Winna berjalan dengan terburu-buru. Ia memasuki kamarnya dengan napas terengah-engah. Jantungnya berdebar kencang tangannya gemetar. Diulurkannya tangan ke dalam saku seragamnya mengambil botol kecil yang selalu dibawanya setiap hari. Baru saja ia memakai cairan dalam botol tersebut. Cairan yang diklaim racun untuk membuat penderita merasakan tubuhnya lemah secara bertahap dan juga sulit untuk mendeteksinya.“Akhirnya …,” gumamnya dengan mata terpejam seraya tangan menggenggam erat botol itu.Hari ini keberuntungan berpihak padanya. Berkat kedatangan kedua orangtua Duchess Chester, ia memiliki kesempatan untuk menyajikan teh pada tamu. Dengan gerak cepat ia meneteskan racun itu dalam cangkir sang Duchess dan tepat saat ia menyimpan botol dalam sakunya datanglah mereka berempat. Setelah keluar dari ruangan ia bergegas kembali untuk meredakan debaran pada jantungnya.Hatinya benar-benar lega setelah berhasil menunaikan tugasnya. Selama ini ia sangat frustasi karena tak ada kesempatan un
Lucas menyampirkan telapak tangannya ke arah Alice untuk membantu gadis itu turun dari kereta kuda. Hari ini mereka berdua bersama Max dan beberapa pengawal datang ke alun-alun kota untuk mengikuti festival musim panas. Sesuai janjinya kemarin mengajak Alice datang ke acara festival yang diadakan oleh rakyat kerajaan sekaligus ajang bagis gadis itu untuk unjuk gigi kemampuan memanahnya. Lucas melirik dengan ujung bibir yang naik saat menatap hadiahnya untuk Alice tengah dibawa oleh salah seorang pengawal. Hal itu membuatnya sangat puas mengetahui barangnya darinya dipakai oleh gadis itu. “Sate daging!” pekik Alice yang kemudian langsung berlari menuju gerobak penjual. Gadis itu langsung membeli tiga buah tusuk besar lalu kembali dengan langkah yang riang. Tangannya membagikan tusuk sate itu pada Lucas dan Max. Setelah itu melahap sate di tangannya dengan bahagia. Mereka bertiga menikmati makanan yang ada tangan mereka masing-masing. Setelah membeli beberapa jajan yang sebenarnya Ali
Babak final sebentar lagi dimulai. Sudah ada lima peserta yang lolos ke babak tersebut termasuk Lucas dan Alice. Kini mereka berdua bersama peserta lain sedang berada di ruang tunggu. Lucas menatap Alice sembari mengingat gadis itu ketika melepaskan panah. Memang bukan hanya bualan saja ucapannya kemarin. Kemampuan gadis itu benar-benar sangat luar biasa, apalagi ia baru saja belajar setahun yang lalu tapi sudah sehebat ini. Rasa-rasanya ia bisa dijuluki sebagai jenius.Sejujurnya awalnya Lucas akan berencana untuk mengalah agar gadis itu senang, tapi rupanya ia tak perlu melalukan itu. Dirinya ternyata meremehkan kemampuan Alice. Kening Lucas mengerut jika ia memiliki kemampuan sehebat ini bukankah seharusnya Alice akan menjadi terkenal di kehidupan pertamanya dulu? Tapi, mengapa ia tidak pernah mendengar namanya? Menilik sifat Marquess Anderson tentu tidak mungkin ia tidak akan berkoar membanggakan kehebatan putrinya. Saat itu yang ia tahu hanyalah Max adalah putra satu-satunya dari
