Beranda / Horor / BA'DA MAGHRIB / Jalan-jalan Pagi di Desa Tua

Share

Jalan-jalan Pagi di Desa Tua

Penulis: d_rain
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 13:21:41

Udara begitu sejuk. Banyak pepohonan yang memayungi desa tua itu. Reihan, Jihan dan Alea sangat menikmati kesegaran yang mereka hirup. Maklum, di kota mana sempat menghirup udara sesegar ini? Banyak polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor dan juga asap pabrik.

  “Haaaahh. Sejuknya.” Kata Jihan sambil merentangkan kedua tangannya.

  “Apa aku bilang? Kamu suka kan?” Tanya Reihan. Jihan menjawab dengan hanya menganggukkan kepalanya.

  “Itu. Bu Rah lagi duduk-duduk di teras rumahnya. Yuk kita kesana.”  Ajak Reihan kepada istri dan juga anaknya.

  “Assalamualaikum, Bu Rah.” Ucap Reihan.

  “Waalaikumsalam.” Jawab wanita tua tersebut. 

  “Gimana kabarnya, Bu Rah? Baik?” Tanya Reihan sambil mencium punggung tangan wanita tua yang ada di hadapannya itu.

  “Baik.” Jawabnya singkat. Wanita tua bernama Rah itu memang tidak banyak bicara. Ia hanya akan bicara jika ada hal penting yang harus dijawab.

  “Perkenalkan. Ini istri saya. Namanya Jihan.” Kata Reihan yang memperkenalkan Jihan. Jihan pun mencium tangan Bu Rah.

  “Dan ini puteri saya. Namanya Alea.” Lanjutnya. Alea juga mencium tangan sang nenek.

  “Hallo, Nek.” Sapa Alea. Namun Bu Rah hanya diam dan menatap Alea. Jihan merasa aneh dengan wanita tua ini. Kenapa ia diam saja? Kenapa tidak seperti orang-orang lainnya yang stiap pagi menjalankan aktifitasnya? Namun pikiran buruk telah ia buang jauh-jauh. Ia berharap dengan diperkenalkannya dengan Bu Rah, Jihan bisa mendapatkan teman untuk mengobrol di desa itu. Terlebih ia juga ingin mendapatkan informasi tentang rumah tua yang ia huni sekarang.

  “Reihan. Jaga keluargamu baik-baik. Lindungi mereka dari bahaya apa saja yang akan menimpa keluargamu.” Pesan si nenek.

  “Bahaya apa, Bu Rah?”Tanya Reihan penasaran.

  “Apa saja yang bisa merusak keluargamu. Kita gak tahu hal apa yang akan menimpa keluarga kita.” Tutur Bu Rah.

  “Baik, Bu Rah. Akan saya jalankan pesan dari Bu Rah.” Jawab Reihan.

Jihan semakin penasaran. Apakah Bu Rah sudah mengetahui bahwa keluarganya akan ditimpa masalah besar? Sehingga beliau sudah mewanti-wanti suaminya untuk berjaga-jaga melindunginya dan juga anaknya.

  “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Bu Rah berbicara seperti itu? Ya Alloh. lindugiLah keluarga kecilku.” Gumam Jihan dalam hati. Ia sangat takut sekali dengan apa yang akan terjadi. Semuanya terasa seperti misteri. Tidak ada yang bisa menebak. Saat ini Jihan hanya bisa pasrah kepada Tuhan agar selalu menjaga keluarga kecilnya.

  “Bu Rah. Saya boleh minta tolong?” Tanya Reihan kepada Bu Rah.

  “Minta tolong apa?” Bu Rah bertanya kembali.

  “Kalau misalkan saya lagi kerja, boleh saya nitip anak dan istri saya? Barang kali mereka kesepian. Mereka kan baru di sini. Jadi biar Jihan dan Alea lain kali bisa main ke sini.”

Bu Rah tidak menjawab dengan sepatah kata. Beliau hanya menganggukkan kepalanya. wanita tua itu wajahnya sangat putih. Rambutnya juga putih. Memakai pakaian kebaya dan memakai sewek. Rumahnya juga masih berupa gubuk reot. Beliau hanya tinggal sendiri di kediamannya. 

