Rencana kepergian Erland ke luar negeri menjadi perdebatan baru, bahkan William membahasnya lewat sambungan di udara. “Apa seperti ini caramu memperlakukan aku yang telah banyak berjasa.”Erland mendesah penat. “Kita bisa membahas ini nanti. Aku sedang sibuk, aku yakin kau juga begitu.”“Aku tidak akan berhenti membahasnya. Aku akan melanjutkannya nanti.” Dengusan menjadi pengiring hingga akhirnya panggilan diakhiri.Erland membuang udara sangat panjang. “Itu bayi milik kami, tapi seolah bayi kami adalah hutang yang harus dibayar pada William.” Saat ini dia seakan terjebak di jalan buntu, tidak ada jalan keluar kecuali mengambil keputusan dengan cepat sebelum tertangkap. “Aku tidak boleh mengundur lagi, kami harus pergi secepatnya!” Sore ini dia akan kembali ke kediaman orangtuanya untuk membicarakan rencana kepergiannya ini, kali ini dirinya harus memastikan tidak boleh gagal, tidak ada lagi drama tertidur pulas hingga menelan pembahasan penting yang seharusnya sudah disampaikan.Nam
Keesokan paginya Amelia mulai berbenah, memersiapkan keperluannya di luar negeri, sedangkan Sopia menatap sendu. “Sayang ... harus ya kalian pergi?” Saat ini rasa kehilangan sedang membara di hati wanita ini melebihi saat Amelia berpamitan akan menuntut ilmu.“Mau bagaimana lagi, Erland harus pergi jadi Amei juga ....” Amelia sangat mengerti kesedihan yang dirasakan ibunya, tetapi dibandingkan tetap tinggal di sini supaya ibunya tidak bersedih, Amelia memilih tinggal bersama suaminya, berbakti pada teman hidupnya karena dia sangat mengerti posisinya kini yang harus selalu berada di sisi Erland.Sopia mendesah sendu, kemudian berkata pilu, “Kalian tidak akan pergi besok. Kenapa harus bersiap-siap sekarang?” Belaian lembutnya menghentikan gerakan tangan Amelia yang sedang memilah benda-benda miliknya.Amelia tahu isi hati ibunya karena itu juga yang dirasakannya dulu saat terpaksa berpisah dengan Kenzo. Senyuman diulas. “Amei tidak akan berbenah semua hari ini kok. Nyicil saja, supaya A
Waktu janjian telah tiba, kini Amelia keluar dari dalam mobil digiring oleh ibunya. “Ma, antar sampai di sini saja, Mama sama Kenzo tunggu saja di mobil.”“Sebenarnya apa yang akan kalian bicarakan? Sepertinya sangat rahasia,” kesal Sopia karena dirinya tidak dapat memerhatikan putrinya yang berjalan dengan perut besar. Wanita ini mengkhawatirkan langkah Amelia karena mungkin putrinya meleng kesana kemari.“Amei juga tidak tahu ...,” jujurnya berharap Sopia percaya sebelum menyimpan curiga atau mengomel.“Ya sudah, Mama memerhatikan kamu dari sini.” Sopia memilih mengalah, kemudian meminta salah seorang pelayan cafe untuk memapah Amelia.Setibanya di dalam cafe, tatapan Amelia menyusuri setiap sudut hingga akhirnya menemukan William yang sedang melambaikan tangan ke arahnya seiring berdiri gagah bersama senyuman hangat. Jadi, pria ini melanjutkan memapah Amelia hingga duduk nyaman di atas sofa. “Maaf kalau aku merepotkan kamu.” Kalimat lembut William sebagai pembukaan pertemuan mereka
Amelia tidak memberikan jawaban apapun, dia masih bergeming karena masih dalam suasana kaget. Perlahan wajahnya juga memucat, pandangannya kosong kemudian meneteskan air mata sendu.Saat ini William baru saja menyadari jika Amelia terluka, dia paling tidak suka melihat wanita terluka apalagi dia yang menjadi penyebabnya. “Mei ....” Suara lembutnya mencoba memanggil Amelia bahkan tangan wanita itu diraih, tetapi Amelia segera menarik tangannya.“Maaf Wil, aku harus pergi.” Suara Amelia tercekik rasa sakit. Entah kenapa permintaan William bisa sangat menyakitinya hingga seperti ini. Pun, bayangan kebaikan serta ketulusan William dulu seakan sirna. Amelia bangkit dari duduknya cukup bersusah payah, maka William membantu dengan sigap.Tatapan William memerhatikan wajah pucat bercampur sendu yang dilukis Amelia hingga tidak terbayangkan bagaimana ekspresi wajah Nitara kelak jika Amelia saja seperti ini. “Mei ... aku minta maaf jika kata-kataku tidak membuat kamu nyaman. Aku juga minta maaf
William segera beralasan untuk menjemput Erland, padahal niatnya ingin mencegah saudaranya supaya tidak berkunjung karena bisa saja kembarannya menceritakan permintaan besarnya di hadapan Nitara.Namun, sebenarnya Erland tidak berniat berkunjungi kediaman William. Dia hanya menggertak supaya saudaranya bersedia menemuinya yang sudah menunggu. Maka, rencananya berhasil. Saat ini Erland melihat William sedang berjalan tergesa-gesa ke arahnya. Dengusan adalah hal pertama yang ditunjukan William. “Kenapa harus datang kemari, apa kau sengaja ingin membongkar rahasia kita di hadapan Tara!”Amarah menyelimuti William, tetapi justru Erland bersikap santai, tetapi rahangnya menggertak dan dengan cepat mencengkeram kedua kerah kemeja saudaranya. “Lancang sekali kau, dan di mana hatimu, bisa-bisanya meminta bayi kami pada Amei!”“Kau tidak menyetujui permintaanku!” tegas William, kemudian melanjutkan dengan kedua mata memicing, “tepatnya tidak tahu diri padahal aku sudah membantumu di masa-masa
William tidak dapat berkata apapun karena ternyata sangat sulit menyembunyikan rahasia besar seperti ini, tetapi di balik kanyataan yang sedang dihadapinya sekarang pria ini juga menyesali pertemuannya dengan Amelia karena wanita itu di luar dugaannya. Mulut Amelia tidak terjaga sama sekali.Erland menyahut kalimat ayahnya, “Bagaimanapun yang terjadi dan sampai kapanpun Erland tidak akan pernah setuju untuk pertukaran bayi. Mungkin papa dan mama masih bisa merasa baik-baik saja karena bayi yang dilahirkan Amelia dan Nitara adalah cucu kalian. Tapi bagaimana dengan Amei, dia akan sangat menderita karena kehilangan bayinya, orangtuanya juga. Apakah mama dan papanya Amei bisa menerima bayi yang dilahirkan Nitara? Erland rasa kedua mertua Erland tidak akan menyayangi bayi yang dilahirkan Nitara sebanyak menyayangi cucunya sendiri.”Miranda dan Bagaswara mendengarkan kalimat Erland dari awal sampai akhir, keduanya juga mengerti bahkan sebelum Erland membahas hal ini. Memang benar, kedua cu
William tidak mengabarkan hal ini pada Erland, lagipula keputusannya sudah jelas bahwa bayi mereka tidak dapat ditukar. Jadi, dia akan bergerak tunggal saat memberikan pelajaran tidak terlupakan untuk Cristy.Pada sore harinya, William melakukan panggilan pada sahabatnya. “Datanglah ke apertemen, aku sedang merayakan pesta, aku mendapatkan kesuksesan yang harus dirayakan jadi kau harus terlibat,” kekeh hangatnya.Saat ini Cristy sedang berada di butiknya, dahinya segera berkerut heran, “Pesta kesuksesan? Yang aku tahu kau tidak pernah melakukan hal semacam itu.”“Bagaimana aku melakukannya, dulu aku bekerja di perusaan papa, sedangkan sekarang aku memiliki perusahaan sendiri, tentu saja kali ini aku harus merayakan kesuksesanku mengelola gedung milikku,” kekeh William lagi.Cristy tersenyum hambar, entah kenapa jantungnya berdebar tidak tenang. ‘Tepat hari ini aku mengatakan rahasia William dan Erland pada Tio, baru siang tadi. Tapi sekarang William mengundangku, apa aku harus menyetu
Tidak ada rasa bersalah dalam benak William justru dia harap dengan ini Cristy menyadari kesalahan besarnya. Pada siang harinya, Erland menemui William karena pria ini pikir seharusnya sudah tidak ada permusuhan lagi. Jadi dia bersikap santai dan hangat sebagaimana sikapnya pada William sebelum saudaranya ditelan keegoisan.Dugaannya memang benar, William kembali menjadi orang yang dia kenal. Hanya saja jauh di dalam hati saudaranya masih tersimpan keinginan untuk memberikan keturunan yang sempurna pada Nitara hanya saja hal itu sudah tidak dapat diungkapkan.Setelah pembahasan hangat layaknya ikatan kekeluargaan, Erland mulai menceritakan tentang butik milik Cristy. “Tadi pagi tanpa sengaja aku menyaksikan acara berita yang mengabarkan kebakaran. Sayangnya kebakaran itu terjadi di butik sahabat kita,” prihatinnya diperlihatkan.William tersenyum tipis. “Aku juga melihatnya.” Datarnya. Sebuah rokok diambil dan dinyalakan. Menghisapnya dengan santai seolah sangat menikmati.“Kasihan se
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka