hari?" Ares menyipitkan matanya dan terlihat tidak senang dengan jawaban Vanya, tetapi sebelum mulutnya terbuka untuk kembali menginterogasi Vanya, pilotnya menginstruksikan agar dirinya duduk dengan benar karena mereka akan mendarat lalu perlahan helikopter menukik ke bawah dan mendarat di landasan. "Akhirnya aku meninggalkan Madrid yang membosankan," ucap Vanya seraya melangkah keluar dari helikopter. "Pembicaraan kita belum selesai," kata Ares seraya mengambil alih tas Vanya kemudian mencangkingnya. "Menikmati akhir musim gugur di Valencia adalah ide yang brilian meskipun sayang sekali kita tidak bisa berjemur d
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 48"Kenapa bisa sampai begini?" tanya Ares kepada sekretarisnya dan Leo seraya menghela napasnya dengan kasar dan melonggarkan dasinya. "Kepala divisi keuangan sedang cuti, semua pekerjaan diserahkan kepada wakilnya," jawab Margarita, sekretaris utama di kantor Ares. "Kenapa wakilnya sepayah ini?" Ares terlihat sangat jengkel. "Siapa yang merekrut orang payah itu di perusahaanku dan bisa menempati posisi sepenting ini?" Leo dan Margarita saling berpandangan beberapa detik kemudian Leo berdehem pelan. "Begini, Bos...." "Setelah ini aku harus bicara dengan HRD." "Ini... bukan kesalahan HRD." Leo berucap Lambat-lambat. Ares mendengus. "Lalu siapa? Apa kalian yang bertanggung jawab?" Margarita dan Leo kembali bertatapan kemudian kedua orang itu serempak menggelengkan kepala."Tidak peduli kesalahan siapa, sekarang perintahkan semua untuk bekerja dengan cepat dan perbaiki kesalahan. Aku akan mengulur waktu berbicara dengan orang yang akan mengi
Holla, happy reading and enjoy!Chapter 49Vanya bergelung di selimutnya dan memilih untuk tetap berada di ruang keluarga sembari bermain game. Sudah terlalu lama permainan Mobile Legends-nya tidak dimainkan sehingga jari-jarinya terasa kaku saat memainkannya dan juga permainan itu terasa tidak terlalu menarik lagi seperti dulu, sesekali Vanya melirik jam di ponselnya."Nona, apa kau ingin kupesankan makan malam?" tanya Rose yang duduk di sofa berseberangan dengan Vanya. "Apa Ares mengirimkan pesan teks padamu?" "Tidak ada, bos juga tidak menelepon."Vanya mendengus, kesal karena Ares tidak kunjung datang juga tidak mencarinya. "Kalau begitu, kau pulanglah. Aku sudah mengantuk." "Tapi, kau belum makan," kata Rose. Vanya tidak merasa terlalu merasa lapar karena telah memakan begitu banyak kue dan jika makan malam dengan makanan berat, tidak mustahil jika berat badannya akan naik. Tetapi, pergi menikmati malam di Valencia sepertinya menjadi hal yang patut dicoba. Sayangnya Vanya tid
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 50Vanya mendapatkan satu jentikan jari telunjuk di antara kedua alisnya dan Ares berkata, "Aku tidak mungkin menidurinya.""Dia terlihat elegan, lebih baik dari wanita yang pernah kau bawa ke mari," kata Vanya.Wanita elegan, Ares sudah menjumpai jenis wanita seperti itu ribuan kali dalam hidupnya. Sebagai pria normal ia juga mengagumi wanita cantik, cerdas, dan berkelas. Menginginkan seorang dari salah satu wanita itu untuk didapatkan, seperti beberapa tahun ia menginginkan Leya. Namun, jika dipikir-pikir perasaan sukanya pada Leya hanya berlandaskan rasa suka dan penasaran, bukan cinta atau kasih sayang karena tidak ada kekhwatiran sedikit pun saat dirinya jauh dari Leya. Perasaannya datar begitu saja, berbeda dengan perasaannya kepada Vanya yang cenderung membuatnya gelisah dan wanita itu memenuhi kepalanya."Aku tidak memiliki alasan untuk menidurinya, dia adalah orangku." Ares meraih dagu Vanya dengan lembut dan mendongakkan kepala wanita
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 51Vanya meringkuk di sampingnya dan masih tertidur nyenyak, Ares sedikit beringsut agar dapat memandangi wajah istrinya. Alangkah bahagianya jika pagi di Madrid juga selalu diawali dengan suasana seperti ini, pikir Ares. Ia kemudian dengan gerakan sangat lembut menyentuh ujung hidung Vanya menggunakan ibu jarinya dan mengulanginya hingga Vanya menunjukkan reaksi dan wanita itu membuka matanya. "Kita harus kembali ke Madrid," kata Ares dengan nada lembut dan suara sedikit serak. "Apa ada pertemuan pagi ini?" "Kau ada kelas jam sepuluh." Vanya memejamkan matanya. "Kelasku tidak penting." Ares tersenyum. "Tidak baik jika kau terlalu banyak mengosongkan absensimu.""Aku baru sekali mengosongkan absen, dan itu bukan keinginanku." "Kelak kau akan sibuk dengan film-mu, kau mungkin akan kesulitan mengatur jadwal." Vanya mendengus lembut. "Bilang saja sebenarnya kau yang ingin kembali ke Madrid pagi ini." "Kau sedang menuduhku lebih mementingkan
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 52Vanya mengikuti mata kuliah dengan penuh semangat, bukan karena ia menyukai mata kuliahnya melainkan suasana hatinya hari ini cukup baik. Itu karena Ares untuk pertama kalinya membiarkan dirinya pergi ke kampus tanpa Tere maupun sopir pribadi. Ternyata untuk meluluhkan sifat otoriter suaminya bukan hal sulit, hanya dengan memberikan apa yang Ares inginkan di pagi hari dan suaminya mendadak bersikap manis. Jadi, setelah kelas berakhir Vanya dan sebelum kembali ke tempat tinggalnya, ia ingin menikmati waktunya sebagai seorang mahasiswa dan wanita muda. Pergi ke toko buku atau ke perpustakaan adalah pilihan yang mungkin kedengarannya brilian, pikir Vanya kemudian dengan lembut menyikut Alana yang sedang serius mendengarkan dosen di kelas memberikan penjelasan. "Alana, apa kau memiliki rencana setelah kelas berakhir?" bisiknya kepada Alana.Alana meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya dengan posisi vertikal. "Aku berencana pergi ke toko
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 53"Apa kakakku ada di ruangannya?" Vanya bertanya kepada dua orang sekretaris di depan ruang kerja Ares. "Nona, Callas," kata salah satu dari sekretaris Ares seraya berdiri. "Biar kutanyakan dulu apakah Bos bisa ditemui atau tidak." Vanya memutar bola matanya enggan menggubris ucapan sekretaris Ares dan melangkah menuju pintu karena seharusnya dirinya tidak memerlukan izin mereka untuk masuk ke ruang kerja suaminya, bahkan Ares sekali pun tidak. Coba saja kalau berani, pikir Vanya."Kakakku sedang tidak bersama tamu penting, 'kan di dalam?" tanya Vanya hanya untuk sekedar memastikan. "Tidak, Nona. Tetapi, mungkin beliau sedang sibuk." Vanya mengibaskan tangannya dan mendorong pintu ruangan, ia menjumpai Ares sedang duduk di kursi kerjanya dengan tubuh tegak menghadap ke layar iMac-nya. "Hai," sapa Ares dan alisnya berkerut, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum kepada Vanya. "Kau tidak bilang kalau mau ke sini." Vanya menutup pintu seraya
Chapter 90(end)Berita Julio melamar Alana yang selama dua Minggu menghiasi berbagai halaman media sosial dan pencarian internet seketika tenggelam ketika foto cincin di jemari Vanya dan Ares yang diunggah oleh Vanya di media sosialnya satu hari sebelum pernikahan mereka digelar.Berita itu benar-benar menjadi berita yang paling sensasional di tahun ini, bahkan Leandro pun merasa sangat terkejut karena selama ini ia hanya tahu jika Vanya dan Ares tinggal bersama karena Ares-lah yang mengurus karier Vanya di dunia entertainment.Apa lagi Vanya memberikan keterangan bahwa mereka telah saling jatuh cinta sejak Vanya masih duduk di bangku sekolah SMA, hal itu semakin membuat orang-orang membicarakan mereka dengan memberikan komentar miring di kolom komentar. Tetapi, Vanya tidak ingin menggubrisnya karena baginya siapa saja berhak memberikan komentar baik maupun buruk.Pesta pernikahan yang dipersiapkan hanya dalam waktu dua Minggu berjalan sesuai keinginan Vanya dan Ares. Awalnya mereka h
Chapter 89Empat tahun kemudian Vanya sedang menjalani syuting, pengambilan adegan kebanyakan diadakan di dalam ruangan yang telah dirancang khusus. Beberapa adegan yang Vanya mainkan adalah adegan perkelahian yang menggunakan senjata tajam dan juga gerakan-gerakan berbahaya yang melibatkan fisik karena ia membintangi film kolosal bergenre Fantasi. Hari itu Vanya telah selesai berdandan, tetapi ia masih mengenakan kemejanya. Belum mengenakan kostum yang akan digunakan dalam pengambilan adegan. Ia berdiri seraya memegangi buku naskah di tangan kirinya dan sebilah pedang palsu di tangan kanannya, di depannya seorang pria bernama Isac Jules juga memegangi buku naskah. Isac adalah pemeran pria utama dan dia merupakan aktor yang sudah cukup lama bergelut di dunia akting, Vanya merasa beruntung karena dapat beradu akting dengan Isac. Isac pria yang sopan dan tidak pernah membeda-bedakan siapa pun, meskipun pengalaman Vanya di dunia akting masih sangat sedikit, Isac tidak segan membantu Va
