Saat ini suasana hati Erland tidak baik, tetapi sejurus kemudian dia berusaha memaklumi Emily yang tidak berubah sejak saat kuliah. Jadi, keduanya memesan sebuah meja, menyantap hidangan makan malam bersama. “Apa kesibukanmu?” Pria ini mengawali pertanyaan supaya suasana tidak canggung. Sebuah makanan berkalori rendah dipilihnya, disantap perlahan walau makanan di hadapannya sama sekali tidak menggugah selera akibat kebohongan yang dilakukan Emily hingga dirinya berakhir di tempat ini.“Tidak ada, aku hanya sedang menghabiskan uang papa sebelum papa memblokir atmku,” desah Emily seolah menjadi orang paling menyedihkan dengan banyak masalah.“Sudah pulang ke rumah?” Datar Erland, tetapi mencoba hangat. Walaupun di hadapannya adalah seorang wanita yang pernah mengisi hari-harinya, tetapi kini semua sudah sirna, tidak akan ada masa lalu yang terulang.“Belum, mana bisa aku pulang sekarang. Aku masih sangat sakit hati oleh perkataan papa dan niat papa menjodohkanku. Erland, tolong aku. Ja
Bagaswara terpaku sesaat, dirinya kaget, tetapi bukan karena kabar Erland menghamili seorang wanita bernama Emily, melainkan karena kabar ini tidak masuk akal. Bagaswara mengambil udara cukup panjang kemudian berkata santun dan propesional pada salah satu koleganya, “Pertama, saya memohon maaf jika mungkin perkataan saya lancang, tapi dengan berat hati saya katakan jika dugaan Anda kepada putra saya sangatlah salah.”Seketika, pria ini semakin naik pitam. “Tidak ada yang salah, Tuan Bagaswara. Sudah jelas putra Anda menghamili putrinya saya. Bahkan sekarang Emily sedang tidak sadarkan diri, putra Anda sendiri yang membawanya!”“Jika diizinkan, saya meminta berbicara dengan Erland sebentar.” Bagawara menghadapinya dengan tenang toh Erland tidak bersalah sama sekali untuk apa grogi dan hal sejenis lainnya. Kebenaran selalu menang.Pria ini menatap Erland dengan sengit, kemudian menyalakan load speaker. “Tuan Bagaswara ingin bicara.”“Iya.” Erland segera menanggapi kalimat pria di hadapa
Tanpa aba-aba Erland kembali menutup pintunya bahkan di hadapan wajah Emily sekali pun, hingga wanita itu menganga mendapatkan sikap seperti ini dari Erland. “Erland, kenapa kamu menutup pintunya? Aku mau bicara ....” Wanita ini sedikit berteriak walau tidak sampai menggedor pintu.“Astaga ....” Erland memegangi pelipisnya seiring menggelengkan kepala. Dirinya baru saja terbangun dari dunia mimpi, tetapi saat membuka mata justru sumber masalah yang dilihatnya bahkan alasannya terjaga karena Emily si sumber masalah itu sendiri.Sengaja Erland menutup pintunya saat mengetahui tamunya karena dirinya yakin Emily hanya akan membuat keributan dengan kalimat bertele-bele yang menjurus pada kehamilannya yang harus menjadi tanggung jawab dirinya. Erland tidak ingin terlibat dengan urusan tidak penting, maka dirinya harus mengabaikan wanita itu sekalian menjaga hati Amelia yang sedang menantinya.Piyama tidurnya ditanggalkan, hingga hanya menyisakan celana panjang, handphone diperiksa sebelum m
Erland berjanji akan datang untuk menyelesaikannya walaupun sebenarnya malam hari adalah waktunya beristirahat. “Ini sangat memuakan!”Di sisi lain, William menemui Tio saat dirinya senggang. Sahabatnya masih dalam perawatan, tetapi dia menjalani perawatan di rumah. “Bagaimana kabarmu, brother?” sapa hangat William seiring adu tinju dengan Tio.“Seperti yang kau lihat. Aku berada di atas kursi roda,” desahnya. Ini adalah keadaan paling buruk sepanjang sejarah hidupnya. Tio tidak menyangka jika penyakitnya ini akan menggerogoti kesehatannya sampai sejauh ini. Ini terlalu di luar dugaan dirinya.“Tak apa, jangan pantang menyerah, kau akan sembuh,” kekeh William untuk memberikan support hidup pada Tio.“Entahlah, sekarang setiap hari aku hanya pasrah dan aku siap kapanpun malaikat maut menjemputku.” Datar Tio seiring memandangi langit luas di luar sana.“Hei, jangan bicara gegabah seperti itu karena malaikat maut juga tidak akan gegabah.” Tawa kegelian William, “sudahlah, akhirnya semua
“Cukup, Emily!” bentak ayahnya yang terlalu malu pada Erland. Apalagi akibat putrinya sendiri bisnisnya dengan Bagaswara dibatalkan. “Apapun yang kamu lakukan Erland tidak akan pernah bertanggung jawab. Jika kamu seperti ini terus, biar Papa saja yang mati!”Kedua mata Emily melebar gelisah mendengar niat ayahnya serta melihat raut wajah sang ayah yang seolah lelah dengan dirinya. Maka, pisaunya dijatuhkan begitu saja. Saat inilah Erland meraup Emily, merangkulnya hingga duduk di sisi ayahnya, sedangkan pengacara mengamankan pisaunya supaya kejadian seperti ini tidak terulang.Tuan rumah tampak sangat kacau, dirinya harus menanggung malu sangat besar di hadapan Erland, ditambah prilaku nekad Emily demi mendapatkan Erland. Suasana hening cukup lama, ruangan hanya diisi oleh isak tangis wanita yang mengasihani prilaku putrinya. Setelah beberapa lama, pria ini berkata pada Erland, sikapnya sangat merendah, “Lagi-lagi saya harus meminta maaf pada Tuan Erland. Tapi tidak sepantasnya Tuan E
Satu minggu berlalu, Erland tidak pernah mendengar nama Emily bahkan tidak pernah melihat wanita itu lagi. Kini, gedung perusahaan juga semakin berkembang. Sejak dirinya membuka pendaftaran online banyak sekali yang diwawancarai oleh William hingga setiap harinya sekitar dua puluh orang masuk menjadi karyawan baru bahkan lebih. Pekerjaan saudaranya sangat membantu jadi yang biasanya kurang dari sepuluh orang saja yang masuk, kini jumlahnya dua kali lipat.Erland berjalan mengitari beberapa lantai yang dihuni oleh karyawan. Gedung ini tinggi, tetapi hanya sekitar empat lantai saja yang baru terpakai. Pria ini tidak terlalu memecah karyawan, menurutnya mereka harus tetap berdekatan apalagi jumlah team masih terbilang sedikit. Tujuannya supaya komunikasi antar karyawan bisa berjalan lebih lancar.Wajah ramah nan hangat dipasang setiap kali Erland berpapasan dengan karyawan atau dengan sengaja melihat hasil kerja mereka. Maka, di sini Erland dikenal sebagai atasan yang sangat ramah hingga
“Tunggu!” Tio segera mencegah Emily karena terlalu takut wanita itu akan kembali berbuat nekad, rangkulannya kembali melingkar di tubuh si wanita, meraupnya dengan lembut. “Duduklah ....” Bahkan kalimatnya senada dengan sikapnya. Maka, akhirnya Emily dibuat tenang. “Minum dulu, walaupun mungkin tidak akan menghentikan efek obatnya, tapi setidaknya kamu akan merasa lebih tenang setelah meminumnya.” Masih sikap lembut Tio saat menyodorkan segelas susu pada wanita yang sedang mengandung anaknya.Emily dibuat luluh oleh sikap Tio, maka dengan senang hati segelas susu dihabiskan hingga tandas. Padahal sikap Tio yang ini karena dia masih tidak ingin kehamilan Emily tercium oleh orangtuanya. “Aku sudah menghabiskannya, tapi bagaimana kalau misalnya segelas susu ini menyelamatkan bayinya. Apakah kamu siap menikahiku?” Emily mulai percaya diri jika Tio memerdulikannya. Maka pertanyaan seperti ini segera dilontarkan.Tio tersenyum hambar. “Istirahatlah di kamar sambil menunggu hasilnya.” Jadi,
Nitara hanya diam tanpa mengatakan cemburunya, dia hanya akan memerhatikan suaminya diam-diam. Pun, senyuman manis dipasang saat satu persatu sandal dipakainya. “Semua sandalnya sangat nyaman. Apa kamu yang memilihkan modelnya?” Ini bukanlah pertanyaan yang sebenarnya karena maksud Nitara hanya ingin tahu sedekat apa suaminya dan sahabatnya.William terkekeh sebelum memberikan jawaban, “Iya, Sayang. Aku yang memilih modelnya, aku sangat mengerti bagaimana selera kamu.”“Sweet sekali ....” Untuk yang ini Nitara dibuat luluh, sedangkan perasaan cinta semakin bersemi di hati William.Hari berganti, William kembali ke perusahaan dan kembali menerima banyak pelamar kerja juga kegiatan mewawancarai terus berjalan. “Aku rasa perusahaan sudah tidak terlalu kosong, setiap hari ada cukup banyak karyawan masuk.” Senyuman diumbar bangga atas kerjasama yang sangat baik antara dirinya dan Erland. “Saat ini Erland membentuk perusahaan dari nol, lalu di bulan berikutnya aku harus mengembangkannya sek
“Eu ... lumayan. Tidak salah kan, Zeel berdekatan sama tantenya.” Saat ini jantung Amelia mulai tidak tenang karena mungkin dirinya salah telah membicarakan hal ini dengan Erland. “Tidak, tidak salah sama sekali. Yang salah adalah jika terlalu dekat. Jangan sampai Zeel menganggap Tara sebagai ibunya. Kamu tahu sendiri seorang bayi akan mengenali aroma ibunya, jika Tara terlalu dekat dan sering berdekatan dengan Zeel bukankah ada kemungkinan Zeel akan nyaman dengan tubuh Tara dan salah mengenali aroma tubuh tantenya sebagai aroma tubuh ibunya.” Tatapan Erland sangat serius kala membahas hal yang tidak disukainya. “I-ya. Tapi itu tidak akan terjadi.” Senyuman hambar Amelia yang mulai gagap hingga Erland mampu membaca hal tidak beres, tetapi dia tidak akan menginterograsi Amelia karena tidak seharusnya seorang istri yang telah melahirkan anak-anaknya mendapatkan pertanyaan memojokan. Justru Erland memberikan kecupan hangat di dahi Amelia. “Beristirahatlah ..., tapi aku tinggal sebenta
Amanda kembali pada Amelia, tetapi tidak mengatakan apapun walaupun mungkin keputusannya kurang tepat. “Kak?” sapa Amelia yang melihat kebingungan di wajah Amanda, “ada apa? Kakak lagi bingung ya, kenapa? Eh, tapi bukan Amei mau ikut campur ya Kak. Hihi ... tapi Kakak bisa berbagi apapun kok sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda mendesah. “Iya, ada hal yang membuat Kakak bingung. Apa itu terlihat sangat jelas?” Bukan hanya raut wajahnya saja yang mengatakan isi hatinya, tetapi juga tatapan matanya.Amelia terkekeh sebelum berkata, “Iya Kak, terlihat sangat jelas. Apalagi kita sudah sangat dekat, jadi sepertinya Amei bisa melihat hal sekecil apapun dari Kakak. Hihi ....” Kekeh kecilnya ditambahkan, kemudian memandangi Amanda penuh peduli, “Apa itu, Kak? Cerita saja sama Amei. Jangan sungkan.”Amanda kembali mendesah. “Itu ... tentang hal besar Mei. Kakak masih memikirkannya karena Kakak tidak yakin apa prasangka Kakak benar. Tapi ... Kakak rasa memang benar.”“Ikuti saja kata hati Kakak,
Saat ini Nitara sedang menyaksikan Amelia saat bersama dengan Grizelle. Miranda sudah turun lebih dulu, tetapi wanita ini ingin menyaksikan malaikat kecil dari atas sini karena wajahnya begitu manis dan cantik dengan sentuhan kehangatan. Dia menilai jika bayi perempuan itu akan tumbuh menjadi manusia yang sangat ramah. “Sayang ...,” panggilan Miranda saat beberapa anak tangga sudah dipijaknya seiring menggendong Galaxy. “Eu-iya Ma.” Nitara segera bergegas menuju punggung Miranda. Tangga rumah ini cukup luas, bisa langsung dipijak tiga sampai empat orang sekaligus, hanya saja Nitara tetap ingin berada di belakang mertuanya dibandingkan di sisinya supaya tetap dapat menyaksikan wajah Grizelle. ‘Andai kamu menjadi anakku. Bagaimanapun caranya, jadilah anakku.’Kini, Nitara dan Miranda sudah bergabung dengan Amelia dan Sopia yang asik mengasuh Grizelle. Saat Galaxy tiba, tentunya semua orang merasa lebih bahagia. Saat ini Sopia menyisipkan kata pamitannya pada sang besan. “Saya akan pu
Saat ini hati Cristy bergetar, entah mengapa?“Astaga ... sepertinya karena aku sering bertemu Tio jadi sekalinya tidak bertemu akhirnya seperti ini. Aku memikirkannya. Ck!” Cristy tidak menyukai perasaan seperti ini, tetapi terpaksa harus menjalaninya karena sudah menjadi ketentuan alam. Wanita ini sedang merias bunga kertas di rumahnya untuk nantinya sekalian dijajakan di butik. “Tio bisa melibatkanku dalam acara amalnya, tapi aku tidak mau bukan tidak bisa melibatkan Tio dalam kegiatanku, biarkan saja dia beristirahat di masa pemulihannya.” Udara panjang dibuang.Namun, karena isi kepalanya sering mengarah pada Tio akhirnya Cristy mencoba menghubungi saat menuju butiknya. “Hi, apa kabar hari ini?” kekeh kecilnya.Di luar dugaan Cristy, karena Tio terkekeh ceria, “Aku suka mendapatkan panggilan darimu. Jadi sudah dapat disimpulkan jika aku baik-baik saja.”“Ayolah ... yang serius, jangan menggoda. Bukan waktunya!” Cristy tidak luluh karena saat ini dia sedang ingin mendengar kabar p
Bibi tidak meninggalkan kamar Amelia karena Kenzo asik bermain mobilannya di sana. Maka, saat Amelia menyelesaikan mandinya wanita ini kembali bertemu dengan anak sulungnya. “Kenzo lagi apa ... Mama jemput Zeel ya sebentar biar kalian main berdua,” kekeh bahagianya karena kehidupannya penuh warna dan cerita. Amelia segera menuju anak keduanya setelah wanita ini membersihkan diri, tetapi dia belum memompa asi, lagipula Grizelle barusaja menyusu pada Nitara, asinya juga belum terkumpul banyak, terlalu tanggung jika harus dipompa sekarang. Di ambang pintu, dia kembali menyaksikan jika Nitara bersenandung untuk putrinya walaupun Grizelle terlelap sangat nyenyak. Senyuman melengkung. “Sesayang itu Tara sama Zeel ....” Amelia merasa sosok Nitara tidak akan ditemuinya pada diri orang lain. Saat ini Galaxy menangis, maka Nitara segera menyuruh babysitter menggendong putranya sekalian menghangatkan susu. Saat ini Amelia sedikit keheranan karena seharusnya Galaxy bisa menyusu langsung pada ib
Bibi menghampiri Amelia yang sedang bersiap-siap mandi sekalian memompa asi. “Non, sedang sibuk?” tanya santai wanita ini seiring menuntun Kenzo masuk ke dalam kamar Amelia.“Tidak Bi, ada apa, Kenzo rewel mau sama Amei?” tebak Amelia karena bibi tiba bersama putranya walaupun itu tidak aneh, Kenzo adalah tanggung jawab bibi selama dirinya dan keluarganya tidak dapat memerhatikan malaikat kecil satu ini. “Tidak Non. Bibi hanya mau bicara sebentar, apa Non Amei ada waktu?” Sedekat apapun wanita ini dengan nyonya muda Amelia, dia tetap harus mengingat posisinya, dan walaupun dirinya mendapatkan kepercayaan penuh menjaga Kenzo. Maka, sikapnya tidak pernah berlebihan, selalu di dalam batas. “Silakan, Bi ....” Amelia tidak akan pernah menolak kehadiran wanita itu. Maka, kini keduanya duduk bersebelahan di atas sofa yang sama, sedangkan Kenzo anteng bermain di karpet empuk di dekat kaki ibunya. Tidak lupa, wanita ini menjamu bibi. Jadi, keduanya meminum teh bersama. “Apa yang akan bibi bi
William dan Erland tiba bersamaan ke kediaman Bagaswara. Keduanya membawa makanan buah tangan dari restoran milik Tio hingga Amelia dan Nitara antuasias menyambut karena sudah cukup lama keduanya tidak merasakan cita rasa menu dari restoran berbintang itu. “Aku rasa Tio sukses mengguncang dunia kuliner,” kekeh Erland saat berkelakar. Amelia segera menyahut saat menyuap, “Memangnya kenapa, apa restoran Tio menjadi sangat viral?” Kekeh ditambahkan. “Aku rasa hanya Tio yang mengadakan acara amal di restoran. Itu sangat bagus, gerakan yang dilakukannya sangat bermanfaat untuk banyak orang. Apalagi untuk orang-orang jalanan karena Tio tidak pandang bulu saat memberi,” penjelasan terperinci diberikan Erland bersama pujiannya. “Ya, itu bagus sekali.” Pun, Amelia melanjutkan kalimat pujian suaminya, tetapi saat ini terdapat tatapan tidak suka Sopia.‘Kamu ini Mei. Memuji mantan pacar di hadapan suami!’ Ingin sekali segera menyampaikan kalimat itu, tetapi suasana makan tidak boleh dirusak
Sopia barusaja kembali pada sore hari karena kegiatannya hari ini bukan hanya bertemu dengan ibunya Tio saja. Wanita ini menceritakan aksi sosial pemuda itu pada Amelia, tetapi bukan berarti mengagumi, dirinya hanya merasa heran karena Tio membagikan makanan gratis sebanyak itu. Maka, Amelia menyahut sesuai dengan pandangannya. “Bagus kan, Ma. Lagian tidak aneh kok Tio berbagi. Dari dulu Tio memang begitu. Cuma yang Amei tahu tidak sebanyak dan sebesar itu sikap sosialnya.” “Sayang sih kalau menurut Mama. Terlalu mubajir.”“Ya ampun Ma ... tidak ada kebaikan yang mubajir.” Bukan mencerami ibunya, Amelia hanya sedang mengingatkan.Namun, pembahasan Sopia beralih. “Mama jadi khawatir pada pemuda itu. Bukan Mama menyumpahi, hanya saja apakah usianya masih panjang?” ceplosnya bersama keraguan karena kalimatnya cukup kasar.“Ish, Mama. Jangan bilang begitu dong!” Tentu saja Amelia langsung memerotes.“Tiba-tiba saja Mama kepikiran kesana saat mamanya Tio bercerita.” Sopia sudah bisa mene
Acara amal yang diselenggarakan Tio berlangsung sangat lancar, banyak sekali peminat, tetapi semuanya berbaris dengan rapih bahkan tidak sedikit orang yang tidak mendapatkan meja, maka pihak restoran mengemas makanannya dengan sangat rapih.Cukup lama Sopia berada di sana karena ibunya Tio mengajaknya berbicara ini dan itu termasuk menanyakan Amelia, “Bagaimana kabar Amei sekarang dan anak keduanya?”“Baik-baik saja ... Grizelle tumbuh dengan pesat,” kekeh bahagia Sopia.“Syukurlah ... saya ikut senang mendengarnya.”“Sudah beberapa hari ini Amei dan Grizelle tinggal di kediaman mertuanya, jadi kali ini saya dan suami menginap untuk melepas rindu pada kedua cucu kami,” kekeh bahagia Sopia lagi.“Pasti kalian tidak dapat berjauhan dengan cucu,” kekeh wanita ini, “andai Tio sudah menikah, kami juga akan menimang cucu,” desahnya kemudian.Sopia tersenyum kecil. “Mungkin tidak akan lama lagi.”Saat ini tanpa sengaja Jesica mendengar kalimat ibunya. Maka hatinya kembali bersedih. ‘Kalau ka