Klara tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia merasa gelisah dan panik.Kalau Yasmin dituduh membunuh, hukumannya akan sangat berat.Setelah mereka tiba di rumah sakit, Yasmin baru saja mau turun dari mobil ketika Klara menahannya. "Apa kamu benar-benar mau pergi?""Bu, kamu menunggu di sini. Aku saja yang masuk.""Bagaimana aku bisa membiarkanmu masuk sendirian? Aku akan mengikutimu."Yasmin dan Klara pun sama-sama masuk ke rumah sakit, kemudian mereka menuju ke ruang operasi.Mereka melihat Daniel sedang berdiri di luar pintu operasi. Daniel menoleh, lalu dia menatap Yasmin dengan tajam.Yasmin memberi tahu dirinya sendiri kalau dia tidak boleh mundur. Dia tidak melakukannya, jadi dia tidak usah merasa takut.Dia melangkah maju, lalu berkata, "Aku nggak ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Daniel menamparnya."Aa!" Tamparan yang kuat itu membuat Yasmin jatuh ke lantai."Yasmin!" Klara buru-buru maju, lalu dia memeluk Yasmin."Ini hukuman untukmu karena sudah bertindak ta
Apa masalah ini sangat rumit?Andy keluar dari kamar pasien. Dia mengejar Daniel, lalu bertanya, "Daniel, siapa yang sudah melukai Irene?""Itu kecelakaan," jawab Daniel dengan wajah masam."Jangan-jangan ... ini ada hubungannya dengan Yasmin?" tebak Andy."Mereka berdua berebutan pisau, jadi Irene nggak sengaja terluka," kata Daniel.Dia belum menyelidiki masalah itu dan tidak tahu kebenarannya. Namun, dia sudah memberikan jawaban secara sepihak.Andy terkejut. Ini benar-benar ada hubungannya dengan Yasmin."Di mana Yasmin?" tanyanya."Rumah. Dia baik-baik saja."Andy mengerutkan keningnya. Masalah ini tidak habis-habis. "Kenapa itu bisa terjadi?"Yasmin pulang ke vila. Dia duduk di sofa dan terlihat murung.Hal pertama yang dilakukan Klara setelah mereka sampai rumah adalah mengambil es batu di kulkas. Dia membungkusnya dengan handuk, kemudian mengompres pipi Yasmin yang bengkak.Kalau tidak, dia tidak akan bisa bertemu dengan orang lain.Rasa dingin dari es batu membuat pipi Yasmin
"Daniel bilang itu kecelakaan," ucap Andy.Irene tercengang.Daniel berkata itu ... kecelakaan?"Kecelakaan apanya?" Dahlia sudah tidak bisa menahan emosinya."Mereka berebutan pisau, lalu Irene nggak sengaja terluka," kata Andy."Dan kamu percaya?" Dahlia marah. "Kalau itu kecelakaan, kenapa Yasmin si wanita jalang itu nggak terluka? Kenapa hanya Irene yang terluka? Aku mau membunuhnya sekarang juga!"Andy menghalanginya. "Nggak boleh!""Kenapa nggak boleh? Andy, apa ada yang salah denganmu? Kamu melihat Irene besar dari kecil. Apa kamu merasa dia nggak sepenting Yasmin? Putrimu hampir mati gara-gara Yasmin si wanita jalang itu!" bentak Dahlia.Andy mengerutkan keningnya."Baik. Aku nggak membunuhnya, tapi aku akan membalas dendam untuk Dahlia," kata Dahlia dengan emosi.Andy sudah menelepon Yasmin dan Yasmin sudah menjelaskan semuanya dengan jelas di telepon.Saat ini, Irene sedang terluka dan terlihat sedih."Aku akan memintanya datang untuk meminta maaf padamu," kata Andy."Minta m
Daniel berdiri di ujung tempat tidur. Dia menatap Irene dengan dingin. "Sebenarnya apa yang terjadi?""Yasmin kasar sekali padamu, jadi aku marah dan mengejarnya untuk menasihatinya. Bagaimanapun juga, kamu ayahnya anak-anak. Dia berbicara seperti itu salah. Tak disangka, Yasmin pun naik darah dan mengambil pisau dari mobil. Dia mengarahkan pisau ke aku. Aku takut, jadi aku mau merebut pisau darinya. Akhirnya, aku juga nggak tahu apa yang terjadi, tapi kemudian pisaunya sudah tertancap di dalam perutku ...."Apa yang dikatakan Irene hampir mirip dengan Yasmin.Mereka berkata itu kecelakaan.Setelah Dahlia mendengar itu, raut wajahnya menjadi masam. Dia berkata, "Apa lagi yang terjadi? Yasmin pasti sengaja! Kalau nggak, ngapain dia mengambil pisau? Dia ingin menusukmu! Syukurlah kamu beruntung. Kalau nggak .... Kalau nggak, aku nggak dapat melihatmu sekarang." Lalu, dia melihat Irene sambil menyeka air matanya."Daniel, apa dia sengaja melakukannya?" tanya Irene dengan sedih. "Kalau iya