Chapter 88Vanya memasuki tempat tinggal Julio dan langsung menuju ruang di mana Julio biasanya berkutat dengan mainannya yang berupa mesin motor yang telah terpisah-pisah dari rangkanya dan mungkin hanya Julio yang memahaminya."Julio, kurasa kita perlu bicara," ucap Vanya tanpa berbasa-basi, ia sudah muak mencoba menghubungi Julio melalui telepon dan pesan teks tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya.Julio menatap Vanya beberapa saat. "Bagaimana keadaanmu?" "Sangat buruk," jawab Vanya dengan ketus. "Kenapa kau ke sini kalau belum sembuh?" tanya Julio dengan nada acuh lalu kembali menatap benda-benda yang mungkin di mata orang lain menyerupai rongsokan. Vanya mendekati Julio dan mengambil obeng di tangan pria itu. "Apa yang terjadi padamu? Kau mengabaikanku sepanjang waktu, kau bahkan tidak menjengukku di rumah sakit." "Aku sangat sibuk, Vanya. Aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi musim panas kali ini dan ini adalah pertandingan terakhirku di timku saat ini." V
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 87Paginya Vanya meminta Ares membawanya keluar dari kamar inapnya karena merasa bosan di dalam kamar meskipun baru satu malam, ia ingin menghirup udara segar pagi hari di taman rumah sakit. Tetapi, baru saja beberapa langkah berjalan meninggalkan kamar mereka bertemu Rico. Ares berhenti mendorong kursi roda yang diduduki Vanya dan segera menghampiri Rico. "Setelah apa yang kau lakukan, kau masih berani menunjukkan wajahmu di depan Vanya?" ucapnya dan tatapannya sangat mengerikan seolah hendak mematahkan leher Rico saat itu juga. Rico tersenyum. "Aku ingin bicara dengan putriku," sahutnya dengan nada sangat tenang. "Vanya tidak sudi bertemu denganmu." Rico menatap Ares dengan sinis. "Kau tidak berhak melarangku, kau bukan apa-apa baginya." Bukan apa-apa baginya? Jika Rico tahu siapa dirinya bagi Vanya, akankah Rico bisa mengucapkan kalimat sinis itu atau mungkin malah akan menjilat di depannya, pikir Ares.Ares tersenyum miring lalu berkata,
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 86Mobil Vanya mengalami kerusakan parah, sementara Vanya mengalami beberapa luka ringan dan beberapa jahit di bagian lengannya, beberapa memar di bahu dan jidatnya tidak terlalu serius begitu juga dengan luka akibat serpihan kaca di wajahnya juga tidak ada yang terlalu dalam. Tetapi, ia masih harus dirawat di rumah sakit untuk memastikan adanya luka di dalam tubuhnya yang diakibatkan oleh benturan yang keras. Vanya duduk bersandar di ranjang pasien dan menatap jendela rumah sakit, ia tidak memedulikan Ares yang berada di sana. Ia bahkan tidak menatap mata Ares sedikit pun sejak pria itu tiba di Instalasi Gawat Darurat dengan terburu-buru dan sangat mengkhawatirkan kondisinya saat dokter menjahit luka di lengan Vanya. Ares duduk di sofa yang ia seret mendekat ranjang pasien seraya terus menggenggam telapak tangan Vanya. "Apa ada yang terasa sakit?" Pertanyaan itu sudah Ares lontarkan untuk ke sekian kalinya. Namun, Vanya masih saja tidak mengg
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 85"Pa, kau di sini?" seru Vanya dan Leandro perlahan bangkit dari kursinya. "Ya. Papa bertemu kenalan lama Papa di sini," ujar Leandro seraya tersenyum canggung. "Tidak menyangka bertemu kau di sini." "Pa, bagaimana kabarmu?" tanya Vanya lalu bergelayut dengan manja di pinggang Leandro."Papa sedikit sibuk dan sangat merindukanmu," ucap Leandro. "Aku juga merindukanmu," kata Vanya seraya menatap Leandro dan tersenyum manja. "Sudah lama kau tidak mengunjungi Papa," kata Leandro seraya membelai rambut di kepala Vanya."Jadwalku sedikit padat akhir-akhir ini. Bagaimana kabar Vanesa?" "Dia merindukanmu dan sering menanyakanmu." Vanya menyeringai. "Aku akan mengunjungi kalian nanti." "Dia pasti akan senang sekali kalau kau datang dan akan menyiapkan banyak makanan untukmu," kata Leandro. Vanya justru menatap Leandro dengan tatapan menggoda. "Kau atau Vanesa? Seingatku, kau yang selalu heboh berbelanja setiap aku mau datang ke rumah kalian."
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 84Mata kuliah pertama Vanya berakhir pukul dua belas siang dan ia masih memiliki jadwal mata kuliah ke dua jam tiga siang. Jadi, untuk mengisi waktu istirahatnya yang lumayan lama Vanya memutuskan untuk menghubungi Evan, Ares sedang pergi ke Malaysia untuk urusan MotoGP kemudian Vanya mengemudikan mobilnya ke kantor Evan. "Andai Ares sedang tidak pergi ke luar negeri, aku yakin kau tidak akan pernah menginjakkan kakimu ke sini," goda Evan yang menyambut Vanya di lobi kantornya."Jangan coba-coba membalikkan fakta, kaulah yang selalu sok sibuk sampai-sampai hampir tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga," balas Vanya. Evan terkekeh dan merangkul pundak Vanya dengan sangat lembut. "Aku benar-benar sibuk, adikku." Vanya mencebik. "Kalau sangat sibuk, kenapa kau masih punya waktu untuk berkeliaran di lobi?" Evan memiringkan kepalanya menatap Vanya dan sebelah alisnya terangkat. "Ini pertama kalinya kau ke sini, tentunya aku harus m
Hola happy reading and enjoy!Chapter 83Barang-barang Vanya telah tersusun rapi pada tempatnya di kamar barunya. Jadi, ia membersihkan tubuhnya kemudian merobek kemasan masker wajah lalu mengenakan masker berbentuk topeng berwarna putih dan duduk berselonjor di atas tempat tidurnya seraya bersandar di kepala tempat tidur dengan menggunakan jubah mandinya yang berwarna ungu. Di kepalanya melilit handuk yang juga berwarna ungu untuk menutupi rambutnya yang masih basah, ia seperti tidak memiliki tenaga lagi untuk meraih pengering rambut. "Boleh aku masuk?" Suara itu membuat Vanya mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Ares berdiri di ambang pintu, masih mengenakan setelan jas lengkap bahkan jepitan dasi pemberiannya masih rapi di tempatnya. Vanya memang tidak menutup pintu kamar karena berpikir jika mereka hanya tinggal berdua, tidak perlu harus selalu menutup atau mengunci pintu meskipun ia memerlukan privasi. "Kau pulang lebih awal?" tanya Vanya seraya tersenyum kepada Ares
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 82Dua hari kemudian, sekretaris Tania mengetuk pintu ruang kerjanya dan berkata, "Madam, seorang pejabat publik ingin bertemu denganmu." Tania yang sedang memeriksa berkas-berkas di atas meja mendongak. "Bukankah aku tidak memiliki jadwal bertemu dengan salah satu pejabat publik hari ini?" "Seharusnya. Tetapi, dia bilang kalau dia memiliki urusan yang sangat penting denganmu." "Katakan padanya untuk kembali besok," kata Tania kemudian matanya kembali pada berkasnya. "Dia mengatakan kau harus menemuinya hari ini, kalau tidak dia akan...." Tania melepaskan kacamata bacanya dan menekan bagian atas batang hidungnya. "Berani sekali mengancamku, katakan padanya kalau aku sedang tidak bisa ditemui." "Dia menyuruhku memberitahukan mamanya padamu." "Sebenarnya aku sama sekali tidak peduli dia siapa," kata Tania dengan nada jengkel. "Jadi, siapa namanya?" "Namanya Federico Castellano." Sesaat dunia Tania seperti berhenti berputar, ia membeku kemu