Mendengar perkataanku, mata ayah berbinar.Tentu saja dia tidak akan menelepon dan bertanya kepada kakak atau ibu. Dia pergi ke kamar kakak dan mencari kartu ATM milik kakak.Karena ayah selalu suka meminjamkan uang kepada orang lain, saat SMA aku mengingatkan ibu untuk membuka rekening lain yang tidak diketahui ayah. Jika tidak, hidup kita akan makin sulit.Ibu berkata bahwa aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Namun, Ibu diam-diam membuka rekening baru.Buku tabungan itu berisi sekitar delapan ratus juta, yang akan digunakan untuk mahar kakak dan beli mobil.Di kehidupan terakhirku, mereka tidak menggunakan uang itu padahal tahu kalau aku mungkin akan dipenjara.Pada hari aku bekerja sebagai pengasuh laki-laki tua karena butuh uang, kakakku membeli mobil baru.Ayah menggeledah seisi rumah dan akhirnya menemukan buku tabungan yang disembunyikan ibu di dalam ember beras.Ayah melihat saldo di dalam rekening itu dan mengumpat, "Resti sialan! Dia licik juga, punya tabungan sebanyak in
"Kamu pikir kamu hebat karena jadi seorang akuntan? Kalau disuruh kerjakan saja, kenapa banyak bicara?" Dia menunjuk ke arah hidungku dan mengumpat, "Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan baik dengannya, tapi kamu menghancurkannya begitu saja! Aku sudah bilang kepadanya kalau kamu bakal mengurus masalah laporan rekening itu!"Aku berkata dengan berani, "Nggak mau, Ayah saja yang kerjakan! Kalau aku kerjakan dan polisi menemukan sesuatu, aku bakal dipenjara!""Mana mungkin bakal ketahuan semudah itu! Kamu saja yang malas!"Ayah menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya untuk memukulku lagi.Pada saat itu, pintu terbuka dan ibu masuk bersama kakakku.Aku berlari untuk bersembunyi di belakang ibu. Namun, begitu melihat amarah ayah, ibu justru mendorongku ke depan."Kamu bikin ayah kesal lagi? Kalau kamu akan dipukul, sana maju dan jangan melibatkanku!"Sejak kecil, setiap kali ayah memukulku, ibu dan kakakku akan bersembunyi jauh-jauh.Mereka takut akan terkena amarah ay
Mengetahui bahwa uang untuk membeli mobil telah dipinjamkan oleh ayah kepada tetangga untuk membeli rumah, kakak yang barusan bilang tidak akan keberatan kalau barang miliknya dikasihkan ke orang lain langsung menangis.Dia berteriak dengan marah kepada ayah, "Itu uang delapan ratus juta, Ayah pinjamkan semuanya? Apa Ayah nggak berpikir kalau uang itu adalah uang terakhir milik keluarga kita? Aku sama Cikka mau tunangan, hanya tinggal menunggu mobil dan mas kawin. Tapi, Ayah pinjamkan uang itu kepada orang lain, apa Ayah nggak pernah memikirkanku?"Ayah tidak terbujuk dan menjawab, "Itu uangku, terserah mau aku kasihkan ke siapa. Kalau mau nikah sama beli mobil, cari saja uang sendiri!""Uangmu?" Ibu juga marah saat ini, bahkan tangannya sampai gemetar. "Mana mungkin kamu masih punya uang? Begitu gajian, kamu langsung pinjamkan buat ini dan itu. Aku menabung uang itu dengan susah payah! Itu uang delapan ratus juta dan kamu pinjamkan semuanya tanpa pikir panjang!""Sepertinya kalian ber
Ayah menjawab, "Aku mengajukan pinjaman dengan angsuran enam puluh juta satu bulan. Jadi, aku bisa melunasinya dalam enam bulan.""Apa? Enam puluh juta?" Ibu terkejut, "Dari mana kita dapat enam puluh juta dalam satu bulan?"Uang pensiun ayah hanya sepuluh juta satu bulan, gaji ibu dan kakak hanya empat puluh juta.Mereka tidak akan mampu membayar cicilan bahkan jika mereka tidak makan atau minum bulan ini.Ayah yang mendengar itu tersenyum lebar. "Aku punya teman yang kasih kerjaan. Katanya ada pensiunan bos dari perusahaan besar yang cari pengasuh. Dia kasih gaji segini buat satu bulan."Ayah mengulurkan delapan jarinya."Mana ada pengasuh sampai digaji delapan puluh juta satu bulan? Mana mungkin ada pekerjaan sebagus itu di dunia ini?"Pikiran ibu masih jernih.Ayah makin senang, "Kamu nggak ngerti, ini namanya kesenjangan informasi. Kalau selama ini aku nggak suka bantu orang lain, mana mungkin ada kesempatan sebagus ini? Dia butuh pengasuh. Di rumahnya ada pembantu dan sopir, jadi
Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke rumah sewa yang aku tempati.Aku telah merencanakan untuk pindah hari ini, hanya ragu-ragu mencari alasan untuk pindah.Baguslah, akhirnya aku bisa pergi menjauh dari mereka.Aku berpikir bahwa kakakku tidak akan mendapatkan sesuatu yang bagus. Namun, yang mengejutkanku bukan itu, ternyata dia malah masuk penjara.Tidak hanya itu, ayah juga masuk ke rumah sakit.Ibu menangis saat meneleponku. Saat pergi ke rumah sakit, aku baru mengetahui keseluruhan ceritanya.Kakak pergi ke rumah orang tua itu untuk bekerja sebagai pengasuh dengan gembira, tetapi orang tua itu malah memarahinya.Kakakku kehilangan kesabaran dan memukuli orang tua itu.Karena sudah tua, banyak tulang di tubuhnya yang patah karena pukulan kakak. Jadi, dia meninggal setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saat ini, keluarga orang itu tidak terima.Lagi pula, warisan belum dibagi dengan jelas, jadi mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada kakakku.Mereka lapor po
Ayah ingin menjual rumah dan aku bisa membantu.Ada dua rumah dengan sertifikat atas nama ayah. Satu adalah bagian dari unit di awal-awal tahun, sementara satu adalah bagian dari kakek dan nenek.Kedua rumah itu kalau dijual bisa laku seharga tiga miliar.Lokasinya bagus, jadi tidak butuh waktu lama sudah laku terjual.Aku baru mendapatkan uangnya dan ayah memintaku membayar tagihan medis dan melunasi kredit mobil.Saat itulah ibu berlari dan merampas kartu bank itu."Nggak boleh dibayarkan. Cakra masih ditahan. Aku akan pakai uang ini buat mengeluarkannya."Baru saat inilah aku sadar bahwa ibu selalu ingin meminta pengacara untuk membebaskan kakak.Setelah mencoba berbagai macam koneksi, akhirnya ada seorang yang berjanji bahwa dia bisa mengeluarkan kakak hanya dengan biaya dua miliar.Ayah sudah terlanjur sakit hati dengan koneksi, relasi atau apa pun itu. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Mana mungkin ada hal sebaik itu di dunia ini. Sudah jelas kalau Cakra akan masuk penjara, ja
Ayah ingin menjual rumah dan aku bisa membantu.Ada dua rumah dengan sertifikat atas nama ayah. Satu adalah bagian dari unit di awal-awal tahun, sementara satu adalah bagian dari kakek dan nenek.Kedua rumah itu kalau dijual bisa laku seharga tiga miliar.Lokasinya bagus, jadi tidak butuh waktu lama sudah laku terjual.Aku baru mendapatkan uangnya dan ayah memintaku membayar tagihan medis dan melunasi kredit mobil.Saat itulah ibu berlari dan merampas kartu bank itu."Nggak boleh dibayarkan. Cakra masih ditahan. Aku akan pakai uang ini buat mengeluarkannya."Baru saat inilah aku sadar bahwa ibu selalu ingin meminta pengacara untuk membebaskan kakak.Setelah mencoba berbagai macam koneksi, akhirnya ada seorang yang berjanji bahwa dia bisa mengeluarkan kakak hanya dengan biaya dua miliar.Ayah sudah terlanjur sakit hati dengan koneksi, relasi atau apa pun itu. Dia mengerutkan kening dan berkata, "Mana mungkin ada hal sebaik itu di dunia ini. Sudah jelas kalau Cakra akan masuk penjara, ja
Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke rumah sewa yang aku tempati.Aku telah merencanakan untuk pindah hari ini, hanya ragu-ragu mencari alasan untuk pindah.Baguslah, akhirnya aku bisa pergi menjauh dari mereka.Aku berpikir bahwa kakakku tidak akan mendapatkan sesuatu yang bagus. Namun, yang mengejutkanku bukan itu, ternyata dia malah masuk penjara.Tidak hanya itu, ayah juga masuk ke rumah sakit.Ibu menangis saat meneleponku. Saat pergi ke rumah sakit, aku baru mengetahui keseluruhan ceritanya.Kakak pergi ke rumah orang tua itu untuk bekerja sebagai pengasuh dengan gembira, tetapi orang tua itu malah memarahinya.Kakakku kehilangan kesabaran dan memukuli orang tua itu.Karena sudah tua, banyak tulang di tubuhnya yang patah karena pukulan kakak. Jadi, dia meninggal setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit.Saat ini, keluarga orang itu tidak terima.Lagi pula, warisan belum dibagi dengan jelas, jadi mereka melampiaskan kemarahan mereka kepada kakakku.Mereka lapor po
Ayah menjawab, "Aku mengajukan pinjaman dengan angsuran enam puluh juta satu bulan. Jadi, aku bisa melunasinya dalam enam bulan.""Apa? Enam puluh juta?" Ibu terkejut, "Dari mana kita dapat enam puluh juta dalam satu bulan?"Uang pensiun ayah hanya sepuluh juta satu bulan, gaji ibu dan kakak hanya empat puluh juta.Mereka tidak akan mampu membayar cicilan bahkan jika mereka tidak makan atau minum bulan ini.Ayah yang mendengar itu tersenyum lebar. "Aku punya teman yang kasih kerjaan. Katanya ada pensiunan bos dari perusahaan besar yang cari pengasuh. Dia kasih gaji segini buat satu bulan."Ayah mengulurkan delapan jarinya."Mana ada pengasuh sampai digaji delapan puluh juta satu bulan? Mana mungkin ada pekerjaan sebagus itu di dunia ini?"Pikiran ibu masih jernih.Ayah makin senang, "Kamu nggak ngerti, ini namanya kesenjangan informasi. Kalau selama ini aku nggak suka bantu orang lain, mana mungkin ada kesempatan sebagus ini? Dia butuh pengasuh. Di rumahnya ada pembantu dan sopir, jadi
Mengetahui bahwa uang untuk membeli mobil telah dipinjamkan oleh ayah kepada tetangga untuk membeli rumah, kakak yang barusan bilang tidak akan keberatan kalau barang miliknya dikasihkan ke orang lain langsung menangis.Dia berteriak dengan marah kepada ayah, "Itu uang delapan ratus juta, Ayah pinjamkan semuanya? Apa Ayah nggak berpikir kalau uang itu adalah uang terakhir milik keluarga kita? Aku sama Cikka mau tunangan, hanya tinggal menunggu mobil dan mas kawin. Tapi, Ayah pinjamkan uang itu kepada orang lain, apa Ayah nggak pernah memikirkanku?"Ayah tidak terbujuk dan menjawab, "Itu uangku, terserah mau aku kasihkan ke siapa. Kalau mau nikah sama beli mobil, cari saja uang sendiri!""Uangmu?" Ibu juga marah saat ini, bahkan tangannya sampai gemetar. "Mana mungkin kamu masih punya uang? Begitu gajian, kamu langsung pinjamkan buat ini dan itu. Aku menabung uang itu dengan susah payah! Itu uang delapan ratus juta dan kamu pinjamkan semuanya tanpa pikir panjang!""Sepertinya kalian ber
"Kamu pikir kamu hebat karena jadi seorang akuntan? Kalau disuruh kerjakan saja, kenapa banyak bicara?" Dia menunjuk ke arah hidungku dan mengumpat, "Aku sudah susah payah mempertahankan hubungan baik dengannya, tapi kamu menghancurkannya begitu saja! Aku sudah bilang kepadanya kalau kamu bakal mengurus masalah laporan rekening itu!"Aku berkata dengan berani, "Nggak mau, Ayah saja yang kerjakan! Kalau aku kerjakan dan polisi menemukan sesuatu, aku bakal dipenjara!""Mana mungkin bakal ketahuan semudah itu! Kamu saja yang malas!"Ayah menyingsingkan lengan bajunya, mengangkat tangannya untuk memukulku lagi.Pada saat itu, pintu terbuka dan ibu masuk bersama kakakku.Aku berlari untuk bersembunyi di belakang ibu. Namun, begitu melihat amarah ayah, ibu justru mendorongku ke depan."Kamu bikin ayah kesal lagi? Kalau kamu akan dipukul, sana maju dan jangan melibatkanku!"Sejak kecil, setiap kali ayah memukulku, ibu dan kakakku akan bersembunyi jauh-jauh.Mereka takut akan terkena amarah ay
Mendengar perkataanku, mata ayah berbinar.Tentu saja dia tidak akan menelepon dan bertanya kepada kakak atau ibu. Dia pergi ke kamar kakak dan mencari kartu ATM milik kakak.Karena ayah selalu suka meminjamkan uang kepada orang lain, saat SMA aku mengingatkan ibu untuk membuka rekening lain yang tidak diketahui ayah. Jika tidak, hidup kita akan makin sulit.Ibu berkata bahwa aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Namun, Ibu diam-diam membuka rekening baru.Buku tabungan itu berisi sekitar delapan ratus juta, yang akan digunakan untuk mahar kakak dan beli mobil.Di kehidupan terakhirku, mereka tidak menggunakan uang itu padahal tahu kalau aku mungkin akan dipenjara.Pada hari aku bekerja sebagai pengasuh laki-laki tua karena butuh uang, kakakku membeli mobil baru.Ayah menggeledah seisi rumah dan akhirnya menemukan buku tabungan yang disembunyikan ibu di dalam ember beras.Ayah melihat saldo di dalam rekening itu dan mengumpat, "Resti sialan! Dia licik juga, punya tabungan sebanyak in
"Verlina, kamu nggak perlu balik kantor kalau sudah ambil uangnya. Sore ini langsung ke lokasi konstruksi dan bayarkan gaji semua karyawan."Atasanku menyodorkan kartu bank kepadaku. Saat itulah aku benar-benar sadar kalau aku terlahir kembali.Di kehidupan terakhirku, aku keluar dari perusahaan untuk menarik mengambil uang empat ratus juta. Aku pulang ke rumah karena takut uangnya hilang.Aku menyimpan uangnya di kamarku yang terkunci karena ingin membeli amplop, agar lebih mudah saat membagikannya kepada para karyawan.Tidak disangka, aku yang hanya pergi satu jam, tiba-tiba uang itu sudah dipinjamkan kepada tetangga untuk membeli rumah.Aku ingin pergi menemui tetanggaku dan mengambil uang itu kembali.Namun, ayah menghentikanku, "Mau ngapain? Uang sudah dipinjamkan, apa kamu tega mau mengambilnya lagi? Nanti hubungan kita sama tetangga jadi renggang."Aku marah besar, "Uang yang Ayah pinjamkan itu uang perusahaan dan aku akan dianggap menyelewengkan dana publik. Kalau atasanku samp