Martin menghindar tong sampah tersebut, kemudian juga berlari ke arah lift.Akan tetapi, dia terlambat. Pintu lift sudah tertutup.Yasmin bersandar ke dinding lift dan menghela napas.Tadi dia hampir terkejar.Pria itu benar-benar sinting!Napas Martin terengah-engah dan ekspresinya terlihat masam.Setelah dia tenang, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah kamera CCTV di atas kepalanya.Dia seakan-akan sedang bertatapan mata dengan seseorang.Saat ini, Daniel sedang duduk di balik meja kantornya. Layar komputer di sebelah kirinya menunjukkan sembilan kotak persegi. Itu adalah pemantauan kamera CCTV Grup Guntur terpenting.Daniel melihat semua yang terjadi di depan lift tadi.Martin yang berada di layar melirik kamera CCTV sekilas, kemudian dia menekan tombol lift sebelum masuk ke dalam.Tatapan mata Daniel sulit ditebak, lalu dia pun mengalihkan pandangannya.Awalnya, Yasmin ingin pergi ke rumah Raymond untuk melihat anak-anak. Namun, setelah dipikir-pikir, dia tidak jadi pergi.
Yang dipikirkan Yasmin adalah setelah Klara membeli rumah yang lebih besar pun, Yasmin akan tetap tinggal di rumah ini.Lebih baik dia bisa jauh-jauh dari Keluarga Guntur.Karena dia tahu kalau terjadi apa-apa pada Klara, dia tidak mungkin tidak membantu ibunya."Oh, ya. Sekarang bagaimana hubunganmu dengan Raymond?" tanya Klara. "Bukankah dia sangat menyukaimu?"Yasmin tahu Klara mendengarnya dari ibu Raymond. "Sepertinya kami nggak cocok, jadi kami sudah nggak berhubungan.""Bagaimana mungkin? Raymond adalah seorang kepala sekolah dan calon direktur Akademi Pinokio. Dia adalah pria yang elegan dan pintar. Dia pasti seorang calon suami idaman," ujar Klara.Yasmin asal mencari alasan dan membalas, "Dia terlalu sibuk. Aku nggak menyukainya."Alasan tersebut sangat menyakinkan."Dasar anak ini." Klara tidak setuju dengan Yasmin. "Mana ada pria berbisnis yang nggak sibuk? Dia makin sibuk berarti bisnisnya makin sukses dan kamu akan makin kaya. Apa kamu ingin menikah dengan pria yang hanya
Yasmin lanjut diam. Karena menurutnya, ini adalah sebuah masalah yang tak ada akhirnya.Selain melarikan diri, dia tidak punya pilihan lain."Apa Daniel sangat membenci kita?" Saking marahnya, Klara bahkan tidak lanjut makan. Dia menatap Yasmin yang dari tadi tidak bersuara. Setelah itu, Klara berkata, "Yasmin, kalau lain kali Daniel menyentuhmu lagi, kamu minta sesuatu darinya. Setidaknya, suruh dia memberikanmu uang."Yasmin sangat menyadari perbedaannya dengan Klara."Aku tahu kamu sangat menghormati dirimu dan kamu nggak bisa melakukan hal ini. Tapi, yang ingin Ibu katakan adalah kalau kamu nggak punya uang, kamu nggak bisa melakukan apa-apa ...."Klara masih ingin berceramah, tapi Yasmin berdiri dan berkata, "Aku sudah mau pergi bekerja."Klara melihat pintu ditutup dengan ekspresi masam.Kenapa anaknya sangat keras kepala?!Yasmin sedang duduk di kereta bawah tanah. Fisik dan mentalnya terasa sangat lelah.Meminta sesuatu dari Daniel? Bagaimana Klara bisa memikirkan itu? Kenapa t
Julia tertawa sampai matanya menghilang."Mama, cepat kemari dan lihat kami mengalahkan Papi!" kata Julian dengan semangat."Mama, ke sini!" kata Julius dengan wajah merah.Mereka bahkan tidak berani mengalihkan mata dari layar televisi. Dapat dilihat seberapa berusaha mereka.Sedangkan Raymond bersandar di sofa dengan kaki disilang. Dia bahkan masih bisa melihat Yasmin sambil berkata, "Ini terakhir."Yasmin tertawa. "Mainlah. Aku akan menjadi penonton."Kemudian, dia duduk di sofa sambil menonton pertandingan tinju sengit mereka di televisi.Julia menusuk buah-buahan dengan garpunya, kemudian menyuap kedua kakakknya dan Raymond.Setelah dia menyuap mereka, dia menyuap mamanya.Pada akhirnya, Julian dan Julius menang.Raymond kalah telak.Yasmin membuatkan kopi untuk Raymond. Kemudian, Raymond berdiri dan berkata, "Ayo ke balkon. Kalian lanjutlah bermain."Di balkon adalah meja dan kursi. Mereka berdua duduk sambil menikmati pemandangan malam kota."Biasanya aku nggak menemani mereka b
Julius berdiri di samping dan berkata, "Aku hanya sedikit penasaran."Julia pun mendekat, lalu berkata, "Aku juga penasaran."Yasmin menjawab, "Di Grup Naga."Dia berpikir hanya memberi tahu mereka alamat ayah kandung mereka. Jadi, tidak ada yang perlu disembunyikan.Namun, Yasmin tidak tahu kalau dari awal anak-anaknya sudah punya rencana.Besok harinya, mereka naik bus pulang ke apartemen.Mereka tidak melihat Bibi di pintu masuk. Jadi, mereka saling bertatapan seakan-akan ada sesuatu di benak mereka. Setelah itu, mereka berbalik dan berlari ke arah yang berlawanan.Kaki mereka yang pendek berlari dengan sangat cepat.Ketiga anak itu mengikuti kerumunan. Mereka yang mungil melihat orang-orang dewasa yang tinggi. Mata mereka mengobservasi dengan penasaran.Di tepi jalan berhenti sebuah taksi, kemudian seorang pelanggan keluar.Sebelum pelanggan itu sempat menutup pintu mobil, anak-anak masuk.Pelanggan itu melihat mereka dengan terkejut, terutama dia melihat tidak ada orang dewasa. Na
Dua resepsionis lainnya masih mengelilingi anak-anak. Resepsionis yang terakhir berbisik, "Woi!"Namun, mereka tidak mendengarnya. Ketika Daniel sudah mendekat dan mereka merasakan aura kuat, mereka baru merasakan ada yang tidak beres.Saat mereka menoleh, mereka terkejut dan buru-buru berdiri dengan tegak. Setelah itu, mereka membungkuk.Karena para resepsionis sudah menyingkir, Daniel pun melihat ketiga anak itu.Anak-anak juga telah melihat ayah mereka. Meskipun mereka tidak pernah berpikir Daniel akan mengenali mereka, ketika mereka berhadapan, anak-anak tampak sedikit emosional dan tubuh mungil mereka menegang.Mereka seperti penguin-penguin kecil yang berdiri tegak.Daniel langsung berhenti dan tercengang. Lalu, dia menghampiri anak-anak.Ketiga anak itu mendongakkan kepala mereka. Sambil menatap Daniel, mereka menyapa dengan serentak, "Halo!""Kenapa kalian kemari?" tanya Daniel dengan ekspresi datar."Kami tersesat!" ucap Julian."Bisakah kamu mengantar kami pulang?" tanya Juli
Mobil Rolls Royce itu berhenti di depan pintu masuk apartemen."Sudah sampai!""Ini rumah kami!""Terima kasih, Paman!"Daniel menoleh ke luar jendela mobil untuk melihat gedung apartemen tersebut. Orang kaya baru dapat tinggal di tempat seperti itu.Dengan wajah yang datar, dia berkata, "Seingatku, kalian bukan tinggal di sini."Pertama kali Daniel bertemu mereka bertiga adalah di kompleks kelas bawah Yasmin.Kedua tempat tinggal itu sangat berbeda."Itu adalah rumah kami!" ujar Julian."Waktu itu kami mencari pengasuh kami!" ucap Julia."Apa kami boleh keluar dari mobil?" tanya Julius.Pintu mobil pun terbuka. Seperti ketika mereka naik mobil, mereka juga perlu bantuan pengawal untuk turun dari mobil.Daniel terus menatap mereka.Dia sendiri juga terkejut karena bisa-bisanya dia menemani ketiga anak itu untuk waktu yang lama. Menurut kesabarannya yang setipis tisu, itu merupakan hal yang tidak mungkin bisa terjadi.Sebelum pintu mobil tertutup, tubuh pendek Julia mendekat, lalu berka
Ketika Yasmin melihat anak-anaknya yang menggemaskan, amarahnya menghilang. Dia hanya bisa melihat mereka dengan tak berdaya.Dia menarik satu per satu anaknya yang memeluk kakinya. "Baris. Baris yang rapi."Ketiga anak itu pun berbaris menjadi satu baris."Katakan. Kenapa kalian berkeliaran?" tanya Yasmin. Dia tidak marah, tapi bukan berarti dia tidak akan menegur mereka. "Bukankah Mama sudah bilang kalian nggak boleh berkeliaran? Kenapa nggak menuruti kata-kata Mama?"Anak-anak menunjukkan raut wajah sedih, tapi juga menggemaskan."Nggak boleh berlagak lucu!" ujar Yasmin dengan tegas.Ketiga anak itu pun tertegun."Sudah, sudah." Raymond mendekat, kemudian mengusap kepala anak-anak. "Nggak apa-apa. Pergi minum susu. Setelah itu tidur, ya.""Tunggu. Aku belum menanyakan mereka kenapa mereka pergi ke Grup Naga ..." kata Yasmin sambil mengikuti Raymond.Raymond malah melindungi anak-anak. Dia menyuruh mereka minum susu, lalu meminta Bibi memandikan dan meniduri mereka.Yasmin sama sekal
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump