Share

Bab 3

Penulis: Eden Aaliyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 13:58:08
"Kamu pikir kamu hebat karena jadi seorang akuntan? Kalau disuruh kerjakan saja, kenapa banyak bicara?" Dia menunjuk ke arah hidungku dan mengumpat, "Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan baik dengannya, tapi kamu menghancurkannya begitu saja! Aku sudah bilang kepadanya kalau kamu bakal mengurus masalah laporan rekening itu!"

Aku berkata dengan berani, "Nggak mau, Ayah saja yang kerjakan! Kalau aku kerjakan dan polisi menemukan sesuatu, aku bakal dipenjara!"

"Mana mungkin bakal ketahuan semudah itu! Kamu saja yang malas!"

Ayah menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya untuk memukulku lagi.

Pada saat itu, pintu terbuka dan ibu masuk bersama kakakku.

Aku berlari untuk bersembunyi di belakang ibu. Namun, begitu melihat amarah ayah, ibu justru mendorongku ke depan.

"Kamu bikin ayah kesal lagi? Kalau kamu akan dipukul, sana maju dan jangan melibatkanku!"

Sejak kecil, setiap kali ayah memukulku, ibu dan kakakku akan bersembunyi jauh-jauh.

Mereka takut akan terkena amarah ayah juga.

Aku sedikit bergidik.

Setelah mengetahui bahwa ayah memukulku karena aku menolak untuk membuat laporan palsu, kakakku juga mengerutkan kening. "Verlina, kamu saja yang nggak pengertian. Cuma bikin laporan palsu, kamu nggak akan mati. Kamu bikin malu Ayah, kamu memang pantas dipukul!"

Ibu melanjutkan, "Benar, jangan bilang kamu nggak bisa. Itu sama-sama pekerjaan akuntan, ibu tahu kemampuanmu."

Kata-kata ibu mengingatkanku.

Ayah sudah pensiun, tetapi ibu belum pensiun. Ibu baru akan pensiun dua tahun lagi.

Ibu adalah seorang akuntan di sebuah perusahaan milik negara.

Unit ibu memiliki tunjangan yang bagus dan gaji yang tinggi. Setelah kakak lulus, ibu melakukan semua yang dia bisa agar kakak juga bisa masuk ke tempat kerjanya.

Setelah aku lulus, dia takut aku akan mengambil pekerjaannya di unit mereka, jadi dia tidak bisa menunda pensiun.

Jelas-jelas aku berhasil lolos wawancara, tetapi dia menggunakan relasinya untuk menghapus namaku dalam daftar.

Aku mengepalkan tanganku saat memikirkannya.

Aku menatap ayah lagi dan langsung melunak, "Ayah, maafkan aku. Aku harusnya nggak bilang begitu di depan teman Ayah. Aku memang bisa mengerjakan laporan rekening itu, tapi aku nggak cukup berpengalaman, takut malah bikin salah. Pengalaman Ibu sangat luas, kenapa nggak minta Ibu saja buat mengerjakannya?"

Mendengar kata-kata itu, ayah mengalihkan pandangannya ke ibu.

Ibu menatapku dengan tatapan kosong.

"Endra, unit tempat kerjaku lagi sibuk. Laporan ini ...."

Sebelum ibu sempat menyelesaikan kalimatnya, ayah sudah menyela.

"Verlina benar, dia nggak cukup berpengalaman, kamu saja yang mengerjakannya."

Ibu baru akan mengatakan sesuatu, tetapi ayah memelototinya, membuatnya kembali menelan apa yang ingin dia katakan.

Bukan hanya meminta ibu menyelesaikan laporan itu, ayah juga hanya memberi ibu waktu satu malam untuk menyelesaikannya.

Malanya, ayah kesal karena ibu terus menyalakan lampu, jadi dia mengusirnya keluar.

Ibu menyelesaikan laporan rekening sepanjang malam di ruang tamu, terus menghela napas dalam prosesnya.

Dia juga tidak tahu cara menggunakan komputer, jadi harus menggunakan kalkulator.

Aku tidur sepanjang malam dan berangkat kerja dengan kondisi segar.

Ibu terlihat cemberut saat berangkat kerja.

Kemarin aku sempat melihat laporan rekening itu. Bukan hanya berantakan, tetapi juga harus disesuaikan. Kalau sampai ketahuan, bisa-bisa akuntan yang mengurusnya masuk penjara.

Namun, semua itu tidak penting lagi bagiku.

Selama akhir pekan, aku pergi ke luar kota.

Keluarga ini sangat mengerikan, jadi aku akan cari waktu untuk pindah.

Sepulang dari melihat-lihat rumah, aku berbaring di tempat tidur sambil berpikir untuk memilih rumah yang tepat.

Ketika mendongak, aku melihat bahwa satu set karya lengkap Jahdim hilang dari rak buku.

Itu adalah edisi kanonik, peninggalan teman baikku.

Untuk menjaganya agar tidak lapuk, aku bahkan sampai mengemasnya dengan baik.

Otakku langsung mandek dan aku langsung bergegas ke ruang tamu.

"Ayah, di mana koleksi lengkap Jahdim milikku?"

Melihat reaksiku, ayah terlihat terkejut, tetapi sikapnya kembali seperti biasa dengan cepat.

"Sudah aku kasihkan orang."

Aku menjaga amarahku dengan mengatakan, "Kasih ke siapa?"

Ayah berkata, "Apa pedulimu Ayah kasihkan ke siapa?"

Emosiku memuncak. "Dikasihkan ke siapa?"

"Aku kasihkan sama Ferdy." Ayah dengan dingin menatapku. "Kamu harus bersyukur karena Ferdy suka sama buku itu. Kalau nggak, kamu bakal menyinggungnya!"

"Kenapa memangnya kalau aku menyinggungnya? Dia bukan ayahku, kenapa memangnya kalau aku menyinggungnya? Buku itu pemberian temanku. Ayah memberikannya begitu saja, apa Ayah nggak memikirkan perasaanku?"

Setelah mengatakan ini, air mataku langsung jatuh.

Kemarahan dari dua kehidupanku langsung meledak.

Ayah terdiam selama beberapa detik dan berdiri, mengangkat tangannya untuk memukulku.

"Sial, kamu pikir kalau harga diri ayahmu nggak sebanding sama buku sialan itu? Beli lagi saja, apa susahnya, pasti dapat! Dua hari ini kamu selalu membangkang, jadi hari ini aku akan memberimu pelajaran!"

Saat ini, aku sudah tidak bisa menahan diri lagi.

Aku bergegas ke dapur untuk mengambil pisau dapur, dan menebaskan pisau itu ke udara.

"Mau memberiku pelajaran? Kalau begitu aku akan membunuhmu. Jadi, hari ini kita berdua harus mati."

Kakak memelukku dari belakang dan merebut pisau itu dari tanganku dengan kekuatan yang luar biasa.

"Verlina, kamu gila! Kenapa menodongkan pisau ke Ayah? Kamu tahu sendiri bagaimana sifat Ayah. Kamu yang nggak menjaga barangmu dengan baik, kenapa malah nyalahin orang lain?"

Aku mengangkat mata untuk menatapnya.

Kakak tidak pernah membelaku ketika aku dipukuli dan hanya bisa berbicara sinis.

Kakak mencoba membela ayah hanya karena aku menodongkan pisau dapur kepada ayah.

Keluarga ini benar-benar menyebalkan.

Melihat mataku, kakakku mengerutkan kening. "Kenapa kamu menatapku seperti itu? Kamu yang salah! Itu cuma buku, kenapa dibesar-besarkan begitu? Ayah suka memberikan sesuatu buat orang lain juga demi kebaikan kita, demi kebaikan keluarga kita."

Aku tertawa dingin. "Kamu berkata seperti itu karena barang itu bukan milikmu!"

Kakakku berkata dengan tenang, "Kalaupun itu sesuatu milikku, aku nggak akan keberatan."

Pada saat itu, ibu yang ada di kamar tiba-tiba menjerit keras.

Dia berlari keluar dengan membawa buku tabungan.

"Uang, di mana uangku?" Ibu panik. "Uangku hilang."

Kakak bertanya, "Uang apa?"

Ibu menjawab putus asa, "Uang buat beli mobil dan uang buat mas kawin."

Bab terkait

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 4

    Mengetahui bahwa uang untuk membeli mobil telah dipinjamkan oleh ayah kepada tetangga untuk membeli rumah, kakak yang barusan bilang tidak akan keberatan kalau barang miliknya dikasihkan ke orang lain langsung menangis.Dia berteriak dengan marah kepada ayah, "Itu uang delapan ratus juta, Ayah pinjamkan semuanya? Apa Ayah nggak berpikir kalau uang itu adalah uang terakhir milik keluarga kita? Aku sama Cikka mau tunangan, hanya tinggal menunggu mobil dan mas kawin. Tapi, Ayah pinjamkan uang itu kepada orang lain, apa Ayah nggak pernah memikirkanku?"Ayah tidak terbujuk dan menjawab, "Itu uangku, terserah mau aku kasihkan ke siapa. Kalau mau nikah sama beli mobil, cari saja uang sendiri!""Uangmu?" Ibu juga marah saat ini, bahkan tangannya sampai gemetar. "Mana mungkin kamu masih punya uang? Begitu gajian, kamu langsung pinjamkan buat ini dan itu. Aku menabung uang itu dengan susah payah! Itu uang delapan ratus juta dan kamu pinjamkan semuanya tanpa pikir panjang!""Sepertinya kalian ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 5

    Ayah menjawab, "Aku mengajukan pinjaman dengan angsuran enam puluh juta satu bulan. Jadi, aku bisa melunasinya dalam enam bulan.""Apa? Enam puluh juta?" Ibu terkejut, "Dari mana kita dapat enam puluh juta dalam satu bulan?"Uang pensiun ayah hanya sepuluh juta satu bulan, gaji ibu dan kakak hanya empat puluh juta.Mereka tidak akan mampu membayar cicilan bahkan jika mereka tidak makan atau minum bulan ini.Ayah yang mendengar itu tersenyum lebar. "Aku punya teman yang kasih kerjaan. Katanya ada pensiunan bos dari perusahaan besar yang cari pengasuh. Dia kasih gaji segini buat satu bulan."Ayah mengulurkan delapan jarinya."Mana ada pengasuh sampai digaji delapan puluh juta satu bulan? Mana mungkin ada pekerjaan sebagus itu di dunia ini?"Pikiran ibu masih jernih.Ayah makin senang, "Kamu nggak ngerti, ini namanya kesenjangan informasi. Kalau selama ini aku nggak suka bantu orang lain, mana mungkin ada kesempatan sebagus ini? Dia butuh pengasuh. Di rumahnya ada pembantu dan sopir, jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 6

    Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke rumah sewa yang aku tempati.Aku telah merencanakan untuk pindah hari ini, hanya ragu-ragu mencari alasan untuk pindah.Baguslah, akhirnya aku bisa pergi menjauh dari mereka.Aku berpikir bahwa kakakku tidak akan mendapatkan sesuatu yang bagus. Namun, yang mengejutkanku bukan itu, ternyata dia malah masuk penjara.Tidak hanya itu, ayah juga masuk ke rumah sakit.Ibu menangis saat meneleponku. Saat pergi ke rumah sakit, aku baru mengetahui keseluruhan ceritanya.Kakak pergi ke rumah orang tua itu untuk bekerja sebagai pengasuh dengan gembira, tetapi orang tua itu malah memarahinya.Kakakku kehilangan kesabaran dan memukuli orang tua itu.Karena sudah tua, banyak tulang di tubuhnya yang patah karena pukulan kakak. Jadi, dia meninggal setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saat ini, keluarga orang itu tidak terima.Lagi pula, warisan belum dibagi dengan jelas, jadi mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada kakakku.Mereka lapor po

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 7

    Ayah ingin menjual rumah dan aku bisa membantu.Ada dua rumah dengan sertifikat atas nama ayah. Satu adalah bagian dari unit di awal-awal tahun, sementara satu adalah bagian dari kakek dan nenek.Kedua rumah itu kalau dijual bisa laku seharga tiga miliar.Lokasinya bagus, jadi tidak butuh waktu lama sudah laku terjual.Aku baru mendapatkan uangnya dan ayah memintaku membayar tagihan medis dan melunasi kredit mobil.Saat itulah ibu berlari dan merampas kartu bank itu."Nggak boleh dibayarkan. Cakra masih ditahan. Aku akan pakai uang ini buat mengeluarkannya."Baru saat inilah aku sadar bahwa ibu selalu ingin meminta pengacara untuk membebaskan kakak.Setelah mencoba berbagai macam koneksi, akhirnya ada seorang yang berjanji bahwa dia bisa mengeluarkan kakak hanya dengan biaya dua miliar.Ayah sudah terlanjur sakit hati dengan koneksi, relasi atau apa pun itu. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Mana mungkin ada hal sebaik itu di dunia ini. Sudah jelas kalau Cakra akan masuk penjara, ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 1

    "Verlina, kamu nggak perlu balik kantor kalau sudah ambil uangnya. Sore ini langsung ke lokasi konstruksi dan bayarkan gaji semua karyawan."Atasanku menyodorkan kartu bank kepadaku. Saat itulah aku benar-benar sadar kalau aku terlahir kembali.Di kehidupan terakhirku, aku keluar dari perusahaan untuk menarik mengambil uang empat ratus juta. Aku pulang ke rumah karena takut uangnya hilang.Aku menyimpan uangnya di kamarku yang terkunci karena ingin membeli amplop, agar lebih mudah saat membagikannya kepada para karyawan.Tidak disangka, aku yang hanya pergi satu jam, tiba-tiba uang itu sudah dipinjamkan kepada tetangga untuk membeli rumah.Aku ingin pergi menemui tetanggaku dan mengambil uang itu kembali.Namun, ayah menghentikanku, "Mau ngapain? Uang sudah dipinjamkan, apa kamu tega mau mengambilnya lagi? Nanti hubungan kita sama tetangga jadi renggang."Aku marah besar, "Uang yang Ayah pinjamkan itu uang perusahaan dan aku akan dianggap menyelewengkan dana publik. Kalau atasanku samp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 2

    Mendengar perkataanku, mata ayah berbinar.Tentu saja dia tidak akan menelepon dan bertanya kepada kakak atau ibu. Dia pergi ke kamar kakak dan mencari kartu ATM milik kakak.Karena ayah selalu suka meminjamkan uang kepada orang lain, saat SMA aku mengingatkan ibu untuk membuka rekening lain yang tidak diketahui ayah. Jika tidak, hidup kita akan makin sulit.Ibu berkata bahwa aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Namun, Ibu diam-diam membuka rekening baru.Buku tabungan itu berisi sekitar delapan ratus juta, yang akan digunakan untuk mahar kakak dan beli mobil.Di kehidupan terakhirku, mereka tidak menggunakan uang itu padahal tahu kalau aku mungkin akan dipenjara.Pada hari aku bekerja sebagai pengasuh laki-laki tua karena butuh uang, kakakku membeli mobil baru.Ayah menggeledah seisi rumah dan akhirnya menemukan buku tabungan yang disembunyikan ibu di dalam ember beras.Ayah melihat saldo di dalam rekening itu dan mengumpat, "Resti sialan! Dia licik juga, punya tabungan sebanyak in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 7

    Ayah ingin menjual rumah dan aku bisa membantu.Ada dua rumah dengan sertifikat atas nama ayah. Satu adalah bagian dari unit di awal-awal tahun, sementara satu adalah bagian dari kakek dan nenek.Kedua rumah itu kalau dijual bisa laku seharga tiga miliar.Lokasinya bagus, jadi tidak butuh waktu lama sudah laku terjual.Aku baru mendapatkan uangnya dan ayah memintaku membayar tagihan medis dan melunasi kredit mobil.Saat itulah ibu berlari dan merampas kartu bank itu."Nggak boleh dibayarkan. Cakra masih ditahan. Aku akan pakai uang ini buat mengeluarkannya."Baru saat inilah aku sadar bahwa ibu selalu ingin meminta pengacara untuk membebaskan kakak.Setelah mencoba berbagai macam koneksi, akhirnya ada seorang yang berjanji bahwa dia bisa mengeluarkan kakak hanya dengan biaya dua miliar.Ayah sudah terlanjur sakit hati dengan koneksi, relasi atau apa pun itu. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Mana mungkin ada hal sebaik itu di dunia ini. Sudah jelas kalau Cakra akan masuk penjara, ja

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 6

    Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke rumah sewa yang aku tempati.Aku telah merencanakan untuk pindah hari ini, hanya ragu-ragu mencari alasan untuk pindah.Baguslah, akhirnya aku bisa pergi menjauh dari mereka.Aku berpikir bahwa kakakku tidak akan mendapatkan sesuatu yang bagus. Namun, yang mengejutkanku bukan itu, ternyata dia malah masuk penjara.Tidak hanya itu, ayah juga masuk ke rumah sakit.Ibu menangis saat meneleponku. Saat pergi ke rumah sakit, aku baru mengetahui keseluruhan ceritanya.Kakak pergi ke rumah orang tua itu untuk bekerja sebagai pengasuh dengan gembira, tetapi orang tua itu malah memarahinya.Kakakku kehilangan kesabaran dan memukuli orang tua itu.Karena sudah tua, banyak tulang di tubuhnya yang patah karena pukulan kakak. Jadi, dia meninggal setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saat ini, keluarga orang itu tidak terima.Lagi pula, warisan belum dibagi dengan jelas, jadi mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada kakakku.Mereka lapor po

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 5

    Ayah menjawab, "Aku mengajukan pinjaman dengan angsuran enam puluh juta satu bulan. Jadi, aku bisa melunasinya dalam enam bulan.""Apa? Enam puluh juta?" Ibu terkejut, "Dari mana kita dapat enam puluh juta dalam satu bulan?"Uang pensiun ayah hanya sepuluh juta satu bulan, gaji ibu dan kakak hanya empat puluh juta.Mereka tidak akan mampu membayar cicilan bahkan jika mereka tidak makan atau minum bulan ini.Ayah yang mendengar itu tersenyum lebar. "Aku punya teman yang kasih kerjaan. Katanya ada pensiunan bos dari perusahaan besar yang cari pengasuh. Dia kasih gaji segini buat satu bulan."Ayah mengulurkan delapan jarinya."Mana ada pengasuh sampai digaji delapan puluh juta satu bulan? Mana mungkin ada pekerjaan sebagus itu di dunia ini?"Pikiran ibu masih jernih.Ayah makin senang, "Kamu nggak ngerti, ini namanya kesenjangan informasi. Kalau selama ini aku nggak suka bantu orang lain, mana mungkin ada kesempatan sebagus ini? Dia butuh pengasuh. Di rumahnya ada pembantu dan sopir, jadi

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 4

    Mengetahui bahwa uang untuk membeli mobil telah dipinjamkan oleh ayah kepada tetangga untuk membeli rumah, kakak yang barusan bilang tidak akan keberatan kalau barang miliknya dikasihkan ke orang lain langsung menangis.Dia berteriak dengan marah kepada ayah, "Itu uang delapan ratus juta, Ayah pinjamkan semuanya? Apa Ayah nggak berpikir kalau uang itu adalah uang terakhir milik keluarga kita? Aku sama Cikka mau tunangan, hanya tinggal menunggu mobil dan mas kawin. Tapi, Ayah pinjamkan uang itu kepada orang lain, apa Ayah nggak pernah memikirkanku?"Ayah tidak terbujuk dan menjawab, "Itu uangku, terserah mau aku kasihkan ke siapa. Kalau mau nikah sama beli mobil, cari saja uang sendiri!""Uangmu?" Ibu juga marah saat ini, bahkan tangannya sampai gemetar. "Mana mungkin kamu masih punya uang? Begitu gajian, kamu langsung pinjamkan buat ini dan itu. Aku menabung uang itu dengan susah payah! Itu uang delapan ratus juta dan kamu pinjamkan semuanya tanpa pikir panjang!""Sepertinya kalian ber

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 3

    "Kamu pikir kamu hebat karena jadi seorang akuntan? Kalau disuruh kerjakan saja, kenapa banyak bicara?" Dia menunjuk ke arah hidungku dan mengumpat, "Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan baik dengannya, tapi kamu menghancurkannya begitu saja! Aku sudah bilang kepadanya kalau kamu bakal mengurus masalah laporan rekening itu!"Aku berkata dengan berani, "Nggak mau, Ayah saja yang kerjakan! Kalau aku kerjakan dan polisi menemukan sesuatu, aku bakal dipenjara!""Mana mungkin bakal ketahuan semudah itu! Kamu saja yang malas!"Ayah menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya untuk memukulku lagi.Pada saat itu, pintu terbuka dan ibu masuk bersama kakakku.Aku berlari untuk bersembunyi di belakang ibu. Namun, begitu melihat amarah ayah, ibu justru mendorongku ke depan."Kamu bikin ayah kesal lagi? Kalau kamu akan dipukul, sana maju dan jangan melibatkanku!"Sejak kecil, setiap kali ayah memukulku, ibu dan kakakku akan bersembunyi jauh-jauh.Mereka takut akan terkena amarah ay

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 2

    Mendengar perkataanku, mata ayah berbinar.Tentu saja dia tidak akan menelepon dan bertanya kepada kakak atau ibu. Dia pergi ke kamar kakak dan mencari kartu ATM milik kakak.Karena ayah selalu suka meminjamkan uang kepada orang lain, saat SMA aku mengingatkan ibu untuk membuka rekening lain yang tidak diketahui ayah. Jika tidak, hidup kita akan makin sulit.Ibu berkata bahwa aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Namun, Ibu diam-diam membuka rekening baru.Buku tabungan itu berisi sekitar delapan ratus juta, yang akan digunakan untuk mahar kakak dan beli mobil.Di kehidupan terakhirku, mereka tidak menggunakan uang itu padahal tahu kalau aku mungkin akan dipenjara.Pada hari aku bekerja sebagai pengasuh laki-laki tua karena butuh uang, kakakku membeli mobil baru.Ayah menggeledah seisi rumah dan akhirnya menemukan buku tabungan yang disembunyikan ibu di dalam ember beras.Ayah melihat saldo di dalam rekening itu dan mengumpat, "Resti sialan! Dia licik juga, punya tabungan sebanyak in

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 1

    "Verlina, kamu nggak perlu balik kantor kalau sudah ambil uangnya. Sore ini langsung ke lokasi konstruksi dan bayarkan gaji semua karyawan."Atasanku menyodorkan kartu bank kepadaku. Saat itulah aku benar-benar sadar kalau aku terlahir kembali.Di kehidupan terakhirku, aku keluar dari perusahaan untuk menarik mengambil uang empat ratus juta. Aku pulang ke rumah karena takut uangnya hilang.Aku menyimpan uangnya di kamarku yang terkunci karena ingin membeli amplop, agar lebih mudah saat membagikannya kepada para karyawan.Tidak disangka, aku yang hanya pergi satu jam, tiba-tiba uang itu sudah dipinjamkan kepada tetangga untuk membeli rumah.Aku ingin pergi menemui tetanggaku dan mengambil uang itu kembali.Namun, ayah menghentikanku, "Mau ngapain? Uang sudah dipinjamkan, apa kamu tega mau mengambilnya lagi? Nanti hubungan kita sama tetangga jadi renggang."Aku marah besar, "Uang yang Ayah pinjamkan itu uang perusahaan dan aku akan dianggap menyelewengkan dana publik. Kalau atasanku samp

DMCA.com Protection Status