Di pagi hari pada musim dingin ini nampak salju menumpuk menutupi jalanan setapak di kediaman Chester. Terlihat beberapa pelayan laki-laki memakai pakaian hangat tengah menyerok membersihkan salju pada area jalan agar dapat dilewati oleh para penghuninya. Pada area bangunan lain beberapa pelayan sedang memakai pakaian santai dan jubah hangat sedangkan yang lain masih dengan seragam pelayan. Rupanya hal ini karena hari ini adalah hari terakhir di tahun ini atau sebut saja akan ada pergantian tahun baru nanti malam. Pergantian tahun baru ini selalu diselingi acara festival di alun-alun kota. Maka dari itu, beberapa pelayan membagi diri mereka ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama mereka akan mendapatkan waktu libur untuk menikmati festival dari pagi hingga menjelang sore, lalu kelompok kedua dari sore hingga tengah malam. Biasanya ini banyak pelayan yang memilih pada kelompok dua karena acara puncaknya pada tengah malam dimana terdapat pesta kembang api besar saat waktu perubahan tahu
“Siapa yang kau lihat sampai seperti itu?” Alice tersentak saat mendengar suara Lucas yang bertanya padanya. Ia menoleh pada laki-laki yang sedang mengerutkan kening pada dirinya. “Aku sepertinya melihat seseo … tidak, aku salah lihat.” Alice mengerut heran, kalimatnya pun menggantung saat menoleh kembali dan tak menemukan orang yang tadi dilihatnya. “Lupakan, mungkin aku salah lihat. Apa yang kau beli?” Alice mengubah topik sembari melongok pada jajanan yang dibawa oleh Lucas. Lucas yang mendapatkan jawaban mengambang pun tak berlanjut bertanya. Ia berpikir mungkin memang benar Alice salah orang apalagi di keramaian seperti ini orang bisa mengira melihat kenalannya yang padahal bukan. Ia meletakkan makanan yang telah dibelinya ke meja. Kedua mata Estelle dan Alice langsung berbinar saat melihat banyaknya makanan yang dibeli olehnya. Lucas terkekeh melihat ekspresi lucu dari dua gadis beda umur di hadapannya itu. Lucu sekali melihat mereka yang bisa bertingkah sama seperti itu. Ali
“Aku yang akan datang padanya,” ucap Selir Helena memotong perkataan pelayannya itu. Si pelayan itu pun mengangguk patuh dan kembali berdiri diam di samping majikannya. Setelah beberapa saat Selir Helena sudah menyelesaikan bunga untuk putranya. Sesuai rencananya tadi ia akan pergi menemui Raja Eron dan mengajaknya menikmati teh, lalu malamnya ia akan menemui putranya. Namun, sesampainya di paviliun milik Raja Eron saat melewati taman ia melihat Raja Eron sedang menghabiskan waktu bersama Ratu Camellia. Ia pun melangkah ke sana. Raja Eron menyambutnya dengan terbuka begitu pula Ratu Camellia meski dapat terlihat di matanya jika senyum wanita itu tidak dari hati. “Yang Mulia, saya tadi melihat bunga saya bermekaran dengan cantik jadi terpikirkan untuk merangkainya ke dalam vas dan mengirimnya pada Anda.” Selir Helena menoleh pada pelayannya memberi isyarat untuk memberikan vas bunga yang diterima oleh ajudan pribadi Raja Eron. “Dan juga saya membawa teh karena kebetulan ada Yang Mul
Sudah beberapa hari ini Alice melihat wajah ayahnya yang selalu terlihat gelisah. Apalagi ia selalu memandangnya dengan sedih. Tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya itu, namun saat ia bertanya ayahnya hanya menjawab ada masalah dalam pekerjaannya. Mendengar jawaban itu ia pun hanya mengangguk dan tak bertanya lagi. Meski dalam hati ia merasa bahwa itu bukanlah jawaban sebenarnya, tapi jika benar Alice juga tak bisa membantu apapun apalagi yang berhubunga dengan pekerjaan ayahnya. Alice hanya bisa berdoa semoga urusan atau masalah pada pekerjaan ayahnya segera selesai dengan baik. Untuk membuat ayahnya semangat, Alice beberapa kali sering mengirimkan camilan yang ia buat sendiri. Tetapi, anehnya bukannya senang yang ada Marquess Anderson malah sedih saat memakan camilan buatannya. Untungnya Alice tak mengetahuinya karena Marquess Anderson selalu memakannya dengan sembunyi-sembunyi. Tanpa mengetahui hal itu maka setelah beberapa hari berlalu Alice menjalani harinya seperti biasa tanpa
Selang tiga hari setelah kunjungan ke Chester Alice tiba-tiba mendapatkan undangan dari Selir Helena. Minggu depan Selir Helena akan mengadakan pesta teh yang dihadiri oleh para nona muda bangsawan yang belum menikah. Tidak ada yang aneh dengan undangan itu hanya saja ini pertama kalinya Alice akan datang ke sebuah perjamuan kecil dan bertemu dengan para nona bangsawan lain. Hal ini karena dirinya memang sengaja tidak menonjolkan diri. Di mana pun dan kapan pun dia selalu menempel pada Lucas ketika ada pesta. Meski mungkin saja ada orang-orang akan bertanya-tanya tentang dirinya yang terlihat sering di sekitar Lucas. Namun, berkat sifat dingin dan cuek dari pria itu membantu identitasnya tidak terekspos. Lagipula aura kehadiran Lucas yang kuat cukup membuat para gadis langsung fokus padanya. Ditambah dengan kehadiran Estelle, Alice pun jadi sering menemani gadis kecil itu. Jadi hingga sekarang para nona bangsawan jarang atau bahkan tidak mengenalnya. “Untungnya masih boleh membawa pel
Dua orang gadis memakai jubah bulu memasuki sebuah resto. Satu orang terlihat santai berjalan memasuki tempat tersebut sedangkan gadis lainnya nampak sedang mengagumi seisi ruang tersebut. Bahkan ia sampai tak sadar mulutnya terbuka dan hampir ditinggal oleh temannya. Gadis yang nampak santai itu terus berjalan tanpa sadar ia hampir meninggalkan seseorang. Pria muda berpakaian pelayan resto tersebut datang mendekatinya. “Nona, ada yang bisa saya bantu?” tanya dengan sikap dan nada yang sopan. “Berikan aku ruangan di lantai dua dekat jendela, untuk dua orang.” Gadis yang tak lain adalah Alice menjawab pertanyaan pelayan pria muda tersebut. Tadi setelah ia memaksa Rona berganti pakaian Alice langsung membawanya ke sebuah restoran mewah yang kebetulan tak jauh dari butik tersebut. Saat melihat antusias Rona di butik tadi membuat Alice berpikir untuk membelikannya gaun. Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya atas bantuannya selama ini. Rona adalah gadis yang baik dan pelayan yang cakap.
Pagi-pagi kediaman Anderson sudah ramai sekali. Tepatnya di sebuah ruang pribadi dengan nuansa feminim dan ceria terlihat banyak pelayan tengah mengerubungi seorang gadis. Orang tersebut tak lain sang Nona Muda Anderson ialah Alice. Saat ini Alice sedang duduk manis dan membiarkan dirinya entah diapakan oleh para pelayannya. Dia baru saja selesai membilas tubuhnya dan langsung diseret oleh pelayannya kesana kemari. Setelah dibantu mengenakan gaun kini rambut panjangnya yang berwarna pirang tengah ditata. Dia tak tahu apa yang akan dibuat pada rambutnya karena nampaknya sedari tadi pelayannya itu bingung. Dari yang tadi hanya menggerainya, lalu ditambahkan beberapa aksesoris. Kemudian mencoba dikuncir dari bentuk ekor kuda, kepang hingga sanggul telah dicoba semua, namun lagi-lagi mereka melepasnya. Beruntung pelayannya itu tak lupa menyiapkan cemilan untuknya. Jika tidak mungkin ia sudah pingsan duluan sebelum sempat ke perjamuan. Ketika cangkir tehnya telah kosong bersamaan dengan it
Sejauh ini perjamuan berjalan dengan lancar. Alice merasa aman dengan keberadaan Selir Helena yang mengambil perhatian semua para nona bangsawan. Terlihat semua orang begitu berlomba-lomba melempar pujian untuk mencari muka pada sang Selir. Selir Helena pun nampak gembira dikelilingi oleh mereka, apalagi sambutannya yang ramah membuat semua jadi lebih bersemangat lagi. Alice tahu maksud mereka dengan melakukan hal itu. Pangeran Kedua yang merupakan putra dari Selir Helena sudah memasuki usia menikah, namun belum memiliki pasangan. Pangeran Alaric sendiri pun tak terlihat dekat dengan wanita manapun. Maka dari itu, mereka semua berlomba-lomba untuk menonjolkan diri agar bisa terpilih menjadi pendamping Pangeran Alaric di masa depan. “Sayang sekali, sudah ada orang terpilih. Jadi, usaha kalian itu sia-sia.” Alice melirik pada gadis yang duduk di hadapannya. Gadis tersebut mengenakan gaun berwarna kuning lembut yang memperlihatkan sosoknya jadi cantik dan anggun. Orang dihadapannya adal
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t