Kalau Yasmin dan Irene dalam masalah pada saat yang sama, Daniel pasti menolong Irene, 'kan?"Mama!" Anak-anak berlari ke kantor.Yasmin terkejut. "Kenapa kalian datang ke sini?""Untuk menjemput Mama!" Julia melompat-lompat di depan Yasmin sambil memeluk kakinya.Julian juga memanjat kursi dengan nakal untuk memeluk leher Yasmin.Sedangkan Julius memeluk kaki Yasmin yang satu lagi.Dalam sekejap, tiga anak kecil sudah menempel di tubuh Yasmin.Julia mendongak, lalu bertanya, "Apa Mama sudah selesai bekerja?""Sudah. Ayo pulang." Yasmin mencubit pipi Julia yang tembam."Mama, ayo kita bermain di luar!" Mata Julian berbinar-binar."Aku mau bermain sama Mama," kata Julius.Yasmin melihat jam. Lagi pula, masih awal untuk makan malam. Mereka tidak perlu pulang dengan terburu-buru. Jadi, dia mengiakan mereka, "Oke."Mereka berempat naik mobil ke jalan pejalan kaki.Yasmin membawa anak-anak ke seberang jalan. Dia menggandeng tangan Julia, sedangkan Julia menggandeng tangan Julius dan Julius
"Kami ingin tinggi seperti Papi!" Julian mengangkat satu tangan dan berjinjit."Kamu pasti bisa tinggi."Yasmin sedang melamun.Anak-anak memanggil pria ini apa? Papi? Bukankah Daniel adalah papi?Ada apa dengan papi ini?Raymond berdiri, lalu dia melihat wajah bingung Yasmin. Dia berjalan mendekat.Melihat Yasmin mulai menjadi gugup karena jarak mereka yang dekat, Raymond menenangkan, "Aku bukan orang jahat. Jangan takut."Yasmin tahu Raymond pasti bukan orang jahat. Kalau dia orang jahat, anak-anak tidak akan memanggilnya seperti itu."Maaf, aku nggak mengingat masa lalu. Kenapa ... anak-anak memanggilmu Papi?" tanyanya. "Apa hubungan kita?""Dulu ketika Daniel masih belum mengetahui keberadaan anak-anak, kamu nggak sanggup menjaga anak-anak sendiri, jadi kamu menyekolahkan anak-anak. Kita berkenalan dari situ." Suara Raymond rendah dan terasa hangat. Itu membuat orang merasa nyaman. "Setelah aku dan anak-anak saling kenal lama, lalu mereka nggak memiliki ayah, jadi mereka memanggilk
"Ayo pulang makan," kata Daniel. Dia membawa Yasmin dan anak-anak ke mobil.Ketika mereka berada di dalam mobil, Yasmin menyadari anak-anak sangat patuh dan bersandar kepadanya. Tidak ada yang berbicara, mereka seolah-olah tahu mereka sudah berbuat salah.Namun, dia tidak tahu apa yang terjadi."Ada apa?" tanya Yasmin.Anak-anak menggelengkan kepala mereka secara bersamaan.Daniel melihat mereka dengan tajam dan berkata, "Mungkin mereka sudah lelah."Wajah Julian memerah dan diam saja.Kedua anak kecil yang lainnya menganggukkan kepala mereka dan menunjukkan kalau mereka benaran sudah lelah.Yasmin menoleh ke Daniel. Ekspresinya tampak normal, tapi Yasmin terus merasa ada yang aneh.Setelah mereka tiba di Taman Royal, mereka makan di ruang makan.Selesai makan, Yasmin pergi ke kamar mandi.Ketiga anak ingin mengikuti Yasmin, tapi Daniel berkata, "Jangan ikut."Yasmin menoleh. Setelah dia kehilangan ingatannya, dia menjadi jauh lebih tidak sensitif. Dia berkata, "Apa kalian juga ingin p
Julian langsung merasa tertantang. Dia mengepalkan tangannya yang kecil. "Siapa bilang? Kami bisa!"Julius melihatnya dan terkejut."Bagus. Salin sepuluh lembar." Setelah Daniel mengatakan itu, dia keluar dari ruang kerja.Setelah Daniel pergi, Julius mengeluh, "Kenapa kamu bilang kami bisa? Kita hanya bisa menulis kata-kata yang sederhana.""Pokoknya, kita bisa menulis!" Julian mengambil pena, lalu mulai menulis.Tulisannya seperti cakar ayam."Jelek!" ucap Julius.Julian terdiam.Daniel kembali ke kamar dan melihat Yasmin sedang duduk di tepi tempat tidur. Sepertinya sebelum dia kembali ke kamar, Yasmin melamun dari tadi."Apa yang sedang kamu pikirkan?" Daniel berdiri di depan Yasmin.Yasmin berdiri, kemudian dia bertanya dengan gelisah, "Apa kamu sedang marah?""Kamu sadar?"Yasmin tercengang. Daniel benar-benar marah. Kenapa?"Apa karena ... Kepala Sekolah?""Apa yang sudah kamu katakan padanya?" tanya Daniel.Yasmin bertanya dengan berani, "Kamu takut dia berkata apa?"Alis Danie
"Papa, apa kamu cemburu? Lain kali kami nggak akan memanggilnya Papi lagi," kata Julian."Kami tahu kamulah baru papa kami," ucap Julius.Ekspresi Daniel menjadi masam. "Kalian nggak boleh memanggilnya apa-apa!""Papa nggak masuk akal!" kata Julian."Apa kalian ingin lanjut menulis?" ancam Daniel.Julian dan Julius tampak ketakutan. Mereka segera menggelengkan kepala. "Nggak mau!"Daniel masih tidak tega menahan mereka. "Kembali ke kamar dan tidur."Kedua anak itu berlari keluar dari ruang kerja dengan cepat.Yasmin sama sekali tidak tahu tentang hukuman anak-anak.Anak-anak juga tidak memberitahunya. Bagaimanapun juga, mereka takut pada Daniel.Mereka takut disuruh menyalin tulisan yang begitu sulit lagi.Daniel lebih sibuk selama beberapa hari ini. Yasmin menghabiskan sebagian besar waktunya di Taman Royal dan tidak pergi ke mana-mana.Apalagi pergi mencari Raymond.Hati akan lebih tenang kalau kamu tidak tahu apa-apa.Hanya saja, Yasmin merasa ada yang kurang di dalam ketenangan ini
"Paling lama dua hari."Yasmin memanyunkan bibirnya. Napasnya perlahan-lahan menjadi tidak stabil.Besok pagi Daniel mau pergi ke Kota Greya, sedangkan Yasmin ditinggal di Taman Royal.Tadi sore, internet baru mengumumkan Irene mau pergi ke Kota Greya untuk acara pertunjukan piano. Irene bahkan difoto saat masuk keluar hotel di Kota Greya.Yasmin duduk di samping rerumputan sambil menemani anak-anak. Matanya tiba-tiba mengalir air mata dan dia bahkan tidak bisa menahan dirinya.Untuk menutupi tangisannya, dia hanya bisa menundukkan kepalanya agar orang lain tidak menyadari keanehannya.Daniel pergi ke Kota Greya, begitu juga dengan Irene. Apa mereka sedang bersama sekarang?Yasmin merasa setiap napas yang dia ambil terasa sakit.Air mata membuat penglihatannya kabur. Makin lama dia melihat cincin di jarinya, dia makin merasa sedih.Malam itu, Yasmin berbaring di tempat tidur sendirian. Ponsel di samping tempat tidur berdering. Itu telepon masuk dari Daniel.Yasmin mengangkat telepon. "
Pertemuan antara dua penguasa kota besar cukup menimbulkan badai di kalangan orang yang mengetahuinya.Kenapa mereka saling bertemu? Apa ada perubahan besar di pasar? Bagaimanapun juga, hal seperti ini tidak pernah terjadi dulu.Namun, mereka tidak tahu kalau kedua penguasa itu hanya sedang makan bersama.Ketika Daniel tiba di hotel, hanya ada Evan seorang di restoran."Aku terlambat." Daniel duduk."Nggak, aku juga barusan sampai," kata Evan. "Kita ada bilang ayo makan bersama saat aku di Kota Imperial. Aku nggak menyangka janji makan siang kita akan di Kota Greya. Aku harap ini nggak terlalu telat.""Nggak. Aku memang berencana meneleponmu hari ini. Ternyata informasi yang kamu dapatkan lebih cepat dari yang kubayangkan," kata Daniel dengan ekspresi datar."Orangmu begitu banyak di sini. Nggak mungkin aku nggak tahu." Sorot mata Evan tampak dingin dan dia tersenyum tipis. "Siapa yang sedang kamu cari? Mungkin aku bisa membantumu."Dua orang pintar tidak perlu bertele-tele ketika berb
Irene berkata, "Oke. Kursi VIP. Aku akan menyimpannya untuk Paman."Dia menutupi ketidaksenangannya.Daniel buru-buru ingin pulang untuk menemani Yasmin, 'kan? Irene sangat berharap Daniel bisa tinggal.Akan tetapi, tidak ada yang bisa mengganggu gugat keputusan Daniel.Selesai makan, Daniel pergi terlebih dahulu.Irene berkata, "Paman, kapan Daniel datang ke Kota Greya?""Kemarin pagi. Kamu nggak tahu?" tanya Evan sambil memegang tutup cangkir."Aku sibuk akhir-akhir ini, jadi jarang bertemu dengannya. Selain itu ... bukankah aku ada memberitahumu tentang kecelakaan mobil Yasmin beberapa hari yang lalu. Karena itu, Daniel mengabaikanku," ujar Irene.Dia ingin memanfaatkan Evan untuk membantunya menahan Daniel.Terlebih lagi, Evan pasti tidak tahu kalau dia bukan putri kandung Andy. Kalau tidak, kenapa dia mengajaknya makan siang bersama? Juga ada Daniel. Bukankah ini jelas kesempatan Irene?"Setelah ibuku meninggal, aku lebih membutuhkan Daniel ...." Irene tampak sedih. "Paman, apa ka
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan