Suasana tahun baru tetap terasa kental meski keluarga Reyhan merayakannya di Indonesia. Ketika di Eropa biasanya mereka akan makan besar dan melakukan beberapa kegiatan, di Indonesia pun sepertinya akan sama saja. Reyhan sekilas melihat jadwal tahun baru keluarga besarnya. Pria itu menghitung jam, mau bagaimana pun dia telah berjanji akan menghabiskan waktu tahun baru dengan Keyra. Reyhan tidak akan bisa mengikuti rangkaian acara keluarga sampai selesai seperti yang ia lakukan dari tahun ke tahun. Langkah Reyhan perlahan masuk ke rumah besar kediaman Dirgantara. para pelayan terlihat sibuk menyiapkan makan besar mereka. Reyhan yang telah masuk ke ruang makan langsung duduk di sebelah keponakannya. "Apa yang kamu baca?" tanya ipar Reyhan. "Jadwal kita hari ini," jawab Reyhan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari rundown kegiatan yang diberikan ketua pelayan rumah besar Dirgantara. "Untuk apa dibaca? Bukankah setiap tahun sama saja?" tanya iparnya lagi. "Yah, begitu," jawab s
"Cepat sekali acara makan di keluargamu?" Keyra melempar tanya saat mendapati sosok Reyhan memasuki ruang makan mereka. Hasil diskusi Reyhan dan Keyra sebelumnya menunjukkan bahwa Reyhan akan kembali ke rumah pada malam hari. Sehingga mereka akan menghabiskan waktu untuk makan malam bersama dan keluar bermain di malam harinya. Tapi fakta yang terjadi adalah Reyhan telah kembali rumah saat sore hari. "Pertemuan keluargaku memang selalu cepat," jawab Reyhan bohong. Padahal Reyhan sendiri yang menarik diri dari acara tahun baru keluarganya. Biasanya mereka akan makan hingga larut malam. Kemudian dilanjutkan dengan perayaan tahun baru sampai tengah malam. Reyhan membuka setelan jasnya, kemudian menaruh sembarang di atas sofa ruang tamu. Aslinya Reyhan sangat ketat terhadap diri sendiri. Perihal jas biasanya harus Reyhan taruh pada tempatnya semula, yaitu di kamar, tak boleh ia taruh di sembarang tempat. Tapi melihat Keyra yang sedang asik di dapur membuat Reyhan seakan-akan tertarik o
Kembali ke kediaman Dirgantara beberapa jam yang lalu. Setelah mengumumkan perihal pernikahannya. Reyhan dengan segera meninggalkan lokasi makan keluarganya. Menyisakan keluarganya yang mematung seperti batu karena tak percaya. "Apa kamu yakin adikmu sudah menikah? Kamu percaya ucapannya?" tanya Daniel lagi. "Aku tidak bisa mengerti anak itu. Aku tidak tahu apakah yang dia katakan benar atau tidak. Raut wajahnya tadi terlihat benar-benar serius," timpal Ibu Hazel. Sreg! "Tidak bisa begini!" seru Hazel sembari memukul meja makannya. "Kamu mau kemana?" Ibu Hazel bertanya saat melihat anaknya yang berdiri dari tempat duduknya. "Mama, Papa, aku akan kembali sebelum malam hari. Aku ingin membuntuti paman. Aku tidak yakin pamanku sudah menikah! Seorang manusia berdarah dingin sepertinya mana mungkin bisa punya istri," jelas Hazel percaya diri. Di kondisi seperti itu, Hazel masih belum bisa menerima kenyataan. Akhir-akhir ini Hazel sudah menyusun rencana bagaimana cara menyatukan pama
"Kamu mau memasak lagi? Bukankah itu sudah sangat cukup? Kita tidak bisa menghabiskan makanan sebanyak itu." kata Reyhan sekembalinya mereka dari supermarket. Bukannya istirahat, Keyra malah lanjut memasak. "Aku berniat memberikannya pada tetangga kita." jawab Keyra. Gadis itu kembali memasang celemeknya. Hari sudah beranjak ke sore. Keyra harus segera menyelesaikan masakannya agar bisa makan malam telat waktu bersama Reyhan sesuai rencana yang telah mereka buat. "Aku tidak tahu kamu secepat ini akrab dengan para tetangga.""Kamu juga harus mencobanya, ini seru! " ucap Keyra lantang. "Huh. Apa?""Cobalah akrab dengan mereka. Ternyata sangat menyenangkan bercengkrama dengan mereka. Jika aku tahu akan semenyenangkan ini, kenapa aku harus repot-repot menikah denganmu supaya punya teman hidup. Seharusnya aku pindah rumah saja ke kompleks ini. Pantas saja dulu aku sangat kesepian, apartemen tempatku tinggal seperti kuburan tak berpenghuni. Sangat sepi dan membosankan." Keyra berceloteh
"Tidak akan ada gadis yang menyukai pria seperi kalian. Dasar, kalian hanya bisa membicarakan fisik seseorang. Pria sejati tidak seperti itu." Lima pemuda itu tersulut emosi mendengar perkataan Reyhan. "Memangnya pria sejati itu seperti apa?" salah satu dari mereka bertanya dengan nada kesal. Reyhan menyadari Keyra telah kembali dari pembelian tiket sepeda, di satu sisi pria itu juga sadar bahwa para pemuda itu mulai diliputi kemarahan, Reyhan tidak bisa membiarkan itu terus berlanjut, dia harus sesegera mungkin menyelesaikan semua masalah kekanakan itu. Reyhan merogoh beberapa uang kertas dari dalam sakunya seraya berkata, "Pria sejati itu adalah mereka yang tidak menilai perempuan hanya dari cover saja. Kalian belum tahu bahwa fisik bukanlah segalanya, aku tidak akan menyalahkan kalian karena kalian masih kecil. Satu lagi, pria sejati itu adalah pria yang bisa menafkahi adik-adik kecil seperti kalian. Ini aku berikan uang saku, belilah makanan sesuka kalian, selamat menikmati
Tring.... Tring... Tring.... Tangan Keyra merogoh ponsel yang terus berdering di dalam tasnya. "Ada apa?" tanya Keyra dengan mata yang masih tertutup. "Mbak Keyra? Ini Mbak Keyra? Kenapa handphone Pak Reyhan ada di anda?" pertanyaan dari sebrang sukses membuat mata Keyra terbelalak. Ternyata handphone yang berdering dari tadi adalah handphone Reyhan. "Ahhh, begini. Kemarin saya dan Pak Reyhan ada urusan bisnis. Jadi Handphone beliau tertinggal di tas saya." jawab Keyra mengelak. "Urusan bisnis? Sejak kapan Pak Reyhan bekerja saat tahun baru. Bukankah selalu Mbak Keyra yang menggantikan beliau bekerja saat tahun baru?" Yudha kembali bertanya. "Itu masalah yang sangat penting. Kenapa kita harus membicarakan hal ini. Katakan saja, kenapa kamu menelpon Pak Reyhan pagi buta begini?""Ahhh itu, mengenai project tahun ini yang berkaitan dengan perusahaan entertainment. CEO Star Amiro ingin bertemu dengan Pak Reyhan besok.""Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepada Pak Reyhan.""Tidak pe
Pria bertubuh kekar itu mengenakankaos putih polos yang dibalut jaket hitam, celana hitam dengan garis putih nuansa olahraga khas miliknya, dan jam sporty yang melekat dipergelangan tangannya membuat pria itu terlihat gagah bak atlet profesional. Hanya saja wajahnya yang datar dan suasana hatinya yang tidak bagus terlalu kentara dengan cuaca yang cerah ceria pagi itu. Reyhan dengan tampang masam mengikuti langkah kaki istrinya yang berjalan di lapangan kompleks. "Itu mereka datang!" pekik Misun. Suaranya yang nyaring membuat sebagian besar orang-orang yang di lapangan itu menoleh ke arah Reyhan dan Keyra yang baru saja tiba. "Wah, ternyata beneran ada pasangan suami istri secantik dan setampan mereka." puji para ibu-ibu di sana. Reyhan mengernyit tak percaya melihat kerumunan orang-orang di sana. Saat perayaan tahun baru semalam mungkin ia tak melihat terlalu jelas. Tapi sekarang ia bisa melihat dengan jelas bahwa kerumunan orang-orang itu didominasi oleh orangtua dan anak-anak. Se
Reyhan yang sedari tadi berusaha tidak ingin terlibat dengan urusan Kompleks Utara dan Selatan hanya diam saja. Tapi melihat istrinya yang didorong membuatnya naik pitam. Wajah pria itu kini merah padam.Reyhan membantu Keyra berdiri kemudian menyerahkannya perlahan pada Misun dan bibi lainnya, lantas pria itu berjalan mendekat ke arah Sarkowi. Proporsi tubuh yang berbeda membuat Sarkowi mau tak mau mendongak ke arah Reyhan. "Kamu siapa ikut campur? Hebat juga ya kompleks Selatan sekarang punya anak muda? Kalian pungut dimana?" tanya Sarkowi garang. "Apa urusanmu? Kamu terus saja mengoceh. Seharusnya kamu sekarang minta maaf pada istriku. Hak apa yang kamu miliki hingga bisa mendorongnya seenakmu?" Mata Reyhan membulat sempurna, matanya yang melotot rasanya mau keluar, tangan Reyhan mengepal keras siap meninju wajah Sarkowi. Tinju Reyhan tertahan saat mempertimbangkan kondisi yang ada. "Aku yang minta maaf? Kalian yang salah kenapa aku yang minta maaf? Pajak yang kalian kumpulkan s