Nitara menjerit di dalam hatinya. ‘Aku yang menyebabkan Erland terbaring, bagaimana reaksi William jika suatu saat dia tahu!’ William adalah separuh hidupnya, dia adalah suami yang tidak pernah terbayangkan bahkan tidak pernah sekali pun Nitara memimpikannya, tetapi takdir memersatukan mereka maka wanita ini tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan.Sopir masih sering melirik nyonya muda lewat pantulan kaca, semua pekerja di kediaman Bagaswara sangat hatam pada kejadian dua tahun lalu, Bagaswara tidak merahasiakannya sama sekali termasuk TKP. ‘Ini adalah tempat kecelakaan tuan Erland seperti yang dikatakan tuan Bagaswara, mengapa nyonya Nitara sangat panik, apa keluarganya juga pernah tertimpa kemalangan di daerah ini atau ....’Hari ini Nitara meninggalkan rumah mertuanya, berdiam diri di kediaman sepupunya. Mereka memuji-muji nasib baik dirinya yang berhasil mendapatkan pria keturunan orang paling hebat dalam berbisnis. Nama Bagaswara adalah salah satu nama yang tid
“Amei sudah melepaskan Tio. Sekarang dia tidak perlu menunggu jawaban Amei.” Ceritanya pada Amanda.“Keputusan ada pada kamu, Mei ....” Amanda tidak dapat menyarankan apapun, dirinya hanya berperan menjadi sandaran setiap saat dan memberikan usulan saat dibutuhkan, tetapi tidak masuk terlalu dalam menyelami kehidupan Amelia.“Kasihan sekali dia. Apakah aku jahat?”Amanda menggeleng halus. “Tidak sama sekali, Mei. Justru kamu akan sangat jahat jika membiarkan Tio menunggu harapan kosong.”“Hm ....” Wajahnya turun sesaat, “kali ini Amei hanya ingin menjalankan peran sebagai istrinya William. Hanya itu.”“Itu juga keputusan yang bagus, Mei ....” Senyuman teduh Amanda. Sejak tadi Sopia melihatnya, maka dirinya mendengus kasar.Beberapa jam berlalu, tiba-tiba saja Sopia menyodorkan sebuah surat dengan cap resmi miliknya. “Sudah terlalu lama kamu menemani saya dan hidup bersama keluarga saya, sudah saatnya kamu cuti,” titah nyonya besar pada asisten pribadinya.Amanda mengerjap sebelum mene
Kini, Sopia tersenyum bahagia dalam hatinya, kemudian membelai putrinya dengan leluasa. “Mama memang masih membutuhkan Amanda, tapi Amanda juga punya keluarga Mama tidak bisa egois.” Senyuman hangatnya yang disambut senyuman kecil Amelia.Beberapa hari berlalu, Amelia mulai kembali ke perusahaan, sedangkan Kenzo diasuh oleh bibi karena Sopia tidak selalu bisa menjaga cucunya. Namun, sekarang tugas bibi sudah diganti, kini wanita itu adalah baby sitter Kenzo. Kehadiran malaikat kecil menimbulkan pro dan kontra dari keluarga besar Adhinatha maupun Sopia, tetapi bagaimanapun kali ini keduanya tetap mempublikasikan Kenzo sebagaimana cucunya hanya saja tidak pada netizen.“Selamat datang kembali, Mei,” sambutan hangat Adhinatha.Senyuman kecil dibentuk Amelia. “Terimakasih, Pa ..., tapi ... mungkin Amelia melupakan banyak hal karena absen bekerja bukan satu hari, dua hari. Hihi,” godanya.“Tidak apa, kamu bisa mulai dari awal lagi kan,” kelakar Adhinatha. Pria yang pernah direncanakan untu
Tepatnya pukul tujuh malam sebelum makan malam William membahasnya. “Apa benar kamu menggosipkan Amelia, untuk apa, Sayang?”“Meng-gossipkan?” Nitara segera gagap karena dirinya tidak menyangka jika hal ini tiba pada ruang dengar suaminya.“Iya, aku dengar kamu mengatakan kalau Amelia hamil di luar nikah!”Nitara tersentak. “Ba-bagaimana mungkin aku mengatakannya.” Kali ini Nitara memilih tidak jujur karena kehamilan Amelia sangat kental kaitannya dengan suaminya sendiri.“Aku harap kamu tidak membuatku kecewa. Karena kalau sampai kehamilan Amelia terkuak, aku juga akan tersered, aku yang menghamili Amelia di masa lalu, Kenzo juga akan merasakan akibatnya padahal balita itu tidak memiliki dosa sama sekali, tidak sepantasnya Kenzo ikut menanggung dosa kami, bahkan papa, mama dan semua keluargaku akan malu. Aku harap kamu menjaga ucapan, Sayang.” Tatapan William sudah mencerminkan kekecewaan, jika benar Nitara mengungkit hal itu.“Sa-sayang ..., jangan menuduhku seperti itu.” Wajah Nita
Adhinatha hanya tersenyum kecil. “Sebenarnya Amelia sudah memiliki seorang pendamping, saya rasa mereka serius ingin berkomitmen,” kekehnya di akhir. Walau sebenarnya pendamping yang dimaksud tidak pernah ada.“Sayang sekali. Padahal Tio selalu mencintai Amelia,” kekeh Wijaya yang diam-diam memerhatikan putranya hingga dirinya mengerti perasaan sang putra.“Sekali lagi saya minta maaf. Selain itu saya juga tidak pernah memaksa Amelia harus dengan siapa, pilihan ada pada putri saya.”“Hm, keputusan yang sangat bijak,” kekeh Wijaya dalam kekecewaan. Rencananya ini tanpa sepengetahuan Tio jadi dia menelan kekecewaannya sendiri. Namun justru ini lebih baik. Beberapa lama kemudian Wijaya dan Tio meninggalkan perusahaan maka Adhinatha mulai bicara pada Amelia tentang rencana menjodohkannya dengan Tio.“Terimakasih Papa sudah menolak,” sahut Amelia penuh syukur.“Tentu saja Papa menolak. Kamu sudah bersatu dengan William-ayah dari anakmu.” Kebahagiaan terlukis jelas di permukaan wajahnya, te
Sopia merasa pembahasan ini menjadi sendu dan dia merasa telah salah bicara, maka secepatnya dihentikan. “Mama doa kan yang terbaik buat Amei dan Kenzo.” Senyuman hangatnya. Kini, dirinya memulai topik baru, tentu saja dengan lebih hati-hati supaya tidak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.Acara makan malam sangat hangat dan lancar, tawa selalu menjadi bahan kedua dalam komposisi kebahagiaan mereka. Kini, Kenzo sudah terlelap maka Amelia berpamitan terlebih dahulu. Namun, Sopia segera menyusul beberapa menit kemudian karena dirinya takut putrinya akan kembali berbicara dengan bibi. “Mei, kalau malam Kenzo menangis kamu boleh bawa Kenzo ke kamar mama sama papa.”“Iya Ma, tapi Amei selalu bisa mengatasi Kenzo.” Senyuman kecilnya.“Hm, kamu memang ibu yang sempurna buat Kenzo.” Tatapan Sopia kembali menggoreskan rasa iri karena sedekat ini Amelia dengan anaknya, berbeda dengan dirinya yang ternyata tidak bisa sedekat itu dengan putrinya sendiri. “Mei, ajarkan Mama menjadi orangtua y
Tanpa sengaja Tio memasuki ruang perawatan Erland hingga dirinya mengetahui kenyataan ini. Langkahnya semakin masuk saja hingga kakinya berpijak tepat di sisi tempat tidur si pria. “Apa yang terjadi? Aku kira kamu sedang di luar negeri.” Raut wajahnya memucat perlahan hingga hampir sama dengan warna wajah Erland, “kau sangat kurus, sejak kapan terbaring seperti ini. Sepertinya ... sudah lama, kan.”Namun, Tio tidak dapat memercayai pemandangan mengerikan ini, dia pikir mungkin efek minuman keras masih banyak tertinggal hingga menimbulkan imajinasi.Plak!Pipinya ditampar cukup keras hingga menimbulkan sedikit bekas kemerahan. “Aku tidak sedang bermimpi!” Tetapi karena keadaan Erland sangat mengerikan, Tio masih mencoba menyangkal penglihatannya. Dikuceknya kedua mata dengan kasar, tetapi pemandangan itu tidak hilang sama sekali hingga dirinya tersungkur sangat kaget. “Jadi itu benar kamu, Erland!” Udara yang keluar dari mulutnya sangat dingin padahal udara di ruangan ini cukup hangat.
“Tio sudah diatasi, Papa tenang saja.” Kalimat yang disampaikan William saat dirinya kembali.“Bagus. Pastikan juga mulutnya terkunci.”“William sudah memastikannya.” Pria ini segera menemui istrinya yang sedang mengaduk makanan di dapur. “Sayang, kenapa memasak? Sudah banyak asisten di sini.”“Aku mau membuatkan sesuatu buat kamu, papa dan mama. Sejak aku menikah denganmu, aku belum melakukan apapun.”William tersipu. “Baiklah, buatkan sesuatu pasti papa dan mama akan semakin bangga mempunyai menantu seperti kamu.” Kecupan didaratkan sebelum berlalu.Namun, saat Nitara telah menyelesaikan menu, Amelia menghubungi William, mengatakan jika Kenzo sedang tantrum. “Aku minta maaf karena meneleponmu di jam-jam tidak tepat. Tapi aku, mama dan papa tidak bisa menangani Kenzo, lalu mama menyarankan untuk memanggil kamu kesini mungkin pertemuan kalian bisa menenangkan Kenzo ....”“Harus sekarang, Sayang?” William telah salah bicara karena memanggil Amelia dengan sebutan sayang. Saat ini wanita