  “Ya sudah. Kalau begitu, kami pamit dulu ya, Bu Rah. Mau lanjutin jalan-jalan keliling desa ini.” Ucap Reihan kepada Bu Rah. Ia pun mencium kembali tangan wanita tua itu. Disusul oleh Jihan dan juga Alea. Namun Bu Rah lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya.

  “Assalamualaikum.” 

  “Waalaikumsalam.” Jawb Bu Rah.

Reihan, Jihan dan Alea melanjutkan jalan-jalan paginya. Mereka merasa bebas menikmati kesejukan di pagi itu. Rumah di desa itu memang tidak berdempetan seperti di kota. Setiap rumah pasti terhalang oleh pepohonan dan juga tanaman liar lainnya. Di desa itu juga banyak rumah yang sebenarnya tidak layak untuk di huni. Terlihat seperti mau roboh karena termakan usia. Apalagi hanya terbuat dari anyaman bambu. Gedeg sesek. Begitu kata orang Jawa. Setiap mereka bertiga melewati rumah para warga, mereka bertiga berusaha ramah dan menyapa dengan menundukkan kepalanya sambil tersenyum. Namun orang-orang yang mereka jumpai hanya melihati mereka dengan tatapan tajam dan tidak ada ekspresi sama sekali. Jihan merasa aneh dengan semua penduduk di desa ini. Selain tidak ada respond saat di ajak bicara, mereka juga adalah seorang manula (manusia lanjut usia). Sungguuh desa yang aneh.

  “Di sini kalau pagi berkabut ya, Mas.” Kata Jihan yang merasa dingin dan diselimuti oleh kabut yang tebal.

  “Iya. Asri banget kan?” Tanya Reihan kepada Jihan.

Jihan hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Alea juga menikmati hari pertamanya jalan-jalan pagi di desa itu.

  “Sepertinya kita harus jalan-jalan pagi setiap hari deh, Yah, Ma. Alea suka banget.” Kata gadis cantik tersebut.

  “Iya. Kalau di kota, boro-boro bisa menghirup udara segar seperti ini. Pagi-pagi aja sudah disuguhi sama asap pabrik.” Ucap Jihan. 

Reihan hanya tersenyum mendengar perkataan dari kedua wanitanya itu.

  “Tapi, Mas. Kenapa warga di sini jarang ngomong? Disapapun mereka hanya diam. mereka tidak seasik tetangga kita yang ada di kota.” Tanya Jihan kepada suaminya. Namun ketika Jihan menanyakan hal tersebut, tiba-tiba seorang kakek yang mendengar pertanyaannya melotot ke arah Jihan. Jihan sangat terkejut. Ia takut dengan pandangan kakek yang membawa arit tersebut. Sepertinya kakek tua itu akan pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.

  “Mungkin baru pertama kali. Jadi mereka canggung dengan kedatangan kita. Nanti lama-kelamaan akan terbiasa juga kok. mereka semua sebenarnya ramah.” Jawab Reihan.

Jihan masih melihat kakek yang menatapnya dengan seram sembai berjalan. Begitu juga dengan kakek tersebut. Ia masih menatap Jihan secara tajam sampai pada akhirnya beliau tiba-tiba menghilang.

  “Ayah. Bunga ini bagus banget deh. Aku petik ya.” Kata Alea yang menyentuh bunga kamboja yang ada di hadapannya.

  “Jangan!” Kata Reihan yang menahan anaknya yang hampir saja memetik bunga tersebut.

  “Loh? Kenapa, Yah?” Tanya gadis itu penasaran.

  “Jangan, Sayang. Kan itu bukan milik kita. Kita tidak boleh mengambil apa yang bukan milik kita. Jadi jangan dipetik ya.” Tutur Reihan kepada sang anak.

Alea berusaha mengerti. Ia menuruti apa yang dikatakan oleh Ayahnya.

  “Mas. Mata hari sudah makin tinggi tuh. Ayo kita pulang. Aku juga belum siapin sarapan buat kamu sama Alea.” Ajak Jihan.

  “Iya. Aku juga mau istirahat bentar terus siap-siap berangkat kerja.” Kata Reihan.

  “Alea. Yuk, Nak. Kita pulang. Besok pagi kita jalan-jalan lagi.” Ajak Jihan kepada Alea yang dari tadi berjalan mendahului orang tuanya.

  “Oke, Ma. Gadis itu memang penurut. Jihan dan Reihan merasa beruntung memiliki Alea.

Mereka bertiga pun kembali ke rumahnya untuk melakukan aktifitas lainnya. Namun di tengah perjalanan, Alea terjatuh.

  “Aduh.” Kata Alea merintih.

  “Alea.” Jihan dan Reihan membalikkan badannya. Mendapati sang anak yang sudah duduk terjatuh sambil memegangi kakinya.

  “Kamu gak apa-apa, Sayang?” Tanya sang ayah kepada puteriya.

  “Gak apa-apa, Yah. Cuma sakit sedikit aja.”

  “Mau Ayah gendong?” Tawar Reihan.

  “Gak usah, Yah. Alea gak apa-apa kok. alea masih bisa jalan sendiri.” 

  “Oke. Kalau begitu ayo kita pulang.” Kata Reihan.

Reihan dan Jihan berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Alea, ia menemukan jepitan rambut yang ia rasa bagus di depan kakinya. Ia pun mengambil jepitan rambut tersebut dan menyimpannya. Tiba-tiba matanya memerah dan memandang jahat ke arah Ayahnya. sebenarnya jepitan rambut siapakah itu? Kenapa setelah Alea menyimpannya ia berubah menjadi seperti bukan dirinya?

Bab terkait

  • BA'DA MAGHRIB   Buku Diary Misterius

    Pagi ini terasa biasa saja. Tidak ada yang aneh dan mengganjal. Ini hari ke dua mereka tinggal di rumah itu. Jihan menyiapkan hidangan untuk sarapan. “Ma, Alea bantu ya?” Tawar sang puteri. “Iya, Sayang. Tolong bawakan ini ke meja makan ya.” Kata Jihan sambil menyodorkan piring berisikan potongan ayam goreng. “Oke, Ma.” Gadis kecil itu pun menuruti apa yang diperintahkan ibunya. Begitu juga Jihan yang menyusul di belakangnya dengan membawa nasi dan juga sayuran. “Makanannya sudah siap. Ayo kita sarapan.” Kata Jihan. Mereka bertiga pun mulai mengambil makanan yang telah tersaji di hadapannya. Dengan lahapnya Reihan menyantap masakan istrinya itu. “Ini enak banget loh.” Puji Reihan. “Kapan kamu bilang masakanku gak enak? Perasaan kamu bilangnya enak terus, Mas.” Kata Jihan menggoda suaminya. “Karena masakan kamu memang gak pernah gak enak. Semuanya enak. Itu yang menjadikan kita sekarang bisa memiliki rumah makan kan? Ingat jaman kita dulu waktu masih susah-susahnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • BA'DA MAGHRIB   Alea Menghilang

    “Mama.” Panggil Alea secara tiba-tiba. Belum sempat membuka buku yang diduganya adalah buku diary itu, tiba-tiba Alea memanggilnya dari belakang. Sehingga ia buru-buru menutupnya dan menyimpannya kembali ke dalam laci tersebut. “Eh. Iya, Sayang. Ada apa?” Tanya Jihan kepada puterinya. “Ma. Kapan Alea sekolah lagi? Alea bosen di rumah. Gak ada temennya. Palingan Cuma si Jeny yang nemenin Alea.” Ucap gadis imut itu. Namanya juga anak-anak. Maklum kalau dia merasa sepi tidak ada teman. Apa lagi di tempat tinggalnya tidak ada anak kecil selain dia. Semuanya sudah lanjut usia. “Sabar, Sayang. Besok Mama ajak Ayah untuk cari sekolahan buat kamu ya.” Bujuk Jihan. Gadis itu pun mengangguk pertanda ia mengerti. Jihan pun akan lebih tenang jika waktu siang hari ia meninggalkan rumah itu. Ia bisa pergi mengantar puterinya bersekolah. Namun ia harus tetap mencari tahu, misteri apa yang tersimpan di rumah in? Ia tidak mau jika keluargaya berlarut-larut dalam ketakutan karena teror yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • BA'DA MAGHRIB   Pria Menyeramkan

    “Alea. Mama kira kamu kemana. Ternyata ada di sini.” Kata Jihan yang menemukan Alea baru saja keluar dari kamar mandi. “Hehe. Iya, Ma. Tadi Alea kebelet banget. Sebelum Mama salam, Alea sudah salam duluan. Abisnya sudah gak tahan, Ma.” Jawab gadis cantik itu. “Iya, Nak. Gak apa-apa.”Tok tok tokTiba-tiba pintu rumah Jihan diketuk oleh seseorang. “Iya. sebentar.” Pikirnya, mungkin itu adalah suaminya. Ternyata saat ia membuka pintu, bukanlah suaminya yang datang, melainkan seorang laki-laki pengantar makanan. “Dengan Ibu Jihan?” Tanya laki-laki itu. “Iya. Saya Jihan, Mas.” “Ini. Saya mau mengantarkan makanan yang dipesan oleh Bapak Reihan untuk Ibu Jihan. Ada martabak telur dan juga martabak manis.” Kata laki-laki itu. Jihan heran. Sebenarnya kemana Reihan? Kenapa ia sampai menyuruh pengantar makanan untuk mengantarkan pesanannya? Tapi laki-laki ini terlihat aneh. “Baik lah. Saya terima ya, Mas. Terimakasih.” Ucap Jihan kepada laki-laki tersebut.Tanpa menjawab apapun d

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • BA'DA MAGHRIB   Siapa yang Menangis?

    Tidak ada siapapun di kamar mandi itu kecuali dirinya. Reihan yang mulai merinding segera meraih handuk dan juga pakaiannya. Ia keluar dari kamar mandi dengan badan yang masih basah. Ia langsung menuju ke ruang makan untuk menemui istri dan juga anaknya. “Lho, Mas? kok masih basah semua gitu? Memangnya gak ada handuk?” Tanya Jihan yang melihat suaminya keluar dari kamar mandi, namun ekspresinya seperti ketakutan. “Ada apa, Mas? kok kamu seperti ketakutan begitu?” Tanya Jihan lagi. “Kamu tadi masuk kamar mandi gak, Sayang?” Tanya Reihan yang memastikan bahwa yang memeluknya tadi adalah Jhan atau bukan. “Tidak, Mas. Aku dari tadi di sini sama Alea nungguin kamu mandi gak selesai-selesai.” “Serius?” Tanya Reihan lagi. “Serius, Mas. Memangnya kenapa sih?” Tanya Jihan penasaran. “Gak apa-apa. Kita makan bareng aja yuk. Perutku sudah lapar.” Kata Reihan yang berusaha mengalihkan pembicaraannya. “Apalagi Alea. Alea dari tadi sudah lapar, Ayah. Nungguin Ayah gak datang-datang

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • BA'DA MAGHRIB   Wanita Menyedihkan itu Siapa?

    TapAda tangan yang tiba-tiba memegang pundaknya dari belakang. Jihan terkejut dan langsung menoleh ke arah belakangnya. “Kamu kenapa belum tidur, Sayang?” Tanya seseorang yang menepuk pundak Jihan yang ternyata itu adalah Reihan. “Ada... ada...” Kata Jihan terbata-bata. Karena ia takut mendengar suara tangisan yang tiba-tiba menghilang itu. “Ada apa?” Tanya Reihan penasaran. “Ada suara wanita menangis, Mas.” “Dimana? Aku tidak mendengarnya.” Ucap Reihan. “Di situ, Mas. Aku tadi mendengarnya.” Kata Jihan sambil menunjuk ke arah asal suara tangisan itu. “Seperti apa suaranya?” Tanya Reihan lagi. “Ya seperti suara tangisan perempuan, Mas.” Jawab Jihan. “Apa suaranya seperti ini? Heemmm heeemmm.” Tiba-tiba Reihan yang tadinya baik-baik saja menjadi menyeramkan. Suara menangisnya sama persis seperti apa yang didengar oleh Jihan tadi. Jihan menjadi takut. Ia semakin mundur. Sedangkan Reihan semakin mendekatinya. “Siapa kamu?” Tanya Jihan yang berusaha melawan rasa taku

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29
  • BA'DA MAGHRIB   Mau Apa Kamu, Jeny?

    Reihan yang mendengar Alea berkata seperti itu langsung menoleh ke arah puterinya dan menghentikan wudhunya. “Yah. Kok ilang?” Kata Alea. “Sayang. Kamu lihat Jeny?” Tanya Jihan kepada Alea. “Iya, Ma. Tadi dia berdiri di samping Ayah.” Jelas Alea. Reihan segera melanjutkan wudhunya. Kemudian ia menunggu Jihan dan juga Alea selesai wudhu. Ia takut kalau harus pergi ke ruang ibadah sendirian.Setelah wudhu, mereka bertiga langsung menuju ke ruang ibadah untuk menunaikan sholat subuh. Suasana hening, tanpa ada aba-aba dari kokokan ayam atau pun suara kicauan burung yang menandakan pagi akan segera tiba.Reihan melantunkan surah pendek dengan baik. Pelafadzannya juga lumayan bagus. Sedangkan Jihan dan Alea mendengarkan dan mengikuti gerakan imam. Mereka bertiga terlihat khusyu saat menjalankan sholat.***Matahari mulai menampakkan sinarnya. Hari ini Reihan libur bekerja karena harus mendaftarkan Alea ke sekolahnya yang baru. “Alea. Kamu sudah siap kan belajar di sekolah yang baru

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • BA'DA MAGHRIB   Sosok Nenek dan Anak Laki-laki

    “Tidak tahu. Coba aku periksa dulu.” Reihan pun turun dari mobil. Jihan dan Alea menunggu di dalam mobil. “Ada apa, Ma? Kenapa mobilnya berhenti?” Tanya Alea kepada ibunya. “Tidak tahu, Nak. Kita tunggu Ayah sampai selesai mengeceknya ya.” Jawab Jihan.Beberapa menit kemudian, Reihan belum juga bisa menemukan kendala yang sedang menimpa mobilnya. Jihan dan Alea pun turun dari mobil. Menanyakan keadaan kendaraan yang mereka tumpangi saat ini. “Kenapa, Mas? Apa ada masalah?” Tanya Jihan kepada Reihan yang masih meneliti kerusakan yang menyebabkan mobilnya berhenti mendadak. Jihan merasa takut. Karena kondisi jalanan sangat sepi, mengingat mereka sedang berada di sepanjang jalan yang kanan kiri penuh dengan pepohonan. Ya bisa dibilang masih seperti hutan. “Aku belum menemukan kerusakannya. Sabar ya.” Kata Reihan yang berusaha menenangkan kedua wanitanya. “Hei. Kenapa kamu berlari.” Kata Alea kepada sosok yang dilihatnya. “Ada apa, Alea? Siapa yang kamu maksud barusan?” Tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • BA'DA MAGHRIB   Apa Kamu Sudah Lupa denganku, Reihan?

    Jihan terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah. Ia juga mengeluarkan keringat dingin. Ternyata semua itu hanyalah mimpi. Namun mimpi itu terlihat seperti nyata. Tidak hanya satu orang yang memperingatinya untuk pergi dari rumah itu. Takut. Itu yang sebenarnya Jihan rasakan. Tapi ia belum bisa memecahkan misteri-misteri yang ingin ia ketahui kebenarannya. “Sayang. Kamu kenapa? Kamu pasti mimpi buruk lagi ya?” Tanya Reihan sambil mengemudikan mobilnya. “Iya, Mas. aku mimpi buruk lagi.” Jawab Jihan yang masih dengan perasaan yang tegang. Jantungnya berdegup kencang. Rasanya seperti dikerjar hantu. “Mama kalau udah ngantuk, baca do’a tidur aja. Biar nanti kalau ketiduran aman. Gak mimpi buruk lagi.”Celetuk Alea yang duduk di kursi belakang. “Hahaha. Kamu ini ada-ada saja, Nak. Mama pasti kecapekan. Makanya ketiduran. Terus mimpi buruk deh.” Kata Reihan yang tertawa melihat kepolosan Alea. “Memangnya Ayah kalau kecapekan juga suka mimpi buruk begitu , Yah?” Tanya Alea la

