Cristy mendesah, “Aku terlanjur mencintainya.”“Perasaan memang tidak dapat diatur harus mencintai siapa, tapi aku harap kamu mau menggunakan logika.” Erzhan tidak berhenti menasihati, “tetapi kembali lagi pada kamu, kamu yang berhak mengambil keputusan.”“Aku akan tetap mencintainya walaupun sangat menyakitkan,” desah lirih Cristy.“Jangan berikan tubuhmu bagaimanapun kamu mencintainya. Pria akan sangat menyukainya, tetapi bukan berarti akan menikahimu.” Erland mengulang nasihatnya yang ini supaya kawannya tidak dibutakan oleh cinta.“Aku akan memikirkannya.” Cristy masih memasang wajah membatin seolah perasaannya sangat menyiksa. Tetapi aktingnya tidak sepenuhnya dusta karena memang perasaan pada Erland sering membuatnya terluka, tetapi anehnya rasa itu tidak ingin dihilangkan justru semakin menjadi.Erland membantu mengisi piring Cristy. “Makanlah dulu, jangan biarkan makanannya menjadi dingin.” Tatapan lembutnya, sedangkan Cristy menyahut dengan anggukan polos seakan dia memang wa
Saat kedua pria ini menghabiskan rokok mereka, Cristy barusaja berpamitan. “Selamat bekerja untuk kalian berdua.” Senyuman lembutnya.“Biar aku antar sampai ke pintu utama,” tawaran tidak terduga dari Erland hingga Cristy mengerjap senang, tetapi dia mencoba jual mahal layaknya wanita pada umumnya.“Tidak perlu, aku tidak ingin merepotkanmu.”“Tidak apa, lagipula aku masih senggang. Mari.” Erland memperlakukan Cristy sebagaimana seorang teman, tetapi tetap sopan dan sedikit formal karena ini lingkungan berbisnis, apalagi mereka meninggalkan ruangan yang bisa juga disebut sebagai tempat privasinya Erland.William berkata, “Biarkan Erland mengantarmu. Ada banyak pria lajang di sini, mungkin mereka akan menggodamu.” Tawa singkatnya hingga membuat pipi Cristy sedikit merona. Siapa yang tidak akan bangga dikelilingi dua orang pria tampan seperti ini?Maka, kini Erland berjalan bersisian dengan Cristy. “Ingat pesanku.” Ini adalah tujuannya memberikan perhatian lebih pada kawannya sampai-sam
Cristy tidak berlama-lama bersama Amelia karena dia memilih melayani custamer lain untuk menghindari Amelia hingga sahabatnya berlalu setelah mendapatkan perlengkapan Kenzo untuk melewati musim panasnya. Kini, Sopia sedang duduk di sisi putrinya. “Lebih baik pakaian Kenzo diantar sekarang saja.”“Ya sudah, terserah Mama saja. Lagian Amei sudah kangen Kenzo.” Senyuman merekah karena bagaimanapun dirinya di mata Kenzo sekarang, putranya tetaplah orang pertama yang akan selalu dia rindukan.Jadi, Sopia dan Amelia mengunjungi kediaman Bagaswara yang hanya dihuni oleh Miranda, Kenzo dan banyak pekerja. Kenzo segera berlari kecil menuju ibunya saat melihat Amelia tersenyum merekah padanya. Panggilan mama digunakan dengan sangat ceria oleh malaikat kecil, sangat terlihat jika Kenzo juga merindukan ibunya.“Apa Kenzo rewel?” tanya Sopia sekalian menebak.Miranda memberikan jawaban lembut, “Tidak sama sekali. Kenzo sangat tenang dengan mainannya.”“Syukurlah ... saya kira Kenzo akan mengamuk,”
Malam ini semua orang tetap berkumpul, mereka menginap di kediaman Bagaswara kecuali Adhinatha yang memilih kembali ke kediamannya karena harus mengerjakan sesuatu.Kesesokan paginya semua orang tetap sarapan bersama, kemudian para pria bekerja sedangkan Amelia dan Nitara masih berada di sana, apalagi Amelia ditahan pulang oleh Miranda karena Nitara akan kembali bersama orangtuanya.“Mei, kamu temani saja mama selama beberapa hari,” kekeh Nitara yang masih merindukan suasana tempat kelahirannya.“Iya, tapi aku tidak yakin betah di sini.” Amelia tidak menutupinya, lagipula Nitara merupakan ipar sekaligus sahabat.“Pasti kamu betah kok. Mama sangat baik, apalagi Kenzo kan di sini, kok bisa sih kamu tahan berpisah sama anak?” heran Nitara karena walaupun dirinya belum memiliki pengalaman memiliki seorang anak, tetapi sudah terbayangkan jika dirinya akan selalu berada di samping anaknya karena tidak sanggup berpisah.“Sudah biasa. Hihi ....” Itu karena masa lalunya dan Kenzo yang sering t
Nitara mencoba mencari jawaban atas kebingungannya. “Ma, tadi tidak sengaja Tara mendengar Cristy menyebutkan Erland, seakan Cristy ingin sekali selalu menemui Erland. Apa Tara harus mengatakannya pada Amei?”“Cristy yang dulu sering kesini?” Mamanya Nitara tidak mengenal kawan-kawan putrinya selain Cristy karena setelah lulus sekolah tidak pernah ada yang berkunjung ke rumah selain wanita itu. Nitara terlalu malu menunjukan keadaannya, apalagi pada kawan-kawan bekerjanya, hanya saja Cristy berbeda dengan yang lain, yang cara bicaranya sangat tinggi. Cristy sama seperti Amelia maka dari itu Nitara bisa dengan luwes bergaul dengan keduanya.“Iya, sekalian pemilik butik yang tadi kita kunjungi.”“Tadi kalian duduk bersisian, kenapa tidak menyapa kawan kamu?” heran wanita ini karena yang dia tahu persahabatan putrinya dengan wanita bernama Cristy sangat lengket.“Tadi maksud Tara memang ingin menyapa. Hanya saja Cristy aneh, jadi Tara terlalu canggung menyapa.”“Lebih baik dibiarkan saja
Hari berganti, Nitara mencoba mencuci otak Amelia untuk kebaikan sahabatnya. “Mei, mungkin untuk siang ini kamu harus mengirimkan makan siang pada Erland sekalian menemani suami kamu makan siang, aku dengar kamu sering memasak bekal makan siang. Hihi ....” Panggilan udara dihubungkan sekitar pukul delapan pagi setelah William meninggalkan rumah menuju gedung perusahaan miliknya sendiri.“Iya, hampir setiap hari aku membuatkan bekal, hanya kemarin saja aku tidak membuatnya karena Erland melarang. Hihi ....”“Kenapa melarang?” Nitara pikir itu karena pertemuan Erland dengan Cristy walau dia sudah mendengar jika kemarin sahabatnya mengunjungi Tio, bukan Erland.“Kemarin Erland terlalu sibuk, jadi katanya entah jam berapa dia bisa makan. Tapi ternyata saat pulang Erland tidak makan siang sama sekali. Kasihan sekali suamiku,” desah Amelia.Nitara barusaja mendapatkan jawaban atas kecurigaannya. Lalu dengan antusias kembali mencoba mempengaruhi Amelia. “Kalau begitu lebih baik siang ini kam
Beberapa bulan berlalu, Cristy tidak pernah berhasil menemui Erland walaupun akhirnya dia mengetahui jika pria itu sudah memiliki gedung perusahaan sendiri itu karena kehadirannya sering mendapatkan penolakan, bukan karena Erland tidak ingin menemui salah satu sahabatnya, melainkan dirinya terlalu sibuk. Semua orang yang ingin menemuinya harus memiliki janji sekiranya dua sampai tiga hari ke belakang, semua janji pertemuan diurus oleh sekretarisnya.Cristy sempat meminta sekretaris Erland untuk memertemukannya dengan sahabatnya, tetapi tidak berhasil karena selalu saja jam kerja sang bos besar sudah terisi oleh berbagai macam hal yang membuatnya harus mengesampingkan Cristy.Erland sempat berpesan pada sekretarisnya untuk menolak dengan halus semua kawannya yang ingin bertemu karena dia tidak ingin mencampurkan urusan bisnis dengan kawannya yang bisa ditemui di luar jam kerja. Tetapi nyatanya semua waktu senggangnya digunakan untuk Amelia dan Kenzo.Kini, kehamilan Amelia sudah memasu
Hari ini Amelia dan Nitara membuat janji dengan Cristy, keduanya ingin membeli perlengkapan bayi di butik milik sahabatnya. Kini mereka sudah mengetahui jenis kelamin bayinya jadi tidak ada alasan untuk tidak melengkapi semua keperluan bayi. Kedua wanita ini ditemani ibunya. Maka, justru yang lebih aktif memilih adalah orangtua mereka.“Kita duduk saja, kita memilih sisanya saja.” Pasrah Amelia seiring menopang perut besarnya saat hendak duduk di sofa. Ukuran kehamilannya memang sedikit lebih besar dari Nitara, pun berat badan bayinya memang melebihi bayi yang berkembang dalam rahim sahabatnya.“Tadi sebelum kesini aku sudah banyak bertanya pada mama tentang apa saja yang harus dibeli. Aku kira mama tidak akan seaktif ini memilih. Hihi ....” Nitara membiarkan ibunya tanpa memerotes, dirinya sama seperti Amelia yang memilih pasrah.“Kalau aku sih tidak perlu bertanya-tanya lagi, aku sudah tahu semua perlengkapan bayi. Hanya tinggal memilih model dan warna yang berbeda saja. Hihi ....”
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka