Share

Bab 2

Penulis: Eden Aaliyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 13:58:08
Mendengar perkataanku, mata ayah berbinar.

Tentu saja dia tidak akan menelepon dan bertanya kepada kakak atau ibu. Dia pergi ke kamar kakak dan mencari kartu ATM milik kakak.

Karena ayah selalu suka meminjamkan uang kepada orang lain, saat SMA aku mengingatkan ibu untuk membuka rekening lain yang tidak diketahui ayah. Jika tidak, hidup kita akan makin sulit.

Ibu berkata bahwa aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Namun, Ibu diam-diam membuka rekening baru.

Buku tabungan itu berisi sekitar delapan ratus juta, yang akan digunakan untuk mahar kakak dan beli mobil.

Di kehidupan terakhirku, mereka tidak menggunakan uang itu padahal tahu kalau aku mungkin akan dipenjara.

Pada hari aku bekerja sebagai pengasuh laki-laki tua karena butuh uang, kakakku membeli mobil baru.

Ayah menggeledah seisi rumah dan akhirnya menemukan buku tabungan yang disembunyikan ibu di dalam ember beras.

Ayah melihat saldo di dalam rekening itu dan mengumpat, "Resti sialan! Dia licik juga, punya tabungan sebanyak ini tanpa sepengetahuanku."

Setelah mengumpat, dia mengambil KTP miliknya dan milik Ibu, lalu melangkah keluar.

Aku mengingatkan Ayah, "Ayah, nggak tanya Ibu dulu uang itu mau dipakai buat apa?"

"Ngapain tanya? Uang itu bukan dari hasil kerjaku."

Ayah langsung keluar dan kembali dengan membawa uang delapan ratus juta di tangannya.

Dia memanggil tetangga dan memberikan uang itu kepadanya.

Tetangganya berkata, "Banyak sekali. Aku cuma butuh empat ratus juta saja."

"Ambil saja semuanya." Ayah bersikap layaknya seorang miliarder. "Sisa empat ratus ribunya bisa dipakai buat renovasi."

Tetangga bilang akan menuliskan surat utang.

Namun, Ayah berkata, "Kalau tulis surat utang, sama saja kamu meremehkanku."

Tetangga itu pergi dengan suasana hari senang dengan uang di tangan, sementara Ayah begitu menikmati perasaan bisa meminjamkan uang kepada orang lain.

Aku berdiri di hadapannya dan berkata kepadanya, "Ayah, mending minta surat utang, kalau nggak, uangnya nggak akan dikembalikan."

Ayah menatapku dengan tatapan kosong. "Kalau tulis surat utang, nanti hubungan sama tetangga jadi jauh. Ini budi baik, kamu harus mempelajarinya."

Ayah selalu mengatakan tentang budi baik.

Dia selalu mengatakan bahwa karena saat kecil dia hidup di keluarga yang miskin, tidak ada kerabat yang mau berhubungan dengan mereka.

Seolah-olah kejadian ini telah menciptakan semacam obsesi di dalam diri ayah.

Setiap kali ada keluarga yang mengalami kesulitan, ayah akan berinisiatif untuk membantu.

Jika ayah punya uang, dia akan memberikan uangnya. Tidak punya uang pun dia akan tetap mengusahakan untuk memberikan uang.

Seluruh keluarga kami harus berkontribusi bersama.

Karena hal ini sering terjadi, banyak kerabat yang mencoba dekat dengan ayah.

Namun, semua orang tahu bahwa akan rugi kalau mereka tidak mencoba mendapatkan sesuatu yang menguntungkan secara gratis.

Hidup ini lancar dengan upah pekerja, tentu saja aku tidak akan diberhentikan.

Namun, aku tidak menyangka bahwa tidak lama setelah itu, ayah mendatangiku dan membuat masalah.

Ketika aku pulang kerja, ada orang asing di rumah.

Ayah berkata bahwa dia adalah temannya yang bernama Ferdy. Dia memiliki pabrik kecil, tetapi orang dari biro pajak datang untuk memeriksa rekening mereka.

Namun, akuntan yang bertanggung jawab adalah istrinya, jadi laporan rekening cukup berantakan. Dia ingin mencari seorang profesional untuk membantu menyelesaikannya.

Aku melihat buku-buku yang dibawanya dan langsung berkata, "Aku nggak bisa."

Wajah ayah langsung berubah muram. Dia tidak mungkin melakukan sesuatu di depan orang luar, jadi hanya berkata padaku dengan suara rendah, "Lihat dulu lagi. Akun pabrik kecil pasti lebih sederhana dari laporan rekening perusahaan. Kamu kerjakan saja sebentar."

Aku mengembalikan buku rekening tersebut dan berkata, "Pak Ferdy, laporan rekening ini bukan masalah kecil. Lebih baik mengaku sama biro pajak saja."

Bukan hanya berantakan, tetapi aku juga tahu kalau laporan rekening itu palsu.

Dia bilang ingin aku menyelesaikannya, tetapi sebenarnya dia ingin mencari seseorang untuk menutup kekurangan pada laporan rekening tersebut.

Aku tidak ingin masuk penjara hanya karena orang asing.

Teman ayah langsung berubah pucat saat mendengar penuturanku, lalu pamit untuk pergi.

Ayah mengejarnya keluar.

Aku kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk mandi. Aku sudah melepas beberapa pakaianku.

Aku langsung berteriak saat pintu kamarku tiba-tiba dibuka dari luar.

Ayah menampar wajahku.

"Sial! Kenapa kamu nggak mau bantu!"

Bab terkait

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 3

    "Kamu pikir kamu hebat karena jadi seorang akuntan? Kalau disuruh kerjakan saja, kenapa banyak bicara?" Dia menunjuk ke arah hidungku dan mengumpat, "Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan baik dengannya, tapi kamu menghancurkannya begitu saja! Aku sudah bilang kepadanya kalau kamu bakal mengurus masalah laporan rekening itu!"Aku berkata dengan berani, "Nggak mau, Ayah saja yang kerjakan! Kalau aku kerjakan dan polisi menemukan sesuatu, aku bakal dipenjara!""Mana mungkin bakal ketahuan semudah itu! Kamu saja yang malas!"Ayah menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya untuk memukulku lagi.Pada saat itu, pintu terbuka dan ibu masuk bersama kakakku.Aku berlari untuk bersembunyi di belakang ibu. Namun, begitu melihat amarah ayah, ibu justru mendorongku ke depan."Kamu bikin ayah kesal lagi? Kalau kamu akan dipukul, sana maju dan jangan melibatkanku!"Sejak kecil, setiap kali ayah memukulku, ibu dan kakakku akan bersembunyi jauh-jauh.Mereka takut akan terkena amarah ay

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 4

    Mengetahui bahwa uang untuk membeli mobil telah dipinjamkan oleh ayah kepada tetangga untuk membeli rumah, kakak yang barusan bilang tidak akan keberatan kalau barang miliknya dikasihkan ke orang lain langsung menangis.Dia berteriak dengan marah kepada ayah, "Itu uang delapan ratus juta, Ayah pinjamkan semuanya? Apa Ayah nggak berpikir kalau uang itu adalah uang terakhir milik keluarga kita? Aku sama Cikka mau tunangan, hanya tinggal menunggu mobil dan mas kawin. Tapi, Ayah pinjamkan uang itu kepada orang lain, apa Ayah nggak pernah memikirkanku?"Ayah tidak terbujuk dan menjawab, "Itu uangku, terserah mau aku kasihkan ke siapa. Kalau mau nikah sama beli mobil, cari saja uang sendiri!""Uangmu?" Ibu juga marah saat ini, bahkan tangannya sampai gemetar. "Mana mungkin kamu masih punya uang? Begitu gajian, kamu langsung pinjamkan buat ini dan itu. Aku menabung uang itu dengan susah payah! Itu uang delapan ratus juta dan kamu pinjamkan semuanya tanpa pikir panjang!""Sepertinya kalian ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 5

    Ayah menjawab, "Aku mengajukan pinjaman dengan angsuran enam puluh juta satu bulan. Jadi, aku bisa melunasinya dalam enam bulan.""Apa? Enam puluh juta?" Ibu terkejut, "Dari mana kita dapat enam puluh juta dalam satu bulan?"Uang pensiun ayah hanya sepuluh juta satu bulan, gaji ibu dan kakak hanya empat puluh juta.Mereka tidak akan mampu membayar cicilan bahkan jika mereka tidak makan atau minum bulan ini.Ayah yang mendengar itu tersenyum lebar. "Aku punya teman yang kasih kerjaan. Katanya ada pensiunan bos dari perusahaan besar yang cari pengasuh. Dia kasih gaji segini buat satu bulan."Ayah mengulurkan delapan jarinya."Mana ada pengasuh sampai digaji delapan puluh juta satu bulan? Mana mungkin ada pekerjaan sebagus itu di dunia ini?"Pikiran ibu masih jernih.Ayah makin senang, "Kamu nggak ngerti, ini namanya kesenjangan informasi. Kalau selama ini aku nggak suka bantu orang lain, mana mungkin ada kesempatan sebagus ini? Dia butuh pengasuh. Di rumahnya ada pembantu dan sopir, jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 6

    Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke rumah sewa yang aku tempati.Aku telah merencanakan untuk pindah hari ini, hanya ragu-ragu mencari alasan untuk pindah.Baguslah, akhirnya aku bisa pergi menjauh dari mereka.Aku berpikir bahwa kakakku tidak akan mendapatkan sesuatu yang bagus. Namun, yang mengejutkanku bukan itu, ternyata dia malah masuk penjara.Tidak hanya itu, ayah juga masuk ke rumah sakit.Ibu menangis saat meneleponku. Saat pergi ke rumah sakit, aku baru mengetahui keseluruhan ceritanya.Kakak pergi ke rumah orang tua itu untuk bekerja sebagai pengasuh dengan gembira, tetapi orang tua itu malah memarahinya.Kakakku kehilangan kesabaran dan memukuli orang tua itu.Karena sudah tua, banyak tulang di tubuhnya yang patah karena pukulan kakak. Jadi, dia meninggal setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saat ini, keluarga orang itu tidak terima.Lagi pula, warisan belum dibagi dengan jelas, jadi mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada kakakku.Mereka lapor po

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 7

    Ayah ingin menjual rumah dan aku bisa membantu.Ada dua rumah dengan sertifikat atas nama ayah. Satu adalah bagian dari unit di awal-awal tahun, sementara satu adalah bagian dari kakek dan nenek.Kedua rumah itu kalau dijual bisa laku seharga tiga miliar.Lokasinya bagus, jadi tidak butuh waktu lama sudah laku terjual.Aku baru mendapatkan uangnya dan ayah memintaku membayar tagihan medis dan melunasi kredit mobil.Saat itulah ibu berlari dan merampas kartu bank itu."Nggak boleh dibayarkan. Cakra masih ditahan. Aku akan pakai uang ini buat mengeluarkannya."Baru saat inilah aku sadar bahwa ibu selalu ingin meminta pengacara untuk membebaskan kakak.Setelah mencoba berbagai macam koneksi, akhirnya ada seorang yang berjanji bahwa dia bisa mengeluarkan kakak hanya dengan biaya dua miliar.Ayah sudah terlanjur sakit hati dengan koneksi, relasi atau apa pun itu. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Mana mungkin ada hal sebaik itu di dunia ini. Sudah jelas kalau Cakra akan masuk penjara, ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 1

    "Verlina, kamu nggak perlu balik kantor kalau sudah ambil uangnya. Sore ini langsung ke lokasi konstruksi dan bayarkan gaji semua karyawan."Atasanku menyodorkan kartu bank kepadaku. Saat itulah aku benar-benar sadar kalau aku terlahir kembali.Di kehidupan terakhirku, aku keluar dari perusahaan untuk menarik mengambil uang empat ratus juta. Aku pulang ke rumah karena takut uangnya hilang.Aku menyimpan uangnya di kamarku yang terkunci karena ingin membeli amplop, agar lebih mudah saat membagikannya kepada para karyawan.Tidak disangka, aku yang hanya pergi satu jam, tiba-tiba uang itu sudah dipinjamkan kepada tetangga untuk membeli rumah.Aku ingin pergi menemui tetanggaku dan mengambil uang itu kembali.Namun, ayah menghentikanku, "Mau ngapain? Uang sudah dipinjamkan, apa kamu tega mau mengambilnya lagi? Nanti hubungan kita sama tetangga jadi renggang."Aku marah besar, "Uang yang Ayah pinjamkan itu uang perusahaan dan aku akan dianggap menyelewengkan dana publik. Kalau atasanku samp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 7