Dahlia menahan emosinya sembari berkata, "Kalau yang berbaring di sini adalah Yasmin hari ini, kamu nggak bersikap seperti ini, 'kan?"Andy tidak ingin bertengkar dengan Dahlia, jadi dia keluar.Dahlia sangat marah, tapi dia tidak bisa melampiaskan amarahnya.Irene memejamkan matanya. Bukan hanya perutnya yang sakit, tapi juga kepalanya.Terutama masalah ini tidak berkembang sesuai dengan keinginannya. Jadi, dia merasa sangat frustrasi.Setelah es batunya meleleh, pipi Yasmin menjadi dingin. Bengkaknya juga mereda lumayan banyak.Pada saat ini, ponselnya berdering. Ketika dia menyadari telepon masuk itu dari Daniel, dia tercengang untuk sesaat dan tidak berani bergerak."Kenapa? Siapa yang meneleponmu?" Klara melihat layar ponsel Yasmin. Nomor itu tidak disimpan oleh Yasmin, jadi Klara tidak mengenalinya.Bagaimanapun juga, Yasmin tidak bisa mengelak. Dia mengambil ponselnya, kemudian mengangkat telepon di luar. "Halo?""Datang ke rumah sakit untuk meminta maaf pada Irene," perintah Da
Daniel berkata dengan nada mengancam, "Kamu berbicara terlalu banyak.Yasmin menundukkan kepalanya. Dia bersabar dan tiga anaknya yang imut muncul di dalam benaknya. Kemudian, dia baru bisa mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya. "Aku meminta maaf sudah melukaimu. Seharusnya aku nggak mengambil pisau. Kalau nggak, aku nggak akan nggak sengaja menusukmu. Semoga kamu bisa berlembut hati dan memaafkanku.""Jangan mengira aku sedang mempersulitkanmu. Tapi, karena kamu sudah berbuat salah, kamu tetap harus dihukum. Aku ini kakak kandungmu, jadi aku bisa memaafkanmu. Bagaimana kalau itu orang lain? Mereka nggak akan sebaik aku. Aku harap setelah kamu pulang, kamu bisa merenungkannya. Lain kali jangan melakukan sesuatu sesembrono ini lagi." Irene melihat Daniel, kemudian tatapan matanya menjadi lembut. "Karena kamu sudah mengakui kesalahanmu, aku akan melupakan ini. Aku nggak mau Daniel mengkhawatirkanku."Yasmin ingin sekali menyangkal kata-kata Irene, tapi dia melihat tida
"Aku baik-baik saja." Yasmin berkata, "Aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan ke luar negeri. Apa itu nggak boleh?"Jelas sekali kalau Klara tidak begitu percaya."Selain ingin jalan-jalan ke luar negeri bersamamu, aku merasa sangat jemu," ujar Yasmin. Dia merasa jemu karena sudah terlalu lama terkurung di satu tempat.Kalau ada masalah dengan mentalnya, dia khawatir dia akan hancur sebelum dapat melihat anak-anak.Klara meraih tangan Yasmin, lalu berkata, "Oke. Ke mana pun kita pergi, Ibu akan menemanimu. Ibu juga ingin jalan-jalan denganmu! Tapi, apa kamu bisa ke luar negeri? Bukankah dulu kamu bahkan nggak bisa keluar dari Kota Imperial?""Saat kamu mengalami kecelakaan di Kota Cantem waktu itu, Daniel sudah menghapuskan namaku dari daftar hitam," ujar Yasmin.Sekarang dia tidak peduli apakah Daniel akan mengejarnya sampai ke luar negeri atau tidak.Lagi pula, sekarang Daniel hanya memikirkan Irene. Yasmin cuman pergi ke luar negeri untuk beberapa hari. Untuk apa dia khawatir?Besok
"Aku sudah merasa lebih baik. Helen bilang selama aku beristirahat dengan baik, dua hari lagi aku sudah boleh turun dari ranjang." Kemudian, Irene berkata dengan tak berdaya, "Aku hanya bisa turun dari ranjang, tapi belum boleh keluar dari rumah sakit. Di sini sangat bosan."Dahlia menegur Irene, "Bosan? Bukankah kamu ada Daniel? Kamu harus sembuh agar Daniel nggak mengkhawatirkanmu.""Iya," kata Irene dengan ekspresi lembut.Setelah Daniel duduk, Dahlia menyembunyikan ketidaksabarannya dan bertanya, "Julia sudah nggak apa-apa setelah dia pulang, 'kan? Tadi aku memberi tahu Irene kalau aku mau melihat anak-anak hari ini. Bagaimanapun juga, setelah Irene menikah denganmu, anak-anak juga cucuku.""Dia sudah sembuh," ucap Daniel."Baguslah kalau begitu." Dahlia memasang ekspresi lega. "Aku mau mengenal anak-anak dulu. Nanti setelah anak kalian lahir, aku bisa lebih terbiasa."Irene melirik Daniel sekilas, kemudian mengeluh pada ibunya, "Anak apaan? Itu urusan setelah kami menikah.""Seben