Alice duduk dengan muka tertekuk dan kakaknya —Max— tengah menepuk lembut kepalanya dengan suara lembut ia berbicara, “masih ada kesempatan yang lain, setelah ini kita latihan lebih keras lagi.” Lucas mendorong piring kecil berisi kue cokelat yang ia beli tadi. Setelah kompetisi selesai dengan Lucas yang keluar sebagai pemenang mereka langsung pergi menuju cafe yang ada di sekitar arena. Kebetulan ada cafe yang cukup terkenal bagi kalangan bangsawan akan kue cokelatnya. Mereka kesana untuk berisitirahat sekaligus menyenangkan hati Alice yang kesal karena kalah taruhan. Alice meraih kue itu dan memakannya. Meski hatinya kesal tapi ketika lidahnya menyentuh kelembutan kue dan rasa pahit manis dari cokelat membuat kekesalan dalam hatinya tergantikan seketika dengan kebahagiaan. Lucas tersenyum mendapati mood Alice yang sudah berubah lebih baik. Ia meminum tehnya sambil sesekali melirik wajah bahagia Alice saat menikmati kuenya. Max pun dalam hati juga ikutan lega melihat Alice sudah ba
Peter memijat pelipisnya pelan. Ia merasa pusing dan sedikit emosi mengetahui adanya penyerangan ketika acara perburuan berlangsung. Dirinya baru saja selesai menghadap Raja Eron yang mengeluh tentang keamanan dan kekecewaannya akan kejadian ini. Apalagi penyerangan terjadi ketika dirinya absen hal itu serasa mencoreng wajahnya. Sebagai menteri pertahanan dan keamanan yang absen saat terjadinya penyerangan kepada salah satu anggota kerajaan akan menjadi aib bagi dirinya. Kini dirinya tengah berada di tenda bersama kepala keamanan dan beberapa ksatria milik Pangeran Alaric sebagai saksi atas kejadian semalam. Dari yang ia dengar beberapa penyusup melumpuhkan ksatria yang berjaga di tenda Pangeran Alaric dengan dibius. Mereka dibius dengan melalui bubuk yang disebarkan langsung oleh penyusup pada wajah mereka. Beruntung sisa bubuk tersebut masih tersisa pada seragam ksatria sehingga ia bisa memanfaatkannya dengan mencari tahu asal bubuk tersebut. Setelah mendapat keterangan dari ksatri
Peter terbangun dengan napas memburu. Sekelabat mimpinya barusan masih teringat jelas dalam otaknya yang rasanya sangat nyata. Ia pun buru-buru berdiri memakai jubahnya. Di sepanjang lorong yang lengang ini kakinya melangkah cepat menuju istal yang berada di belakang bangunan. Beberapa prajurit yang berjaga membungkuk memberi salam saat melihat keberadaan Peter. Peter memacu kuda yang ia pinjam dari istal menuju kediamannya dengan cepat. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya tak ia pedulikan. Dengan waktu yang singkat ia telah sampai di kediamannya. Prajurit yang berjaga di gerbang sempat terkejut saat melihat tuan mereka pulang saat waktu menunjukan lewat tengah malam. Mereka segera membuka gerbang tak ingin membiarkan majikannya menunggu lebih lama. Peter turun dari kuda dan langsung menyerahkannya pada salah seorang prajurit di sana. Dengan cepat ia berlari bahkan panggilan dari Sebastian ia abaikan. Sebastian terkejut saat mendapati sosok tuannya telah berada dan tengah berlar
“Apa yang sedang kau lakukan?”Pangeran Alaric menoleh mendapati ibunya kini telah duduk di sampingnya. Sudah hampir seminggu sejak kejadian penyerangan di malam itu. Kini kondisi Pangeran Alaric sudah membaik meski lengannya masih diperban. Saat ini Pangeran Alaric tengah berada di gazebo istananya menikmati udara segar di sore hari dan pemandangan taman yang terhampar di kediamannya. Dirinya merasa suntuk karena beberapa hari ini tidak memiliki aktivitas apapun selain istirahat di kamarnya. Berkat ibunya —Selir Helena— yang selalu mencemaskannya beliau meminta pada Raja Eron untuk memberinya istirahat beberapa hari dari segala kegiatan kerajaan dan dikabulkan oleh sang Raja.Pangeran Alaric memutuskan menghabiskan waktunya di luar karena merasa kebosanan di kamar tanpa melakukan apapun. Dan ibunya datang mengunjunginya. Kegiatan ibunya ini sudah tiap hari dilakukannya membuat Pangeran Alaric tak kaget akan kehadirannya.“Ibu bagaimana kabarmu? Aku hanya sedang menikmati udara dan pe
“Sesuai perkiraan Anda mereka datang ke sana. Umpan juga sudah disiapkan sesuai perintah Anda,” ucap seseorang yang berpakaian pelayan itu. Di hadapannya terdapat seorang wanita dengan gaun mewah tengah menyesap secangkir teh di tangannya. Matanya terpejam menikmati aroma teh yang menyebar dalam mulutnya. Ia mendesah lega merasakan pahit dan asam dari secangkir teh itu. Sudut bibirnya tertarik melengkung membentuk senyuman. Jika ada orang lain yang melihatnya pasti yang melihatkan akan terpesona. Senyum yang terbingkai pada wajah mungilnya membuatnya nampak semakin cantik. Namun, sayangnya kecantikan itu bercampur dengan hati yang busuk. Sementara wanita itu tengah menikmati harinya dengan suasana hati yang bahagia, maka di tempat lain terdengar suara-suara teriakan yang membahana. Segerombolan orang berpakaian seragam prajurit khas kerajaan tengah menyeret seorang pria paruh baya. Pria tersebut tak lain adalah Count Frederick. Count Frederick kini tengah berteriak dan memberontak me
Setelah penangkapan Selir Helena dan bansgawan lain, maka keesokan harinya mereka langsung diadili. Raja Eron bahkan mengumumkan akan mengadakan pengadilan terbuka dan meminta rakyat Diedrich untuk menghadirinya. Maka, keesokan harinya tribun telah dipenuhi oleh rakyat Diedrich. Mereka dengan patuh duduk dan dibantu oleh ksatria penjaga mengawasi agar tak terjadi kericuhan. Namun, mereka mulai berisik saat para tahanan memasuki lapangan. Mereka menyorakinya dan melemparinya dengan kata-kata kasar.Peter bersama Lucas membawakan semua bukti kejahatan semuanya termasuk Selir Helena. Bahkan menghadirkan Winna sebagai saksi kejahatan Selir Helena selama ini. Rakyat Diedrich terkejut saat mengetahui bahwa ibu dari Pangeran Alaric memiliki saudara tiri yang lahir dari seorang pelayan. Yang lebih membuat mereka terkejut adalah rupanya Selir Helena ini sejak awal adalah orang yang jahat. Wanita itu memanfaatkan saudara tirinya dengan mengirimnya ke Chester untuk mengendalikannya. Dia berencan
“Selamat tinggal, Yang Mulia!” Usai meminumkan racun itu pada Raja Eron, Selir Helena berbalik dan melangkah keluar dengan wajah yang puas. Tinggal menunggu waktu kematian suaminya itu, setelah itu semua akan menjadi miliknya.Saat ia akan membuka pintu tiba-tiba saja pintu dibuka oleh seseorang. Kedua mata Selir Helena melebar saat melihat putranya, Pangeran Alaric berada di hadapannya. Bukan hanya ia terkejut melihat kehadiran putranya, namun adanya rombongan ksatria kerajaan di balik punggung putranya. Firasat buruk muncul dalam hatinya.“Apa yang ka—” ucapan Selir Helena terputus oleh suar Pangeran Alaric.“Periksa keadaan Yang Mulia sekarang!” perintah Pangeran Alaric pada dokter yang selalu merawat Raja Eron.Dokter tersebut langsung mengangguk dan masuk begitu saja diikuti oleh dua orang perawat melewati Selir Helena seolah-olah wanita itu tidak ada. Wajah Selir Helena pun menjadi kaku. Raja Eron baru saja meminum racun miliknya yang pasti racun itu sudah mulai bereaksi. Namun,
Ratu Camellia yang sedang menjalani pengurungan di istananya tengah menikmati secangkir teh di balkon kamarnya. Sudah hampir sepuluh hari dia berada di kamarnya terus hingga merasa bosan. Sehari-hari yang ia lakukan hanyalah menikmati pemandangan dengan menyesap teh kesukaannya, membaca buku yang ia minta pelayannya untuk mengambilkannya di perpustakaan, lalu menyulam sesuatu untuk cucunya. Ia tak ambil pusing dengan nasib hidupnya karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan berakhir selamat atau bebas. Ratu Camellia yakin bahwa Selir Helena akan menjatuhinya hukuman yang mana hukuman tersebut akan membuatnya tak dapat di istana. Wanita tersebut pasti sangat menikmati situasi yang sedang menguntungkannya saat ini. Pasti di setiap malamnya sekarang Selir Helena tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah. Ratu Camellia tak khawatir tentang nasibnya. Ia memikirkan bagaimana dengan menantu dan cucunya serta suaminya yang belum kunjung sadar. Kekuatan istana sedang tak seimbang semenjak Putra Mah
Lucas dan Peter menaiki kudanya masing berjalan paling depan. Di belakangnya ada kereta kuda kecil, lalu paling belakang ada dua ksatria Chester. Hari sudah petang dan mereka telah memasuki gerbang ibu kota. Perjalanan yang memakan waktu tiga hari tersebut tak terasa telah berakhir. Mereka berhasil membawa barang bukti dengan aman dan selamat. Hanya saja tidak berupa barang yang mereka bawa melainkan juga saksi. Saksi tersebut tak lain adalah Winna. Wanita itu telah menceritakan segalanya. Rupanya Winna dan Selir Helena adalah saudara tiri. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan mereka berdua. Siapa sangka jika Count Earnest memiliki anak dengan seorang pelayan. Mereka juga telah mendengar secara garis besar apa saja hal yang dilakukan Winna untuk Selir Helena. Tak menyangka bahwa kegilaan Selir Helena didapatkannya dari Count Earnest. Winna juga menceritakan bahwa ia diselamatkan oleh Pangeran Alaric yang merupakan keponakannya itu. Selama perawatan dari Pangeran Alaric, Winna perlahan
Peter bersama dua orang lainnya memasuki penginapan. Ia mengambil ruang paling besar yang terdapat dua ruang tidur. Masing-masing kamar berisi dua ranjang terpisah. Salah seorang ksatria pergi mencegat Lucas sedangkan yang lain memesan makanan. Peter sedang berada di kamarnya duduk terdiam dengan badan menyandar. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Tiba-tiba sekelebat bayangan terlintas dalam otaknya saat belati itu akan terlempar ke arahnya. Sebuah memori berputar acak yang membuatnya pusing. Namun, gambaran-gambaran tersebut sangat tak asing baginya. Beberapa hal pernah ia lihat dalam mimpinya. Hal itu membuat dadanya sesak dan nyeri. Tangan Peter terulur menyentuh dada kirinya merasakan detak jantungnya. Lucas memacu kudanya dengan sangat cepat sehingga dirinya dapat menyusul ayahnya yang telah berada di penginapan desa terdekat. Di gerbang salah seorang ksatria Chester sudah menunggunya. Usai makan bersama semua memasuki kamar untuk beristirahat tak terkecuali dirinya dan ayah
“Apa yang kau lakukan di sini?!” Lucas menatap tak percaya pada Alice. Seharusnya gadis itu sedang istirahat di kamarnya. Melihat sosoknya yang berjalan dengan kepala tertunduk membuat Lucas kesal. Alice ini benar-benar ceroboh. Dari mana datang pikirannya membuntuti mereka diam-diam begini. Beruntung sekelompok orang yang menghadang mereka tak menyadari kehadiran Alice. Kalau mereka tahu pasti orang itu akan melukai atau mungkin akan membunuhnya. Jika begitu, siapa yang bisa menolongnya karena Lucas atau bahkan seorang pun tak tahu tentang keberadaannya. “Ayah, maaf aku akan mengantar Alice kembali. Aku akan menyusul kalian secepatnya.” Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, Lucas langsung membawa pergi Alice. Kedua orang itu menaiki kudanya masing-masing. Peter hanya diam menatap kepergian putranya dan calon menantunya itu. Ia paham jika sekarang Lucas marah karena tunangannya diam-diam membuntuti mereka yang mana kepergian mereka ini sangat berbahaya. Baru saja mereka melewati ger
Lucas menjemput Alice ke kamar gadis itu dan mengajaknya pergi ke taman. Mereka berdua tengah menikmati pemandangan hamparan bunga yang bermekaran cantik di halaman tersebut. Alice yang sedang menikmati kue cokelatnya menggumam dengan puas. Melihat Alice yang sangat menikmati kegiatannya hari ini membuat Lucas jadi menatapnya dengan senang. Hari ini ia mengajak Alice bertemu karena dirinya ingin berpamitan dengan kekasihnya itu. Nanti malam ia dan ayahnya akan pergi ke tempat yang cukup jauh. Mungkin akan membutuhkan waktu hampir satu minggu untuk berangkat dan pulang. Maka dari itu, ia akan berpamitan pada Alice sekaligus memintanya untuk tetap berada di kediaman selama ia pergi. Tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih baik mereka berjaga-jaga agar terhindar dari hal buruk. Istana saat ini sedang berduka akan kematian Putra Mahkota. Maka, selama satu minggu pusat kota akan libur berativitas untuk menunjukkan kesedihan mereka. Namun, berbeda dengan kubu rival Putra Mahkota,
Lucas berdiri menunggu kedatangan seseorang dengan dua orang ksatria Chester bersamanya. Mereka bertiga sedang duduk di atas pohon yang lebat daunnya sehingga bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik. Bahkan pakaian mereka yang gelap semakin menyempurnakan persembunyian ketiga orang itu. Saat ini ketiga orang tersebut sedang menjalankan misi. Sesuai dengan yang dijanjikan di dalam surat Pangeran Alaric, Lucas saat ini berada di lokasi untuk menunggu. Lucas mengamati sebuh pintu kayu yang masih tertutup rapat itu. Itu adalah satu-satunya pintu masuk yang ada di sana. Lamanya ia mengamati dari atas pohon, akhirnya pintu itu terbuka. Seseorang memakai jubah bertudung warna hitam berjalan keluar dari pintu tersebut. Orang tersebut berhenti sejenak dan mengangkat tangannya membentuk sebuah kode yang ditangkap oleh Lucas. Dia pun melompat turun dan segera menghampirinya. “Yang Mulia …,” sapa Lucas dan orang itu mendongak menatapnya. “Apa kau sudah lama menunggu?” tanya orang tersebut. “
Di sebuah bangunan yang besar dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian hitam. Semua orang duduk berbaris rapi di sederet bangku panjang yang telah penuh itu. Beberapa menundukkan kepalanya dan sisanya menghadap ke depan menatap sesuatu di sana. Namun, ada kesamaan di antara mereka. Semua orang di sana memakai kain penutup mulut dan hidung karena bau busuk menguar membuat orang yang tidak tahan menciumnya akan muntah. Di ujung ruangan terdapat sebuah kotak kayu yang panjang dengan karangan bunga menghiasi di sekitarnya sekaligus menghalau bau busuk tersebut. Di sana ada seseorang tengah terbaring kaku dengan wajah pucat dan badan yang dingin. Pada bangku paling depan terdengar isak tangis seorang wanita. Wanita tersebut tak lain adalah Ratu Camellia. Sedangkan yang tengah ditangisinya adalah Putra Mahkota Albert. Pria tersebut semalam dinyatakan meninggal akibat penyakitnya yang rupanya semakin hari parah dan merusak organ tubuhnya. Tubuhnya menghitam dan membusuk membuat semua orang t