    Ayah ingin menjual rumah dan aku bisa membantu.Ada dua rumah dengan sertifikat atas nama ayah. Satu adalah bagian dari unit di awal-awal tahun, sementara satu adalah bagian dari kakek dan nenek.Kedua rumah itu kalau dijual bisa laku seharga tiga miliar.Lokasinya bagus, jadi tidak butuh waktu lama sudah laku terjual.Aku baru mendapatkan uangnya dan ayah memintaku membayar tagihan medis dan melunasi kredit mobil.Saat itulah ibu berlari dan merampas kartu bank itu."Nggak boleh dibayarkan. Cakra masih ditahan. Aku akan pakai uang ini buat mengeluarkannya."Baru saat inilah aku sadar bahwa ibu selalu ingin meminta pengacara untuk membebaskan kakak.Setelah mencoba berbagai macam koneksi, akhirnya ada seorang yang berjanji bahwa dia bisa mengeluarkan kakak hanya dengan biaya dua miliar.Ayah sudah terlanjur sakit hati dengan koneksi, relasi atau apa pun itu. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Mana mungkin ada hal sebaik itu di dunia ini. Sudah jelas kalau Cakra akan masuk penjara, ja

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 6

    Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke rumah sewa yang aku tempati.Aku telah merencanakan untuk pindah hari ini, hanya ragu-ragu mencari alasan untuk pindah.Baguslah, akhirnya aku bisa pergi menjauh dari mereka.Aku berpikir bahwa kakakku tidak akan mendapatkan sesuatu yang bagus. Namun, yang mengejutkanku bukan itu, ternyata dia malah masuk penjara.Tidak hanya itu, ayah juga masuk ke rumah sakit.Ibu menangis saat meneleponku. Saat pergi ke rumah sakit, aku baru mengetahui keseluruhan ceritanya.Kakak pergi ke rumah orang tua itu untuk bekerja sebagai pengasuh dengan gembira, tetapi orang tua itu malah memarahinya.Kakakku kehilangan kesabaran dan memukuli orang tua itu.Karena sudah tua, banyak tulang di tubuhnya yang patah karena pukulan kakak. Jadi, dia meninggal setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saat ini, keluarga orang itu tidak terima.Lagi pula, warisan belum dibagi dengan jelas, jadi mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada kakakku.Mereka lapor po

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 5

    Ayah menjawab, "Aku mengajukan pinjaman dengan angsuran enam puluh juta satu bulan. Jadi, aku bisa melunasinya dalam enam bulan.""Apa? Enam puluh juta?" Ibu terkejut, "Dari mana kita dapat enam puluh juta dalam satu bulan?"Uang pensiun ayah hanya sepuluh juta satu bulan, gaji ibu dan kakak hanya empat puluh juta.Mereka tidak akan mampu membayar cicilan bahkan jika mereka tidak makan atau minum bulan ini.Ayah yang mendengar itu tersenyum lebar. "Aku punya teman yang kasih kerjaan. Katanya ada pensiunan bos dari perusahaan besar yang cari pengasuh. Dia kasih gaji segini buat satu bulan."Ayah mengulurkan delapan jarinya."Mana ada pengasuh sampai digaji delapan puluh juta satu bulan? Mana mungkin ada pekerjaan sebagus itu di dunia ini?"Pikiran ibu masih jernih.Ayah makin senang, "Kamu nggak ngerti, ini namanya kesenjangan informasi. Kalau selama ini aku nggak suka bantu orang lain, mana mungkin ada kesempatan sebagus ini? Dia butuh pengasuh. Di rumahnya ada pembantu dan sopir, jadi

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 4

    Mengetahui bahwa uang untuk membeli mobil telah dipinjamkan oleh ayah kepada tetangga untuk membeli rumah, kakak yang barusan bilang tidak akan keberatan kalau barang miliknya dikasihkan ke orang lain langsung menangis.Dia berteriak dengan marah kepada ayah, "Itu uang delapan ratus juta, Ayah pinjamkan semuanya? Apa Ayah nggak berpikir kalau uang itu adalah uang terakhir milik keluarga kita? Aku sama Cikka mau tunangan, hanya tinggal menunggu mobil dan mas kawin. Tapi, Ayah pinjamkan uang itu kepada orang lain, apa Ayah nggak pernah memikirkanku?"Ayah tidak terbujuk dan menjawab, "Itu uangku, terserah mau aku kasihkan ke siapa. Kalau mau nikah sama beli mobil, cari saja uang sendiri!""Uangmu?" Ibu juga marah saat ini, bahkan tangannya sampai gemetar. "Mana mungkin kamu masih punya uang? Begitu gajian, kamu langsung pinjamkan buat ini dan itu. Aku menabung uang itu dengan susah payah! Itu uang delapan ratus juta dan kamu pinjamkan semuanya tanpa pikir panjang!""Sepertinya kalian ber

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 3

    "Kamu pikir kamu hebat karena jadi seorang akuntan? Kalau disuruh kerjakan saja, kenapa banyak bicara?" Dia menunjuk ke arah hidungku dan mengumpat, "Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan baik dengannya, tapi kamu menghancurkannya begitu saja! Aku sudah bilang kepadanya kalau kamu bakal mengurus masalah laporan rekening itu!"Aku berkata dengan berani, "Nggak mau, Ayah saja yang kerjakan! Kalau aku kerjakan dan polisi menemukan sesuatu, aku bakal dipenjara!""Mana mungkin bakal ketahuan semudah itu! Kamu saja yang malas!"Ayah menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya untuk memukulku lagi.Pada saat itu, pintu terbuka dan ibu masuk bersama kakakku.Aku berlari untuk bersembunyi di belakang ibu. Namun, begitu melihat amarah ayah, ibu justru mendorongku ke depan."Kamu bikin ayah kesal lagi? Kalau kamu akan dipukul, sana maju dan jangan melibatkanku!"Sejak kecil, setiap kali ayah memukulku, ibu dan kakakku akan bersembunyi jauh-jauh.Mereka takut akan terkena amarah ay

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 2

    Mendengar perkataanku, mata ayah berbinar.Tentu saja dia tidak akan menelepon dan bertanya kepada kakak atau ibu. Dia pergi ke kamar kakak dan mencari kartu ATM milik kakak.Karena ayah selalu suka meminjamkan uang kepada orang lain, saat SMA aku mengingatkan ibu untuk membuka rekening lain yang tidak diketahui ayah. Jika tidak, hidup kita akan makin sulit.Ibu berkata bahwa aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Namun, Ibu diam-diam membuka rekening baru.Buku tabungan itu berisi sekitar delapan ratus juta, yang akan digunakan untuk mahar kakak dan beli mobil.Di kehidupan terakhirku, mereka tidak menggunakan uang itu padahal tahu kalau aku mungkin akan dipenjara.Pada hari aku bekerja sebagai pengasuh laki-laki tua karena butuh uang, kakakku membeli mobil baru.Ayah menggeledah seisi rumah dan akhirnya menemukan buku tabungan yang disembunyikan ibu di dalam ember beras.Ayah melihat saldo di dalam rekening itu dan mengumpat, "Resti sialan! Dia licik juga, punya tabungan sebanyak in

  • Ayah Pembawa Masalah   Bab 1

    "Verlina, kamu nggak perlu balik kantor kalau sudah ambil uangnya. Sore ini langsung ke lokasi konstruksi dan bayarkan gaji semua karyawan."Atasanku menyodorkan kartu bank kepadaku. Saat itulah aku benar-benar sadar kalau aku terlahir kembali.Di kehidupan terakhirku, aku keluar dari perusahaan untuk menarik mengambil uang empat ratus juta. Aku pulang ke rumah karena takut uangnya hilang.Aku menyimpan uangnya di kamarku yang terkunci karena ingin membeli amplop, agar lebih mudah saat membagikannya kepada para karyawan.Tidak disangka, aku yang hanya pergi satu jam, tiba-tiba uang itu sudah dipinjamkan kepada tetangga untuk membeli rumah.Aku ingin pergi menemui tetanggaku dan mengambil uang itu kembali.Namun, ayah menghentikanku, "Mau ngapain? Uang sudah dipinjamkan, apa kamu tega mau mengambilnya lagi? Nanti hubungan kita sama tetangga jadi renggang."Aku marah besar, "Uang yang Ayah pinjamkan itu uang perusahaan dan aku akan dianggap menyelewengkan dana publik. Kalau atasanku samp

DMCA.com Protection Status