Kali ini Jesica tidak menunjukan postingan Amelia pada ibunya, tetapi gadis ini segera memaki mantan pacar kakaknya lewat sambungan di udara, “Kamu memang manusia yang paling tidak punya hati. Mama meminta kamu menemui kakak walaupun cuma sebentar, tapi kamu tidak pernah peduli walaupun mama yang meminta. Andaikan kamu memang tidak mau menemui kakak, setidaknya hargai mama! Bagaimanapun yang terjadi sekarang, mama pernah menjadi calon mertua kamu.”Amelia mengerutkan dahinya. “Maaf Jesica sepertinya di sini ada kesalahpahaman.” Nada suaranya seperti biasa, Amelia tidak menunjukan kesal dan emosi apapun pada kalimat Jesica yang menurutnya sebuah tuduhan.“Salahpaham. Di mana letak salah pahamnya, Mei? Sudah jelas-jelas kamu tidak menghargai mama dan tidak peduli pada kakak!” Nada suara Jesica selalu erat dengan memaki.Kini suara Amelia sangat lembut. “Jesica ... coba jelaskan pelan-pelan, aku tidak mengerti kalau kamu tidak menceritakan permasalahannya dari awal.” Sejak dulu Amelia me
“Sayang. Aku baru saja mengetahui sesuatu dari William,” ucap lembut Erland yang masih melingkarkan pelukannya di pinggang Amelia, sedangkan sang istri menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Tentang apa?” sahut santai Amelia seiring menyaksikan sinetron yang tayang setiap hari, di jam yang sama. Hanya saja tidak setiap hari sinetron ini menjadi hiburan Amelia, wanita ini tidak memiliki tontonan khusus, maka salurannya sering berganti.“Tentang Tio dan ibunya.” Nada suara Erland biasa saja, tetapi tentu saja Amelia segera mengerjap dan meninggalkan bahu Erland untuk menatap suaminya.“Ka-mu, sudah tahu?” Hati Amelia tidak tenang karena mungkin Erland akan merasa cemburu.“Tahu, Sayang.” Senyuman teduh Erland, kemudian mendesah mengasihani Amelia. Tangan kanannya mengusap lembut pipi sang istri, “Sekarang keluarga Tio membenci kamu. Seharusnya temui saja Tio, andaipun tidak mau, mungkin kamu bisa melakukannya demi ibunya Tio.” Kalimat lembut Erland yang memilih memberikan izin untuk
Lewat tengah hari Erland dan Amelia barusaja kembali, mereka membawa oleh-oleh untuk Kenzo dan juga Sopia serta Adhinatha walaupun Adhinatha tidak di rumah. Sopia segera mengajukan pertanyaan sebelum menerima buah tangan dari anak dan menantunya, “Bagaimana tadi di sana, apa Tio menggila dengan tidak tahu dirinya memeluk kamu, Mei!” Sebenarnya ini lebih ke arah cemas dan kesal dibandingkan pertanyaan biasa saja.“Tidaklah Ma ... Tio tidak akan melakukannya.” Amelia harus berhasil meluruskan prasangkan ibunya karena jika tidak, itu akan menjadi sangat berbahaya di kemudian hari atau bahkan di menit berikutnya.“Karena dia sangat tergila-gila sama kamu, Mei. Makannya Mama berpikiran negarif pada Tio!” ungkapan hati Sopia karena tidak dapat menahannya.“Mama tenang saja ... Tio tidak begitu, Tio masih tahu diri kok.” Bukan karena membela mantan kekasihnya, tetapi kenyataannya memang seperti itu, Tio tidak pernah melancarkan sentuhan fisik padanya apalagi dengan memeluk yang jelas sangat
Hari berganti, Cristy mengunjungi kediaman Tio sesuai permintaan Jesica kemarin hanya saja terdapat niat terselubung, selalu saja ada udang di balik batu. “Aku ingin mendengar pertemuan Tio dan Amelia kemarin, kamu mau menceritakannya kan, sepertinya sangat menyenangkan. Hihi ...," pinta santainya untuk menyembunyikan maksudnya.“Kemarin Amelia berbicara cukup banyak dengan kakak. Kak Tio sangat senang dan sampai hari ini kakak menunjukan semangatnya untuk sembuh. Intinya kedatangan Amei kemarin sangat mempengaruhi kakak, seolah Amelia mampu membangkitkan aura positif kakak.” Cerita ceria Jesica.“Syukurlah." Senyuman tulus Cristy karena Tio memang berhak sembuh dan bahagia walau tanpa Amelia. “Lalu bagaimana dengan Erland. Apa dia tidak cemburu sama sekali melihat Amelia bertemu Tio?” Wanita ini mulai menggali informasi penting yang menjadi tujuannya datang kemari.“Erland menunggu di ruang tamu bersama mama. Dia mengerti dengan sendirinya kalau kakak tidak nyaman melihatnya.” Jesica
Beberapa hari berlalu, William kembali setelah satu bulan tinggal di kota berbeda dengan Nitara. Maka, saat dirinya melihat senyuman di wajah istrinya rasa rindu segera ditumpahkan. Pria ini memeluk Nitara sangat lama tanpa peduli walaupun saat ini kedua mertuanya menyaksikan mereka. “Sering sekali aku kesulitan tidur karena mengingat kamu, Sayang,” ungkap William saat menyalurkan rasa rindunya yang dalam.“Aku juga begitu ... apalagi di awal kepergian kamu, aku sangat kehilangan karena biasanya kita selalu tidur berdua dari malam sampai pagi.” Nitara tenggelam dalam dekapan William, tetapi tidak membalas memeluk dengan melingkarkan kedua lengannya yang mulai berlemak karena tubuh kekar William tidak sanggup dipeluk sepenuhnya saat keadaan hamil.“Sekarang kita akan tidur berdua lagi, Sayang. Ehm, maksudnya bersama anak kita,” kekeh bahagia William yang masih melingkarkan pelukan di tubuh Nitara sekalian mengecup puncak kepala istrinya beberapa kali. Kini, lingkaran tangannya terlepas
Pada sore harinya, Erland bersama Bagaswara mengunjungi kediaman mereka. William sudah di sana sejak pagi, dengan sengaja mengulur waktu hanya untuk menemui saudara kembarnya. Saat ini William meninggalkan tongkat golf yang sejak tadi menemaninya untuk mengisi waktu. Pelukan saudara kembar segera saling menyahut. “Apa kabar, Brother?” Wiliam mengawali percakapan.“Sangat baik. Lalu bagaimana dengan saudaraku?” Senyuman lembut Erland bersama penuh rasa syukur karena William kembali dengan selamat dan sehat, dan yang paling penting bahagia.“Aku sebaik dirimu.” Keduanya kembali saling menepuk punggung mereka yang dipenuhi dengan otot kekar, kemudian mulai saling melepaskan. William segera mengajak saudaranya bermain golf bersamanya, sedangkan Bagaswara melepas penat dengan menyaksikan kedua putranya.Miranda datang bersama empat buah minuman, pun pelayan mendampingi seiring membawakan banyak camilan segar dan camilan yang mampu mengganjal lapar. “Anak-anak kita sudah berkumpul, Pa ....”
Hari berganti, Kenzo digendong oleh Erland setelah keduanya menyelesaikan sarapan. Amelia mengajukan pertanyaan sebelum anak dan suaminya berlalu, “Kamu sudah menghubungi mama, kan?”“Sudah, Sayang. Mama sangat gembira, pasti papa juga. Tadi katanya papa sedang mandi.”“Baiklah, selamat bersenang-senang Sayang ....” Kecupan Amelia menjadi pengiring kepergian buah hatinya.Sopia dan Adhinatha berdiri di belakang Amelia, mereka menginginkan giliran untuk memberikan ciuman penuh kasih sayang sebelum berpisah dengan cucu yang bak putra mereka. Jadi, setelah Amelia puas menciumi putranya, maka kini giliran kakek dan neneknya yang terkesan over saat melepaskan Kenzo.“Mama sama Papa bisa biasa saja, kan. Nanti Kenzo pulang lagi, kok!” heran Amelia sekaligus mengejek sikap ayah dan ibunya.Sopia segera memerotes, “Kapan lagi coba bertemu Kenzo. Bagaimana kalau Kenzo pergi selama satu minggu atau jangan-jangan satu bulan!”“Mudah saja, Mama tinggal menjenguk Kenzo, Amei juga akan ikut karena
Cristy mendesah, “Aku terlanjur mencintainya.”“Perasaan memang tidak dapat diatur harus mencintai siapa, tapi aku harap kamu mau menggunakan logika.” Erzhan tidak berhenti menasihati, “tetapi kembali lagi pada kamu, kamu yang berhak mengambil keputusan.”“Aku akan tetap mencintainya walaupun sangat menyakitkan,” desah lirih Cristy.“Jangan berikan tubuhmu bagaimanapun kamu mencintainya. Pria akan sangat menyukainya, tetapi bukan berarti akan menikahimu.” Erland mengulang nasihatnya yang ini supaya kawannya tidak dibutakan oleh cinta.“Aku akan memikirkannya.” Cristy masih memasang wajah membatin seolah perasaannya sangat menyiksa. Tetapi aktingnya tidak sepenuhnya dusta karena memang perasaan pada Erland sering membuatnya terluka, tetapi anehnya rasa itu tidak ingin dihilangkan justru semakin menjadi.Erland membantu mengisi piring Cristy. “Makanlah dulu, jangan biarkan makanannya menjadi dingin.” Tatapan lembutnya, sedangkan Cristy menyahut dengan anggukan polos seakan dia memang wa
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka