Home / Romansa / Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat! / Bab 62. Rencana Bulan Madu

Share

Bab 62. Rencana Bulan Madu

Author: Lemongrass
last update Huling Na-update: 2025-01-21 20:00:02

Camelia menatap Rainer dengan senyum yang menenangkan, namun tatapannya memancarkan rasa penasaran.

“Lalu apa rencanamu selanjutnya, Rai?”

Rainer mengangkat alisnya, sebuah senyum jahil mulai terbentuk di sudut bibirnya.

“Membuat anak, mungkin.” Nada bicaranya ringan, matanya menggoda, dan beberapa saat kemudian sebuah tawa pelan pecah dari bibirnya .

Camelia memukul pelan lengan Rainer, wajahnya sedikit merona.

“Jangan bercanda, Rai. Kamu sudah pandai menggoda sekarang ya. Memangnya kamu tak punya rencana lain?”

Rainer tertawa lagi, kali ini lebih lembut, dan ia menggenggam tangan Camelia dengan kedua tangannya.

“Tentu saja aku serius, kapan aku tidak pernah serius? Aku lihat kamu sudah pantas menjadi ibu. Tapi bukan ibu untuk anak itu, melainkan anakku, anak kita,” kata Rainer dengan tatapan intens.

Camelia membulatkan mata sempurna, lalu berkedip beberapa kali setelah berhasil mencerna ucapan suaminya.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 63. Jakarta

    Dering telepon di kantor Rainer terdengar seperti alarm yang terus-menerus mengingatkan tentang masalah yang belum selesai. Sejak mendarat di Jakarta, setiap langkah Rainer penuh dengan tumpukan pekerjaan, masalah demi masalah muncul seolah tak pernah habis. Para klien dan rekan bisnis tak henti meminta Rainer segera menyelesaikan kontrak yang tersendat, namun kali ini ada yang lebih dari sekadar keterlambatan. Rainer mendapati ada manipulasi dalam laporan proyek yang sangat penting.Rainer menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil memijat pelipisnya. “Siapa yang bermain di belakang ini?” gumamnya, mencoba mencari pola dari masalah yang semakin ruwet. Kemudian memanggil Levi, yang langsung masuk dengan ekspresi serius, seolah mengerti bahwa ini lebih dari sekadar urusan bisnis biasa.“Levi, aku minta kamu mencari tahu siapa yang punya akses ke semua data ini. Sepertinya ada yang sengaja mengacaukan proyek kita,” ujar Rainer, penuh peneka

    Huling Na-update : 2025-01-22
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 64. Pembuat Kekacauan

    Mata Rainer menyipit, matanya tertuju pada ponsel yang masih menyala di tangannya.“Kau yakin nama-nama ini benar?” Rainer membalas pesan yang dikirim oleh asisten pribadinya itu.“Benar, Pak. Saya pastikan mereka semua terlibat, semua bukti sudah ada di tangan. Tapi kita perlu waktu untuk mencari lebih dalam lagi siapa dalang utama dibalik semua ini.” Pesan balasan dari Levi kembali masuk ke dalam room chat.Rainer kembali melihat daftar nama yang Levi kirimkan. Orang-orang yang familiar di lingkaran dalam. Nama-nama yang tak seharusnya berada di daftar pengkhianatan ini.“Sialan! Berani kalian bermain-main denganku!” geram Rainer. Rainer menyandarkan tubuhnya dis sandaran kursi. Pikirannya menerawang, lalu memutar ulang peristiwa demi peristiwa yang mengaburkan batas antara bisnis dan permusuhan lama yang belum sepenuhnya berakhir. Rainer menelaah dan menduga bahwa sebenarnya kejadian penculikan yang dilakukan oleh Erwin

    Huling Na-update : 2025-01-23
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 65. Pencapaian

    Hari masih pagi tetapi ponsel Camelia tak berhenti berdering, layar datar itu menunjukkan nama Danar.“Kak Danar,” gumam Camelia seraya tersenyum tipis. “Halo, Kak.”“Halo, Camelia. Apa aku mengganggu?”“Tidak, tidak, aku baru saja selesai sarapan, ada apa, sepertinya ada sesuatu?”“Aku hanya ingin memberitahu kelanjutan kerjasama perusahaan dengan beberapa investor yang kita dapatkan saat pertemuan bisnis di Singapura.”Reflek Camelia menepuk keningnya, berapa lama dia tidak beraktivitas hingga lupa jika dirinya telah memiliki perusahaan. “Camelia, apa kamu masih ada di sana?” tanya Danar karena tidak mendapat respon dari Camelia. “Ah, masih, Kak. Maafkan aku. Aku sempat lupa, jika aku memiliki perusahaan.”Dari balik telepon Camelia bisa mendengar suara tawa Danar.“Maafkan aku, Camelia. Bukan maksudku mengganggu masa pemulihanmu. Aku hanya ingin memberimu kabar gembira ini, karena itu adalah jerih payahmu. Semua data akan kukirim ke alamat emailmu setelah ini.”“Oh, iya, ada hal

    Huling Na-update : 2025-01-24
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 66. Rival

    "Levi untuk beberapa hari kedepan aku akan ke Singapura untuk menjemput Camelia, lakukan saja semuanya sesuai rencana,” ucap Rainer seraya memandangi dokumen penting yang ada di tangannya.“Baik, Pak. Jadi Bu Camelia sudah diperbolehkan pulang?” Rainer hanya mengangguk.“Berarti Anda harus bersiap-siap, Pak.”Ucapan Levi sontak membuat Reiner melihat ke arah asisten pribadinya itu, lalu mengernyitkan keningnya.“Iya, Anda harus bersiap-siap menghadapi kenyataan bahwa Bu Camelia adalah rival kita, apalagi ada Pak Danar yang menaunginya.”Wajah Rainer berubah menjadi sedikit mengeras.“Urusan itu kita pikirkan nanti saja, lebih baik kita fokus pada masalah yang sedang dihadapi, aku sedang menyusun strategi agar Camelia kembali kepadaku seutuhnya.”Levi pun tersenyum, akhirnya bosnya itu mengakui keberadaan istrinya.“Lalu bagaimana dengan yang aku perintahkan kemarin?”“Semua sudah diatur sesuai instruks

    Huling Na-update : 2025-01-25
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 67. Good Morning

    Keesokan harinya, cahaya lembut dari jendela menyentuh wajah Camelia, membuat kelopak matanya bergerak perlahan. Rainer, yang belum benar-benar beranjak sejak malam tadi, tetap berada di sisinya, matanya tak pernah beralih dari wajah istrinya. Ketika Camelia membuka mata, Rainer menyambutnya dengan senyuman hangat. “Salamat pagi, Sayang,” sapa Rainer, kemudian mengecup bibir Camelia dengan lembut.“Pagi, Rai,” balas Camelia dengan suara serakk khas bangun tidur.“Apa aku mengganggumu?” Camelia menggeleng dan tersenyum tipis, lalu berkata, “Hanya saja aku merasa wajahku seperti ditusuk-tusuk duri karena kamu terus memandangku seperti itu, Rai.”Wanita itu melayangkan sedikit protes dengan sedikit gurauan pada suaminya. Mata Camelia yang masih sedikit mengantuk terlihat bercahaya. Rainer sendiri terkekeh pelan lalu mencapit hidung mungil istrinya.Tak ada satu kata pun yang bisa menggambarkan perasaan mereka s

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 68. Ayo Buat Cicit

    “Baiklah, Kek. Kalau begitu jangan menahan istriku lebih lama lagi untuk menemanimu di sini,” ucap Rainer kepada sang kakek, kemudian mengajak Camelia untuk segera meninggalkan kakek Wijaya.“Tidak denganmu, Rai. Biarkan Lia kembali ke kamar sendiri, kamu tetap di sini, ada hal yang ingin aku bicarakan.” Kakek Wijaya menahan langkah Rainer.Suami Camelia Agatha itu berdecak, namun Camelia langsung menggenggam tangannya dan mengangguk. Tidak ingin Rainer membantah perintah sang kakek.“Baiklah,” ujar Rainer dengan malas.Camelia tersenyum lalu berjalan keluar dari tempat itu, meninggalkan dua lelaki berbeda usia itu untuk saling bicara.Bayangan tubuh Rainer berjalan tegak masuk dari balik pintu besar dengan ukiran kayu mewah, seperti biasa, wajahnya terlihat datar meski tak lagi dingin seperti dulu.Setelah berbicara singkat dengan kakeknya, Rainer kembali ke kamar, setelah melihat Camelia sedang menatapnya, dia pun tersenyum, senyuman yang sudah lama tak pernah muncul, senyuman yang

    Huling Na-update : 2025-01-28
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 69. Berani Menggoda

    Camelia tersenyum saat melihat nama di layar ponselnya, Maura.“Camelia, apa kabar?” Suara riang Maura terdengar dari seberang sana. Dari suaranya terdengar penuh rasa rindu membuat wajah Camelia berseri.“Maura! Lama tak jumpa. Aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?” balas Camelia.Keduanya berbincang sejenak, terkadang suara tawa mengisi sela-sela obrolan itu, membawa Camelia kembali pada momen hangat bersama sahabatnya yang penuh nostalgia. Di akhir pembicaraan, Maura mengusulkan untuk bertemu di restoran favorit mereka.“Boleh, nanti aku kabari lagi, Maura.”“Ok, deh. Aku tunggu ya, semoga suami dinginmu itu tidak banyak tingkah.”Camelia terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu.Malam ini, Camelia dan Rainer menghabiskan waktu bersama di balkon kamar setelah menikmati makan malam bersama.“Apa kamu nyaman tinggal di sini?” tanya Rainer.“Tentu saja, di sini cukup ramai, aku tak perlu khawatir kesep

    Huling Na-update : 2025-01-29
  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 70. Rapat Dadakan

    “Camelia!” Seorang pria memanggil nama Camelia. Membuat wanita itu menoleh ke sumber suara.“Kak Danar,” bisik Camelia kemudian tersenyum.Danar membalas senyuman itu dengan ramah. Pria itu tidak menyangka akan bertemu Camelia di tempat ini. Tiba-tiba jantungnya berdebar tak karuan saat melihat senyum manis wanita itu.“Bagaimana kabarmu?” tanya Danar seraya memindai wajah ayu Camelia. Semenjak mengunjungi wanita itu di Singapura bersama Clay mereka belum bertemu lagi secara langsung.“Kabar baik, Kak. Maafkan aku belum sempat menyapamu.”“Tidak masalah. Ada acara apa?”Camelia memandang Maura, lalu menjawab, “Aku baru saja makan siang bersama sahabatku, Maura.”Kemudian Camelia memperkenalkan Maura pada Danar dan sebaliknya.“Kak Danar sendiri ada acara apa di sini?”“Biasa, klien. Kamu ingat Pak Indra?” Camelia mengangguk, tentu saja dia ingat. Pak Indra adalah klien yang sangat royal.“Baikl

    Huling Na-update : 2025-01-30

Pinakabagong kabanata

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 126 Berakhir Bahagia

    Tirai putih menjuntai dari langit-langit, menghiasi aula dengan kemewahan yang menenangkan. Rangkaian bunga mawar putih dan lilin-lilin tinggi menghiasi sisi-sisi jalan menuju altar. Denting piano mengalun lembut, menggiring langkah Levi yang berdiri tegap menanti di ujung sana. Jas hitamnya melekat rapi, dasi kupu-kupu menghiasi lehernya, dan senyum gugup itu tidak bisa bersembunyi meski wajahnya berusaha tampak tenang.Anne melangkah perlahan, gaun putihnya jatuh anggun menyapu lantai, taburan payet menyala lembut. Mata mereka saling mengunci, dan dunia seakan hening, hanya mereka berdua, dan debar yang berkejaran di dada.Suara tawa kecil menyelingi isakan haru, ketika Levi dengan suara sedikit gemetar mengucapkan janji suci. Anne menatapnya, mata yang dulu ragu kini bersinar penuh keyakinan. Ketika mereka saling mengikat janji, tamu-tamu bersorak dan di antara mereka, Camelia mengusap sudut matanya yang basah, sementara Rainer menepuk punggung Levi saat keduanya turun dari altar

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 125 Pertentangan

    Suara kursi yang digeser Clay terdengar tegas. Bocah itu berdiri, menatap ayahnya dengan ekspresi serius yang jarang muncul di wajah polosnya.“Aku nggak setuju, Pi,” ucap Clay langsung pada intinya.Danar mengangkat alis, meletakkan dokumen kerjanya ke samping. “Apa yang kamu maksud?”“Aku nggak setuju punya mama baru, kalau bukan Tante Camelia,” jawab bocah itu, tegas.Wajah Danar melembut, bibirnya membentuk senyum kecil yang tak sepenuhnya ceria. “Kamu masih suka Tante Camelia karena dia baik, dan karena kamu terbiasa sama dia. Tapi kamu juga harus ingat, Tante Camelia sudah bahagia bersama Om Rainer dan juga Reyaga. Orang lain bisa salah paham jika kamu bicara seenaknya seperti itu,” balas Danar dengan penuh pengertian.Clay memeluk tubuhnya sendiri, menghindari tatapan Danar. “Iya aku tahu tapi aku tidak suka liat Papa dekat dengan perempuan lain.”Danar menghela napas, bangkit dari sofa, lalu berjongkok di depan putranya. “Clay, dengarkan Papi. Papi juga tidak sedang dalam

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 124. Menyatakan Cinta

    Dua insan duduk saling berhadapan. Gelas mocktail dengan irisan jeruk nipis itu diletakkan kembali sebelum isinya menyentuh bibir. Cahaya remang menggantung di antara keduanya, seolah ikut menahan napas. Suasana restoran seharusnya membantu, namun hati Levi justru berdebar semakin kacau. Tangannya terlipat di atas meja, matanya menatap lurus ke arah gadis di hadapannya.“Jadi apa yang ingin kamu bicarakan sampai mengajakku makan malam di tempat seperti ini?” tanya Anne yang mulai tidak sabar karena Levi lebih banyak diam hari ini, berbeda dengan biasanya.Sebelum menjawab pertanyaan itu, Levi menghela panas lalu berdehem.“Kamu pernah suka pada seseorang, tapi takut itu cuma perasaan sepihak?” Ternyata yang keluar dari bibirnya bukanlah jawaban. Melainkan sebuah pertanyaan.Anne membulatkan mata, seolah tidak menduga arah pembicaraan. Jemarinya yang memegang sendok tiba-tiba berhenti. “Kamu sedang bertanya soal aku, atau soal kamu?”Levi menautkan jemarinya di atas meja.“Aku hanya

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 123. Orang Masa Lalu

    Sunyi.Mata Camelia menyapu wajah suaminya. Di dalam pantulan manik kelam itu, ada satu bahasa yang tidak perlu diterjemahkan, cinta yang utuh, dan kebanggaan yang tidak bisa ditutupi.Rainer membalas pandangan itu, ujung bibirnya naik pelan.“Namanya akan kami umumkan saat acara syukuran nanti,” jawab Rainer diiringi dengan senyuman.Levi mengangkat alis.“Nggak asyik. Padahal aku sudah tidak sabar ingin memanggil namanya.”“Makanya menikah, biar kamu juga bisa merasakan betapa bahagiannya punya junior dan memanggil namanya untuk pertama kali,” balas Rainer.Levi berdecak, tapi tidak menanggapi, daripada dia harus mendengar ucapan Rainer yang menjengkelkan.*Gelak tawa menggema, aroma bunga segar dan makanan rumahan memenuhi udara, berbaur dengan hangatnya percakapan para tamu. Beberapa rekan bisnis Rainer berdiri dengan gelas di tangan, menyelam dalam obrolan santai. Daisy tampak sibuk mempersilakan orang-orang untuk duduk, sementara Anne dengan cekatan menjaga jalannya hidangan.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 122. Kebahagiaan yang Lengkap

    Di sepanjang perjalanan, tangan Rainer tidak pernah lepas dari Camelia. Jari-jarinya mengusap punggung istrinya, suaranya terus berbisik lembut, meskipun kegelisahan jelas terbaca. Sesampainya di rumah sakit, semuanya terasa seperti kekacauan yang teratur. Rainer pikir Camelia bisa segera melakukan persalinan ternyata mereka harus menunggu karena belum waktunya. “Dokter, apa tidak bisa lebih cepat? Lihatlah istriku sudah sangat kesakitan,” ujar Rainer. Dokter hanya tersenyum, sepanjang dia menjadi dokter, sudah sering melihat suami yang panik seperti itu. Rainer terus menemani Camelia menjalani proses menuju persalinan, seakan-akan ikut merasakan kesakitan yang dialamai istrinya. Setelah lebih dari sepuluh jam berada di rumah sakit, Camelia akhirnya siap untuk melakukan persalinan. Dokter dan perawat sigap membawa Camelia ke ruang bersalin. Rainer tidak peduli pada siapapun selain wanita yang sekarang terbaring di ranjang dengan ekspresi menahan sakit. Dia menggenggam tan

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 121. Panik dan Mendebarkan

    Rainer tersenyum, melirik istrinya, lalu mengaduk minumannya dengan santai. "Kamu terlalu memikirkan mereka, Sayang. Benar-benar seperti emak-emak yang sedang mencarikan jodoh untuk anaknya," ujar Rainer. "Jelas aku memikirkan mereka! Anne itu orang terdekatku saat ini setelah kamu. Levi orang terdekatmu setelah aku, apalagi dia memohon-mohon cuti pada bosnya yang kejam ini agar bisa berkencan dengan seorang wanita," balas Camelia cepat. "Oh iya, tentang Levi, dia selalu bersikap seolah-olah paling mengerti hubungan, paling berpengalaman, layaknya pakar cinta seperti yang kamu bilang. Tapi sekarang? Kenapa dia malah seperti ini? Bikin aku gregetan," imbuh Camelia. Rainer terkekeh, mengangkat bahu. "Levi selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Dia bukan tipe yang terburu-buru. Terlalu banyak berpikir sebelum bertindak, itulah sebabnya dia belum memiliki kekasih padahal usianya sudah kepala tiga." "Ya, tapi kalau terus seperti ini, Anne bisa bosan, bisa-bisa aku jodoh

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 120. Pamer

    “Selamat malam, Nyonya-nyonya.” Suara berat itu menyusup di antara obrolan, membuat Camelia dan Vanessa menoleh. Danar berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Ekspresinya santai, tapi sorot mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan yang bergulat di dalam dada. Danar dan Camelia bertemu pandang, wanita itu menyunggingkan senyum yang celakanya masih membuat hati Danar berdesir. "Kamu benar-benar sulit ditemui sekarang,” ujar Danar. "Wajar, dia sekarang lebih sibuk dengan keluarga kecilnya," kata Vanessa menimpali sambil tersenyum. Tatapan Danar turun ke perut Camelia yang mulai membuncit. Ada kebahagiaan yang dia rasakan karena itu sebuah tanda jika hidup wanita itu lebih baik dan yang pasti, bahagia. Tetapi juga sesuatu yang tertahan di balik senyum tipisnya. Sejenak, hatinya terasa kosong. Camelia menangkap tatapan itu, tetapi memilih untuk bersikap biasa saja. “Apa kabar, Pak Danar?” Ada sesuatu di hati Danar, Camelia bahkan sudah tidak memanggilnya ‘kakak’ lagi.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 119. Orang Lama

    “Selamat malam, Nyonya-nyonya.” Suara berat itu menyusup di antara obrolan, membuat Camelia dan Vanessa menoleh. Danar berdiri dengan setelan abu-abu yang rapi. Ekspresinya santai, tapi sorot mata itu tidak bisa menyembunyikan perasaan yang bergulat di dalam dada. Danar dan Camelia bertemu pandang, wanita itu menyunggingkan senyum yang celakanya masih membuat hati Danar berdesir. "Kamu benar-benar sulit ditemui sekarang,” ujar Danar. "Wajar, dia sekarang lebih sibuk dengan keluarga kecilnya," kata Vanessa menimpali sambil tersenyum. Tatapan Danar turun ke perut Camelia yang mulai membuncit. Ada kebahagiaan yang dia rasakan karena itu sebuah tanda jika hidup wanita itu lebih baik dan yang pasti, bahagia. Tetapi juga sesuatu yang tertahan di balik senyum tipisnya. Sejenak, hatinya terasa kosong. Camelia menangkap tatapan itu, tetapi memilih untuk bersikap biasa saja. “Apa kabar, Pak Danar?” Ada sesuatu di hati Danar, Camelia bahkan sudah tidak memanggilnya ‘kakak’ lagi.

  • Ayo Bercerai, Tuan CEO Terhormat!   Bab 118. Panik

    “Halo, dengan Tuan Rainer Wijaya, kami dari rumah sakit, ingin memberi tahu jika Nyonya Camelia pingsan dan dibawa ke rumah sakit.” Jantungnya berdegup lebih cepat. “Ada apa, Rai?” “Camelia dibawa ke rumah sakit, Lev.” Tidak menunggu waktu yang lama Rainer langsung bergegas menuju rumah sakit. Tangan Rainer mencengkram kemudi dengan erat, buku-buku jarinya memutih. Napas memburu, tubuh terasa panas, tapi bukan karena udara di dalam mobil—melainkan ketakutan yang perlahan-lahan merayap naik. Camelia pingsan. Rumah sakit. Mungkin aritmianya kambuh? Tiga hal itu terus berputar di kepalanya, memukul saraf-saraf kewaspadaan hingga jantungnya berdegup tak karuan. Steve. Itu pasti karena pria itu. Jika dia tahu pertemuan sialan itu akan membawa dampak sebesar ini, dia tak akan membiarkan Camelia keluar rumah. Sial. Harusnya dia lebih waspada. Harusnya dia tidak meremehkan dampaknya. Mobil berhenti dengan hentakan kasar di depan pintu gawat darurat. Rainer keluar tanpa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status