Share

Bab 94. Cemburu

Author: Lemongrass
last update Last Updated: 2025-02-21 20:00:56

“Kemana sih mereka? Bisa-bisanya mengacuhkan aku?” ucap Amanda seraya mengikuti laju kendaraan mantan suaminya.

“Restoran?”

Amanda terus mengawasi karena penasaran hingga beberapa menit kemudian sebuah mobil terparkir di samping mobil mantan suaminya.

“Bukankah itu Camelia?” ucap Amanda setelah melihat Camelia keluar dari mobil.

“Jadi mereka sedang memberi kejutan pada wanita itu?”

Senyum Danar membuat darah Amanda mendidih. Tangannya mengepal erat di samping tubuhnya, kuku-kuku tajamnya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Pemandangan itu seperti sebuah lelucon pahit yang menghancurkan sisa-sisa egonya.

Clay duduk di sebelah Camelia dengan wajah ceria, menggenggam hadiah kecil yang baru saja diberikan. Amanda tahu betul bagaimana senyum anaknya itu, senyum tulus penuh kasih sayang. Tapi senyum itu bukan untuknya. Bahkan dirinya belum pernah mendapatkan senyum seperti itu.

Sepasang matanya membara saat mengam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Putry Rey
kok gk da akhrnya kisah rainer dg Camelia nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 95. Badai

    “Apa-apaan semua ini?” keluh Camelia.Wanita itu terus memandangi layar laptopnya. Benda itu seperti musuh yang tak kenal lelah. Deretan angka merah mencolok di laporan keuangan menuntut perhatiannya. Setiap angka seperti menuduhnya, seolah-olah dia adalah pelaku kesalahan fatal yang sedang diperbincangkan banyak orang. Napas Camelia terasa berat, jemarinya menggenggam sisi meja hingga buku-buku jarinya memutih. Telepon di meja berdering tanpa henti, dan suara notifikasi email terus-menerus memecah keheningan ruangan.Anne masuk ke ruangan dengan wajah cemas, membawa tumpukan dokumen tambahan yang baru saja diterima. "Bu Camelia, ini laporan terbaru dari departemen pemasaran. Dua klien besar sudah resmi menarik diri,” ujar Anne.Camelia menoleh tajam, menahan gemuruh di dadanya. "Letakan saja di meja." Kalimat itu terdengar datar, tetapi jelas menunjukkan keadaan sedang tidak baik-baik saja.Anne meletakkan dokumen itu, seperti perintah atasannya. "Aku pikir kita harus segera me

    Last Updated : 2025-02-22
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 96. Chaos

    Danar menatap sekretarisnya dengan tajam, menahan napas, rahangnya mengeras. "Apa alasan mereka?""Sama seperti yang tadi dibicarakan di rapat. Mereka khawatir dengan stabilitas dan kredibilitas kita."Danar tidak langsung merespons, tapi sorot matanya berubah gelap. “Camelia, apa kamu benar-benar ingin bermain-main denganku?” batin Danar.Pikiran itu muncul di kepalanya, mengganggu seperti serpihan kaca yang menusuk tanpa henti. Camelia. Apa dia benar-benar melakukannya?Meski dalam keadaan emosi, Danar harus tetap berpikir tenang. Dia pun memerintahkan orang untuk menyelidiki semua ini diam-diam. Mencari dalang dari masalah ini.Sementara itu, Camelia menghadapi badai lain di kantornya. Setiap telepon yang masuk berisi tuntutan klarifikasi atau permintaan untuk mengakhiri kontrak. Beberapa karyawan senior juga mulai mempertanyakan kepemimpinannya, meskipun mereka tidak berani mengatakannya secara langsung.

    Last Updated : 2025-02-23
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 97. Kemarahan Danar

    Sebagian kertas itu lepas dari jepitannya dan berhamburan.Camelia memandang Danar dengan pandangan yang berkecamuk, kecewa, marah, sakit hati. Baru kali ini dia mendapatkan perlakuan yang begitu kasar dari pria itu.Dalam diam Camelia berjongkok, mengambil dokumen itu di lantai. Sebelum berdiri dia membaca dengan cepat dokumen itu. Hasil audit benar-benar mengarah padanya tanpa terkecuali.“Apa maksudnya ini?” ucap Camelia lirih, tetapi Danar masih bisa mendengarnya.“Jangan berpura-pura bodoh. Aku tahu kamu mencoba menghancurkan perusahaan ini!”Ucapan Danar adalah pukulan telak. Camelia menggeleng keras, mencoba menjelaskan, tetapi Danar terus memotong. Kata-katanya tajam, menyerang langsung ke inti.“Jika kamu pikir bisa mempermainkan aku seperti ini, kamu salah besar. Aku akan memastikan kamu tidak akan bisa melangkah lagi di dunia bisnis.”Camelia membeku. Jantungnya terasa seperti tidak lagi berdetak, dia memaksa

    Last Updated : 2025-02-24
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 98. Pembuktian

    Camelia tidak akan diam saja, dia sengaja meminta Levi untuk mengutus orang dan mengawasi Amanda. Camelia berpura-pura menjadi orang lain dan mengajak Amanda bekerjasama. Dengan kata lain, wanita itu menjebak Amanda agar mengakui perbuatannya.Amanda sedang menunggu kedatangan seseorang di sebuah restoran. Hingga akhirnya Camelia datang.“Sedang menunggu seseorang, Nyonya Amanda?” tanya Camelia untuk sekedar basa-basi.“Bukan urusanmu,” balas Amanda dengan sengit.“Benarkah? Tapi sayangnya ini menjadi urusanku karena semua menyangkut kehidupanku,” balas Camelia lalu duduk di depan Amanda.Amanda mengernyit, menolak untuk paham kemana arah pembicaraan Camelia.“Apa maksudmu?” tanya Amanda.“Tidak perlu berpura-pura lagi. Aku tahu semuanya.”Camelia mengambil lalu meletakkan tablet di atas meja. Layar itu menampilkan serangkaian dokumen dan bukti rekaman, tentang kejahatan yang Amanda lakukan padanya.

    Last Updated : 2025-02-24
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 99. Danar Galau

    Amanda terperanjat saat mendengar suara Ryo yang sudah berada di dekatnya. Kehadiran pria itu bahkan tidak disadari olehnya yang sibuk dalam pikirannya.Wanita itu tampak gelagapan, terlihat sekali tidak bisa mengendalikan situasi.“Apa yang baru-baru ini kamu lakukan, Amanda?”Amanda berdehem, lalu mengambil gula dan teh, memasukkannya ke dalam cangkir, sedikit mengalihkan perhatian.“Apa maksudmu, Ryo?” tanya Amanda untuk mengurai rasa gugup. “Kamu akan bersikap seperti ini saat melakukan kesalahan, aku harap kamu tidak melakukan sesuatu yang melebihi batas,” ujar Ryo. Matanya menatap Amanda dengan tajam. Namun, dia segera meninggalkan wanita yang masih diam membisu itu menuju kamarnya.Cahaya redup dari lampu meja menerangi sudut kamar, menciptakan bayangan di dinding yang tak bisa mengalihkan pikiran Danar. Dia berdiri di samping jendela, mata menatap keluar yang gelap, tangan menggenggam ponsel, namun tidak ada pe

    Last Updated : 2025-02-25
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 100. Bukan untuk Negosiasi

    “Maaf Bu Camelia, sebelum kita tidak pernah bertegur sapa secara pribadi maupun soal pekerjaan. Ada apa sebenarnya sampai Anda mengajak saya bertemu?” tanya Ryo penuh penasaran.Siapa yang tidak tahu Camelia Agatha namanya sempat menjadi headline hampir semua surat kabar dan media elektronik. Wanita dengan karir cemerlang.“Apa benar Anda tidak tahu tujuan saya mengajak Anda bertemu? Atau hanya pura-pura tidak tahu?” tanya Camelia.Ekspresi Ryo tidak bisa berbohong. Pria itu terlihat tidak tahu apa-apa tentang tujuan Camelia menemuinya. Belum lagi urusan perusahaan yang berhasil membuatnya kelimpungan.“Saya benar-benar tidak tahu maksud Anda,” jawab Ryo.Camelia hanya tersenyum. Beberapa saat kemudian ponsel Ryo berdering, nomor asing dengan kode daerah, menandakan jika nomor itu adalah nomor kantor.Ryo meminta izin pada Camelia untuk mengangkat telepon tersebut. Betapa terkejutnya pria itu setelah orang di seberang sana memper

    Last Updated : 2025-02-25
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 101. Hati yang Kacau

    Danar memandangi layar laptopnya, grafik keuangan Adiwangsa Grup terpampang dengan stabilitas yang perlahan kembali. Efek dari ulah Amanda memang sempat menggoyahkan beberapa cabang bisnis, tapi semua mulai terkendali. Sekalipun dia tidak ingin mengakuinya, Amanda harus menanggung hukuman atas perbuatannya. Wanita itu telah menempatkan perusahaan dan keluarganya dalam posisi sulit yang tidak bisa ditoleransi.Danar mengangkat interkom yang berada di dekatnya memberi perintah pada asisten pribadinya untuk datang ke ruangan. Pria itu menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, matanya tajam menatap layar tablet yang ada di tangan. Beberapa laporan mengenai aktivitas terakhir Amanda muncul di sana, membuat rahangnya mengencang.Beberapa saat kemudian, pria tampan dengan setelan jas mahal masuk ke dalam ruangan Danar.“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”"Reno, tentang Ryo," kata Danar tanpa memalingkan pandangan dari layar datar yang dipegangnya, "ap

    Last Updated : 2025-02-26
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 102. Keputusan untuk Amanda

    “Pak, pengacara Nyonya Amanda kembali menghubungi,” ujar Reno di sela-sela dia melaporkan pekerjaannya.“Untuk apa lagi mereka terus menghubungi? Bukankah semuanya sudah jelas,” balas Danar dengan malas.Reno terlihat sedikit ragu-ragu sebelum akhirnya mengutarakan pendapatnya.“Menurut saya, Anda setidaknya mengunjungi Nyonya Amanda.”Wajah Danar masih datar, tetapi dalam tempurung kepalanya dia memikirkan hal yang sama.Langkah kaki terdengar berat saat Danar melewati lorong sempit yang berbau lembab. Pikirannya berputar, penuh dengan ketidakpastian. Dia tahu alasan mengapa akhirnya memutuskan untuk datang ke sini, namun rasa enggan tidak bisa ditepis. Reno telah berkali-kali menyampaikan pesan dari pengacara Amanda, setiap kali menyisipkan nada memohon seolah-olah hidup Amanda bergantung sepenuhnya pada satu keputusan dari Danar.Saat tiba di ruangan pertemuan, Amanda sudah menunggu di balik kaca tebal yang memisahkan ked

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 126 Berakhir Bahagia

    Tirai putih menjuntai dari langit-langit, menghiasi aula dengan kemewahan yang menenangkan. Rangkaian bunga mawar putih dan lilin-lilin tinggi menghiasi sisi-sisi jalan menuju altar. Denting piano mengalun lembut, menggiring langkah Levi yang berdiri tegap menanti di ujung sana. Jas hitamnya melekat rapi, dasi kupu-kupu menghiasi lehernya, dan senyum gugup itu tidak bisa bersembunyi meski wajahnya berusaha tampak tenang.Anne melangkah perlahan, gaun putihnya jatuh anggun menyapu lantai, taburan payet menyala lembut. Mata mereka saling mengunci, dan dunia seakan hening, hanya mereka berdua, dan debar yang berkejaran di dada.Suara tawa kecil menyelingi isakan haru, ketika Levi dengan suara sedikit gemetar mengucapkan janji suci. Anne menatapnya, mata yang dulu ragu kini bersinar penuh keyakinan. Ketika mereka saling mengikat janji, tamu-tamu bersorak dan di antara mereka, Camelia mengusap sudut matanya yang basah, sementara Rainer menepuk punggung Levi saat keduanya turun dari altar

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 125 Pertentangan

    Suara kursi yang digeser Clay terdengar tegas. Bocah itu berdiri, menatap ayahnya dengan ekspresi serius yang jarang muncul di wajah polosnya.“Aku nggak setuju, Pi,” ucap Clay langsung pada intinya.Danar mengangkat alis, meletakkan dokumen kerjanya ke samping. “Apa yang kamu maksud?”“Aku nggak setuju punya mama baru, kalau bukan Tante Camelia,” jawab bocah itu, tegas.Wajah Danar melembut, bibirnya membentuk senyum kecil yang tak sepenuhnya ceria. “Kamu masih suka Tante Camelia karena dia baik, dan karena kamu terbiasa sama dia. Tapi kamu juga harus ingat, Tante Camelia sudah bahagia bersama Om Rainer dan juga Reyaga. Orang lain bisa salah paham jika kamu bicara seenaknya seperti itu,” balas Danar dengan penuh pengertian.Clay memeluk tubuhnya sendiri, menghindari tatapan Danar. “Iya aku tahu tapi aku tidak suka liat Papa dekat dengan perempuan lain.”Danar menghela napas, bangkit dari sofa, lalu berjongkok di depan putranya. “Clay, dengarkan Papi. Papi juga tidak sedang dalam

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 124. Menyatakan Cinta

    Dua insan duduk saling berhadapan. Gelas mocktail dengan irisan jeruk nipis itu diletakkan kembali sebelum isinya menyentuh bibir. Cahaya remang menggantung di antara keduanya, seolah ikut menahan napas. Suasana restoran seharusnya membantu, namun hati Levi justru berdebar semakin kacau. Tangannya terlipat di atas meja, matanya menatap lurus ke arah gadis di hadapannya.“Jadi apa yang ingin kamu bicarakan sampai mengajakku makan malam di tempat seperti ini?” tanya Anne yang mulai tidak sabar karena Levi lebih banyak diam hari ini, berbeda dengan biasanya.Sebelum menjawab pertanyaan itu, Levi menghela panas lalu berdehem.“Kamu pernah suka pada seseorang, tapi takut itu cuma perasaan sepihak?” Ternyata yang keluar dari bibirnya bukanlah jawaban. Melainkan sebuah pertanyaan.Anne membulatkan mata, seolah tidak menduga arah pembicaraan. Jemarinya yang memegang sendok tiba-tiba berhenti. “Kamu sedang bertanya soal aku, atau soal kamu?”Levi menautkan jemarinya di atas meja.“Aku hanya

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 123. Orang Masa Lalu

    Sunyi.Mata Camelia menyapu wajah suaminya. Di dalam pantulan manik kelam itu, ada satu bahasa yang tidak perlu diterjemahkan, cinta yang utuh, dan kebanggaan yang tidak bisa ditutupi.Rainer membalas pandangan itu, ujung bibirnya naik pelan.“Namanya akan kami umumkan saat acara syukuran nanti,” jawab Rainer diiringi dengan senyuman.Levi mengangkat alis.“Nggak asyik. Padahal aku sudah tidak sabar ingin memanggil namanya.”“Makanya menikah, biar kamu juga bisa merasakan betapa bahagiannya punya junior dan memanggil namanya untuk pertama kali,” balas Rainer.Levi berdecak, tapi tidak menanggapi, daripada dia harus mendengar ucapan Rainer yang menjengkelkan.*Gelak tawa menggema, aroma bunga segar dan makanan rumahan memenuhi udara, berbaur dengan hangatnya percakapan para tamu. Beberapa rekan bisnis Rainer berdiri dengan gelas di tangan, menyelam dalam obrolan santai. Daisy tampak sibuk mempersilakan orang-orang untuk duduk, sementara Anne dengan cekatan menjaga jalannya hidangan.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 122. Kebahagiaan yang Lengkap

    Di sepanjang perjalanan, tangan Rainer tidak pernah lepas dari Camelia. Jari-jarinya mengusap punggung istrinya, suaranya terus berbisik lembut, meskipun kegelisahan jelas terbaca. Sesampainya di rumah sakit, semuanya terasa seperti kekacauan yang teratur. Rainer pikir Camelia bisa segera melakukan persalinan ternyata mereka harus menunggu karena belum waktunya. “Dokter, apa tidak bisa lebih cepat? Lihatlah istriku sudah sangat kesakitan,” ujar Rainer. Dokter hanya tersenyum, sepanjang dia menjadi dokter, sudah sering melihat suami yang panik seperti itu. Rainer terus menemani Camelia menjalani proses menuju persalinan, seakan-akan ikut merasakan kesakitan yang dialamai istrinya. Setelah lebih dari sepuluh jam berada di rumah sakit, Camelia akhirnya siap untuk melakukan persalinan. Dokter dan perawat sigap membawa Camelia ke ruang bersalin. Rainer tidak peduli pada siapapun selain wanita yang sekarang terbaring di ranjang dengan ekspresi menahan sakit. Dia menggenggam tan

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 121. Panik dan Mendebarkan

    Rainer tersenyum, melirik istrinya, lalu mengaduk minumannya dengan santai. "Kamu terlalu memikirkan mereka, Sayang. Benar-benar seperti emak-emak yang sedang mencarikan jodoh untuk anaknya," ujar Rainer. "Jelas aku memikirkan mereka! Anne itu orang terdekatku saat ini setelah kamu. Levi orang terdekatmu setelah aku, apalagi dia memohon-mohon cuti pada bosnya yang kejam ini agar bisa berkencan dengan seorang wanita," balas Camelia cepat. "Oh iya, tentang Levi, dia selalu bersikap seolah-olah paling mengerti hubungan, paling berpengalaman, layaknya pakar cinta seperti yang kamu bilang. Tapi sekarang? Kenapa dia malah seperti ini? Bikin aku gregetan," imbuh Camelia. Rainer terkekeh, mengangkat bahu. "Levi selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Dia bukan tipe yang terburu-buru. Terlalu banyak berpikir sebelum bertindak, itulah sebabnya dia belum memiliki kekasih padahal usianya sudah kepala tiga." "Ya, tapi kalau terus seperti ini, Anne bisa bosan, bisa-bisa aku jodoh

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 120. Pamer

    “Selamat malam, Nyonya-nyonya.” Suara berat itu menyusup di antara obrolan, membuat Camelia dan Vanessa menoleh. Danar berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Ekspresinya santai, tapi sorot mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan yang bergulat di dalam dada. Danar dan Camelia bertemu pandang, wanita itu menyunggingkan senyum yang celakanya masih membuat hati Danar berdesir. "Kamu benar-benar sulit ditemui sekarang,” ujar Danar. "Wajar, dia sekarang lebih sibuk dengan keluarga kecilnya," kata Vanessa menimpali sambil tersenyum. Tatapan Danar turun ke perut Camelia yang mulai membuncit. Ada kebahagiaan yang dia rasakan karena itu sebuah tanda jika hidup wanita itu lebih baik dan yang pasti, bahagia. Tetapi juga sesuatu yang tertahan di balik senyum tipisnya. Sejenak, hatinya terasa kosong. Camelia menangkap tatapan itu, tetapi memilih untuk bersikap biasa saja. “Apa kabar, Pak Danar?” Ada sesuatu di hati Danar, Camelia bahkan sudah tidak memanggilnya ‘kakak’ lagi.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 119. Orang Lama

    “Selamat malam, Nyonya-nyonya.” Suara berat itu menyusup di antara obrolan, membuat Camelia dan Vanessa menoleh. Danar berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Ekspresinya santai, tapi sorot mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan yang bergulat di dalam dada. Danar dan Camelia bertemu pandang, wanita itu menyunggingkan senyum yang celakanya masih membuat hati Danar berdesir. "Kamu benar-benar sulit ditemui sekarang,” ujar Danar. "Wajar, dia sekarang lebih sibuk dengan keluarga kecilnya," kata Vanessa menimpali sambil tersenyum. Tatapan Danar turun ke perut Camelia yang mulai membuncit. Ada kebahagiaan yang dia rasakan karena itu sebuah tanda jika hidup wanita itu lebih baik dan yang pasti, bahagia. Tetapi juga sesuatu yang tertahan di balik senyum tipisnya. Sejenak, hatinya terasa kosong. Camelia menangkap tatapan itu, tetapi memilih untuk bersikap biasa saja. “Apa kabar, Pak Danar?” Ada sesuatu di hati Danar, Camelia bahkan sudah tidak memanggilnya ‘kakak’ lagi.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 118. Panik

    “Halo, dengan Tuan Rainer Wijaya, kami dari rumah sakit, ingin memberi tahu jika Nyonya Camelia pingsan dan dibawa ke rumah sakit.” Jantungnya berdegup lebih cepat. “Ada apa, Rai?” “Camelia dibawa ke rumah sakit, Lev.” Tidak menunggu waktu yang lama Rainer langsung bergegas menuju rumah sakit. Tangan Rainer mencengkram kemudi dengan erat, buku-buku jarinya memutih. Napas memburu, tubuh terasa panas, tapi bukan karena udara di dalam mobil—melainkan ketakutan yang perlahan-lahan merayap naik. Camelia pingsan. Rumah sakit. Mungkin aritmianya kambuh? Tiga hal itu terus berputar di kepalanya, memukul saraf-saraf kewaspadaan hingga jantungnya berdegup tak karuan. Steve. Itu pasti karena pria itu. Jika dia tahu pertemuan sialan itu akan membawa dampak sebesar ini, dia tak akan membiarkan Camelia keluar rumah. Sial. Harusnya dia lebih waspada. Harusnya dia tidak meremehkan dampaknya. Mobil berhenti dengan hentakan kasar di depan pintu gawat darurat. Rainer keluar tanpa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status