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-10

Bab terbaru

  • BA'DA MAGHRIB   Niat Terselubung

    ### "Kamu pakai ini aja." Reihan menyerahkan gaun putih kepada Sekar untuk dipakai. "Kok gaunnya tipis banget, Mas? Pasti terawang." Sekar membolak-balikkan gaun yang ia pegang. Ia tak yakin kalau harus memakai gaun pemberian dari Reihan. "Kamu gak usah khawatir. Aku gak akan ngapa-ngapain kamu kok. Justru gaun seperti ini lah yang biasanya dipakai sama para model," bujuk Reihan dengan senyum menyeringai. "Baik deh, Mas. Aku akan memakainya. Tapi janji ya, lukisannya harus bagus." "Iya. Pasti. Tenang aja. Aku akan buat lukisan yang cantik seperti dirimu."Dengan wajah malu-malu, Sekar mulai berganti pakaian di kamarnya. Kebetulan hari ini ayah dan ibunya Sekar sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang bekerja di kebun tetangga. Maka dari itu Reihan menggunakan kesempatan ini untuk bisa mendekati Sekar.Tak lama kemudian, gadis cantik tersebut keluar dari kamarnya. Dengan mengenakan gaun putih tembus pandang. Tentu saja dal*aman yang dikenakan Sekar terlihat jelas. Reihan yan

  • BA'DA MAGHRIB   Awal Mula Kejadian

    "Aku? K-kenapa denganku?" tanya Reihan gugup dan terbata-bata. Gelagatnya menampakkan seperti orang salah tingkah. Nasi sudah menjadi bubur. Jika benar pelakunya adalah Reihan, maka ia harus bersiap menanggung akibatnya. Jihan berjalan menghampiri suaminya secara perlahan. Dengan tatapan yang tajam, wanita tersebut meminta penjelasan kepada pria yang digadang-gadang sudah menghancurkan hidup Sekar di masa lalu. "Apa benar kamu yang menghamilinya, Mas?" tanyanya dengan suara lirih. Akan tetapi, Reihan semakin gugup dan merasa tersudutkan saat itu. "Itu tidak benar! J-jangan percaya! Apa kamu lebih percaya dengannya dari pada suamimu sendiri?" Reihan semakin memundurkann langkahnya. "Jangan bohong kamu, Mas! Kalau kamu tidak melakukannya, kenapa dia selalu meneror keluarga kita?" Nada bicara Jihan semakin meninggi, membuat Reihan merasa semakin tersudutkan. "Apa aku harus mengingatkan kembali kelakuan bejatmu saat itu, Reihan!" Tiba-tiba suara seorang wanita menggema begi

  • BA'DA MAGHRIB   Mengungkap Kebenaran

    Entah kenapa saat ustadz Zein menanyakan hal tersebut, raut wajah Reihan tampak panik. Pria tersebut sesekali menoleh ke arah sang istri. "Tidak, Ustadz. Ada tetangga kami yang rumahnya agak berjauhan," jawab Reihan berdalih dengan raut wajah cemas. Ustadz Zein membacakan ayat-ayat suci dan berusaha menetralkan suasana rumah yang sejak awal terkesan sangat horror. Di tengah-tengah kekhusyukannya, tiba-tiba ustadz Zein merasa jika ada yang menghantam dadanya dari depan. Hingga beliau terpental beberapa meter ke belakang. "Astaghfirullahal'adzim." Suaranya sedikit parau lantaran menahan sakit di dadanya. Kedua matanya menatap sengit siapa yang sedng berdiri di hadapannya. "Siapa kamu?" tanya ustadz Zein secara lantang sambil memegangi dadanya yang sakit. Jihan langsung menarik Alea dan menyembunyikannya di belakangnya. Meskipun ia dan suaminya tidak bisa melihat, siapa sosok yang sedang berinteraksi dan berusaha menyerang ustadz Zein. "Kalau kau mau selamat, jangan iku

  • BA'DA MAGHRIB   Ruqyah

    Aku tengah meratapi masa mudaku yang hancur karena dirusak oleh dirinya. Ku kira dia adalah pria yang baik. Tidak ada gelagat yang mencurigakan sama sekali yang ada padanya. Aku tertipu akan sikap santun yang dimiliki pria yang telah merusak hidupku. “Pria itu? Siapa dia?” gumam Jihan bertanya kepada dirinya setelah membaca sepenggal isi dari buku diary milik ibunya Jeny yang malang.Dibukanya lagi lembar selanjutnya. Berharap dari buku diary itu ia menemukan sebuah titik terang yang menjadi penyebab dirinya selalu diteror oleh sosok wanita yang tak diketahui dia siapa.Apa yang bisa aku harapkan sekarang? Aku tidak akan membiarkan bayi yang ada di dalam kandunganku ini mati, sedangkan aku masih hidup. “Jadi dia tidak bermaksud untuk menggugurkan Jeny?” Satu persatu curahan hati Sekar ia baca dengan penuh penghayatan. Jihan bisa meraskan bagaimana rapuhnya Sekar kala itu. Hingga akhirnya ia tiba di lembar ketiga. Dimana di lembar tersebut Sekar menuliskan sebuah kalimat terakhir

  • BA'DA MAGHRIB   Perbincangan Jihan dan Gadis tak Kasat Mata

    "Huft. Ternyata cuma cicak," Jihan mendengkus kesal. Ia segera menuju ke dapur untuk membuatkan makanan untuk puterinya. Ruangannya yang sedikit lembab membuat Jihan merasa tidak nyaman berlama-lama di tempat khusus memasak itu. Dengan cepat ia segera menyelesaikan tugasnya dan kembali menuju ke kamar Alea.Makanan sudah matang. Hanya sepiring nasi bertopingkan telur dadar di atasnya. Jihan keluar dari dapur dan berjalan menuju kamar Alea. Dilihatnya sang suami yang sudah nampak bersih dan wangi. Sepertinya Reihan sudah membersihkan dirinya."Kok sudah rapi, Mas? Tumben? Mau kemana?" Tanya Jihan saat mencium bau parfum dari pakaian yang dikenakan oleh sang suami. Rambutnya pun tersisir rapi. "Mau keluar sebentar. Nitip Alea ya," jawab Reihan dengan mimik datar. Karena pria itu masih kesal dengan ajakan Jihan untuk meninggalkan rumah horor tersebut. "Kemana, Mas?" tanya Jihan penasaran. "Mau ke rumah Pak Ustadz buat jemput ke sini. Katanya suruh meruqyah rumah ini?" jawab Rei

  • BA'DA MAGHRIB   Mereka Semua Menghitam

    Siang berganti sore. Sinar matahari yang tadinya sangat menyengat mulai bergeser ke arah barat. Jihan segera membangunkan kedua orang tercintanya yang masih tertidur lelap.Pertama, ia menuju ke kamarnya untuk membangunkan Reihan. "Mas. Bangun. Sudah sore nih. Gak baik kalau tidur sore hari. Nanti kepala kamu juga pusing loh," ucap Jihan sambil menggoyang-goyangkan badan suaminya yang masih terbaring di atas ranjang. Reihan menggeliat. "Jam berapa sih, Sayang? Aku masih ngantuk," tanyanya dengan suara yang parau. "Jam tiga sore, Mas. Jangan tidur sore ah. Nanti saja tidurnya kalau sudah jam sembilan malam," ucap Jihan. "Hmm. Iya deh. Sayangku. Memangnya kamu siang ini gak tidur?" tanya Reihan yang belum kunjung merubah posisinya menjadi duduk. "Aku gak bisa tidur, Mas. Aku takut," jawab Jihan cemas. "Apa yang kamu takutkan? Kalau kamu mengantuk, tidur saja. Jangan memaksakan untuk terjaga. Nanti kesehatan kamu malah terganggu karena kurang istirahat," tutur Reihan yang perl

  • BA'DA MAGHRIB   Menguak Misteri Lewat Bu Rah

    “Hem,” jawab Bu Rah singkat. Tatapannya tetap terfokus ke arah depan. Padahal Jihan berada di sebelahnya. “Maaf, jika pertanyaan saya sedikit menyinggung. Tapi saya ingin tahu, apa maksud dari pesan yang Ibu sampaikan kepada suami saya beberapa hari lalu? Bu Rah meminta agar suami saya melindungi saya dan puteri saya,” tanya Jihan kepada wanita paruh baya yang terlihat aneh tersebut. “Bukankah itu memang tugas seorang suami untuk menjaga anak dan istrinya?” Bu Rah malah bertanya balik kepada Jihan yang membuat Jihan sedikit kesal dengan jawaban yang diberikan. “Iya juga sih. Tapi kalau boleh saya jujur, semenjak saya tinggal di rumah tersebut, saya dan keluarga saya selalu mendapatkan teror yang tidak jelas. Mulai dari Alea yang kerasukan, pengantar makanan misterius, sampai wanita menyeramkan yang ada di pohon besar belakang rumah saya. Dan ini tadi saya mendapati Alea yang pingsan di sekolahnya. Awalnya saya dan suami saya tidak curiga dengan sekolahan tersebut. karena sekol

  • BA'DA MAGHRIB   Sekolah Kosong 2

    Sesampainya di sekolahan yang katanya telah lama kosong tersebut, Jihan mendapati puterinya yang tergeletak di dekat gerbang sekolah. Entah apa yang yang membuat Alea tak sadarkan diri. Padahal tadi ketika Jihan meninggalkannya untuk membeli makanan, Alea sudah masuk ke dalam sekolahan tersebut. Namun kali ini gadis polos itu tergeletak tak berdaya di depan gerbang sekolahannya. Jihan mengambil handphone yang terletak di saku jaketnya. Ia segera menelfon Reihan agar segera menghampiri mereka berdua. Karena tidak mungkin jika Jihan membawa Alea pulang dengan menggunakan motor maticnya.Jihan memencet nomor telfon suaminya. Agak lama memang untuk bisa tersambung, karena sinyal di tempat tersebut sangatlah minim. “Halo, Mas. Cepat kamu jemput aku dan Alea di sekolahan. Alea pingsan,” ucap Jihan panik. Ia melihat keadaan sekitar sekolah yang tiba-tiba berubah menjadi bersarang dan tak terawat. Suasana juga sangat sepi. Tidak ada murid atau pun guru yang berada di sekolah tersebut. “A

  • BA'DA MAGHRIB   Sekolahan Kosong

    Tiba-tiba sosok itu tepat berada di hadapan Jihan. Sontak Jihan langsung terkejut. Ia berteriak, namun anehnya suaranya tidak keluar sama sekali. Lalu bagaimana Reihan bisa mendengar teriakannya?Sosok itu semakin membulatkan matanya dan menatap jihan secara tajam. Wajahnya semakin mendekat ke arah wanita yang sedari tadi napasnya terengah-engah. Sekarang malah sosok wanita menakutkan tersebut malah mengunci dirinya hingga Jihan tidak bisa lari dari tempat dimana dia berdiri sekarang. “S s siapa kamu? Mau apa kamu? K Kenapa kamu terus menganggu keluargaku?” Tanya Jihan dengan gemetaran. Peluhnya tak berhenti mengucur di wajahnya. Ditambah lagi dengan derasnya air hujan yang tadi telah membashi dirinya. “Pergi.” Kata sosok itu sambil melotot. Suaranya yang serak membuat Jihan semakin ketakutan. “K kenapa?” Jihan memberankan diri untuk bertanya sekali lagi.Dar!!! Suara petir membuat Jihan kaget saat menanyakan hal yang membuatnya penasaran kepada sosok yang selama ini telah men

DMCA.com Protection Status